Mengunjungi Desa Adat Penglipuran di Bali

Desa Adat Penglipuran
Foto: Arno Santosa

NININMENULIS.COM – Inilah wajah Desa Adat Penglipuran yang kerap muncul di FTV Indonesia. Semakin banyaknya acara TV yang menggunakan Desa Adat Penglipuran sebagai lokasi syuting, kehadiran desa ini semakin dikenal dan mulai masuk ke dalam lokasi wisata Bali. Desa Adat Penglipuran berada di Desa Kubu, kabupaten Bangli, Bali. Desa Adat Penglipuran berada di ketinggian 600-700 meter dari permukaan laut, ini yang membuat udara di Desa Adat Penglipuran terasa sejuk.

Desa Adat Penglipuran
Foto: Arno Santosa 

Untuk mencapai Desa Adat Penglipuran, wisatawan harus menggunakan jasa rental mobil, mengingat belum adanya sarana transportasi umum menuju lokasi. Meskipun tidak semahal tiket obyek wisata lainnya di Bali, untuk menikmati suasana Desa Adat Penglipuran, wisatawan harus merogoh kocek 15 ribu untuk turis lokal dan 30 ribu untuk turis macanegara.

Desa Adat Penglipuran
Foto: Arno Santosa

Wilayah Bangli atau daerah Bali Timur dikenal masih kental nuansa Balinya dan belum banyak mendapatkan pengaruh modern, itulah sebabnya Desa Adat Penglipuran pernah dijadikan percontohan desa wisata pertama di Indonesia olah pemerintah pada 1995. Rumah-rumah di Desa Adat Penglipuran didesain hampir sama mulai dari pintu gerbang, atap, hingga dinding rumah yang menggunakan bambu. Lebar pintu gerbang pun hanya cukup untuk satu orang dewasa – di Bali ini disebut angkul-angkul. Tidak hanya bentuk rumah yang sama, tata ruang di dalamnya juga serupa, seperti kamar tidur dan dapur. Cat tembok yang digunakan pun berbahan dasar tanah liat.

Desa Adat Penglipuran
Foto: Arno Santosa 

Budaya pengelompokan tata ruang desa sangat terlihat di Desa Adat Penglipuran. Pada bagian Utara dan letaknya lebih tinggi dari rumah penduduk terdapat pura desa yang disebut Pura Penataran. Di bagian tengah desa yang posisinya di bawah pura ada zona tempat penduduk. Saat ini Desa Adat Penglipuran dihuni oleh 226 kepala keluarga dan sebagian besar berprofesi sebagai petani, pengrajin anyaman bambu, dan berternak. Desa Adat Penglipuran memiliki luas 112 hektar dan tidak seluruhnya digunakan sebagai perumahan penduduk, mungkin hanya 40% dari lahan desa merupakan hutan bambu yang untuk menebangnya tidak boleh sembarangan dan harus dengan ijin tokoh masyarakat setempat. Zona yang terakhir atau yang ketiga disebut setra atau kuburan. Walaupun penduduk desa Penglipuran Bali memeluk agama Hindu tapi penduduk desa Penglipuran Bangli tidak mengenal upacara pembakaran mayat, jadi mayat langsung dikubur.

Desa Adat Penglipuran
Foto: Arno Santosa

Selain kekhasan lingkungannya, Desa Adat Penglipuran juga memiliki budaya yang khas seperti tradisi menghormati wanita dengan adanya aturan desa yang melarang pria untuk melakukan poligami, jika ketahuan akan mendapat hukuman dikucilkan dari desa. Desa ini juga memiliki budaya hukuman untuk pencuri. Bagi yang ketahuan mencuri, akan dihukum untuk memberikan sesajen lima ekor ayam dengan warna bulu ayam yang berbeda di 4 pura leluhur mereka. Dengan cara ini, semua penduduk desa akan mengetahui siapa yang mencuri, tentunya akan membuat efek malu.

Desa Adat Penglipuran
Foto: Arno Santosa 

Penduduk desa Penglipuran Bali memiliki minuman khas yang disebut loloh cemceman. Minuman ini memiliki rasa seperti air tape dan memiliki warna hijau karena bahan dasarnya adalah perasan dari daun cemceman.

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

4 thoughts

Leave a Reply