NININMENULIS.COM – Siapa yang tidak mengenal nama besar pembatik Iwan Tirta. Karya dan ragam batiknya disukai hingga mancanegara, batiknya juga kerap menjadi koleksi para pejabat dan pesohor dunia. Sebenarnya bagaimana Iwan Tirta memulai karirnya dan darimana Iwan Tirta menemukan berbagai ragam dan corak yang akhirnya memperkaya motif batik Iwan Tirta? Dan saya mendengar cerita tentang batik Iwan Tirta ini dari seorang ahli wastra, Hudi Suharnoko.
“Dari rumahnya di Jalan Imam Bonjol, pada masa itulah pertama kalinya saya bertemu dengan Iwan, sebutan akrabnya, saat Iwan mengantarkan batik-batik yang dibeli oleh Ibu saya dengan bersepeda. Karena rumah kami berada di jalan yang sama,” cerita Hudi tentang perkenalannya dengan batik Iwan Tirta.
Memulai pembatikannya dipermulaan 1970-an di Jalan Panarukan 25 Menteng Jakarta Pusat. Dipermulaan 1960-an, Ibunya seorang agen penjual batik karya Hardjonagoro Go Tik Swan.
Pada Hardjonagoro Go Tik Swan pulalah Iwan Tirta belajar membatik. Tak heran jika batik-batiknya banyak mengambil ragam hias atau corak yang sudah diperkenalkan oleh Go Tik Swan bahkan juga dari pembatik terkenal Nyai Bei Mardusari yang terkenal dari Pura Mangkunegara di kota Solo. Namun Iwan Tirta menciptakannya lagi selangkah lebih dalam, membatiknya di atas bahan sutra bahkan kemudian dibubuhinya prada emas.
Inilah keahlian khusus yang dimiliki Iwan Tirta, batik-batik yang digambar di atas bahan sutra dan berprada, yang kemudian diikuti pembatik-pembatik lainnya pada masa itu dan selanjutnya. Tak heran jika ia kemudian diberi julukan maestro batik. Karena memang sampai saat ini belum ada orang lain yang dapat menandingi dalam keahliannya tadi.
Kalau pada masa pemerintahan Soekarno batik-batik hasil karya Go Ti k Swan yang diperkenalkan kepada para tamu agung negara, maka pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, batik-batik hasil karya Iwan Tirta yang diperkenalkan kepada para tamu agung negara.
Di sini terpampang beberapa batik Iwan Tirta dalam ragam hias yang telah diperkenalkan Hardjonegoro Go Tik Swan dan Nyai Bei Mardusari di antaranya adalah Sapanti, Parang Baris Barong, Semen Kolang Kaling, dan Sawung Galing yang dibatik di atas bahan sutra.
Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast
View all posts by Ninin Rahayu Sari