Suara Anak Muda Mengenai Lingkungan dan Krisis Iklim

suara anak muda untuk lingkungan

NININMENULIS.COM – Dunia akan lenyap jika kita tidak menyelamatkannya mulai saat ini. Mungkin kalimat tersebut terdengar ekstrim dan menakutkan bukan? Tetapi itulah kenyataan yang harus kita hadapi saat ini. Krisis iklim seperti peningkatan suhu, turunnya permukaan tanah, mencairnya es di kutub, pandemi, dan lain sebagainya, menjadi salah satu gejala bahwa bumi kita sedang ‘sakit’. Jika bersikap apatis dan hanya menunggu pemimpin bereaksi, jangan-jangan kita keburu punah. Untuk itulah sebagai anak muda, yuk mulai peduli, bersuara, dan beraksi akan isu lingkungan dan juga krisis iklim.

Aku masih ingat saat pertama kali tinggal di Jakarta, kebetulan saat itu keluarga memilih bertempat tinggal di Cilincing, Jakarta Utara. Saat itu, lingkungan di sana sangat nyaman dan jauh dari kata banjir. Tetapi lihat Cilincing saat ini, setiap hujan turun banjir selalu hadir menyertai. Hal ini tidak mengherankan, karena berdasarkan penelitian, setiap tahunnya Cilincing mengalami penurunan muka tanah setinggi 2,65 centimeter.

“Penurunan muka tanah yang disertai kenaikan permukaan air laut, adalah satu dari bahaya krisis iklim yang saat ini tengah melanda Indonesia. Karena itulah kita ‘bawel’ mengingatkan pemerintah untuk lebih aktif dalam penyelamatan lingkungan,” kata Syaharani, seorang mahasiswi penggiat aksi Jeda.

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai anak muda? Yuk kita cari tahu di I Love Indonesia Blogger Gathering.

I Love Indonesia Blogger Gathering

Peran Pemuda untuk Indonesia, itulah tema yang diangkat dalam I Love Indonesia Blogger Gathering yang diadakan secara virtual melalui aplikasi Zoom. I Love Indonesia Blogger Gathering ini merupakan rangkaian penutup dari blog competition yang diadakan oleh Golongan Hutan dan Blogger Perempuan Network. Karena tulisan aku yang berjudul Generasi Peduli Masyarakat Adat di Indonesia, aku beruntung terpilih bersama 30 blogger lainnya untuk mengikuti I Love Indonesia Blogger Gathering.

blogger gathering
Blogger Gathering via Zoom Meeting

Bagi yang belum tahu, Golongan Hutan merupakan gerakan yang diinisiasi dan dibesarkan oleh organisasi masyarakat sipil dan komunitas sejak Januari 2019. Organisasi masyarakat sipil dan komunitas tersebut adalah Kemitraan/Partnership, Yayasan Madani Berkelanjutan, Yayasan Econusa, Yayasan Auriga, Greenpeace Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, change.org, Yayasan Koaksi, Jaringan Pantau Gambut, Kaoem Telapak, Mongabay, Hutan Itu Indonesia, Katadata, Samdhana, AMAN, HuMA, LTKL dan lain-lain.

Golongan Hutan hadir untuk mengajak pemuda-pemudi Indonesia agar ikut bangga terhadap hutan & segala potensinya. Golongan hutan berfokus untuk membesarkan isu lingkungan hidup, termasuk hutan di Indonesia. Golongan Hutan hadir untuk menyebarkan semangat dalam menjaga sumber daya alam agar dapat dinikmati oleh anak cucu bangsa.

Sedangkan Blogger Perempuan Network adalah sebuah platform digital di mana seluruh blogger perempuan di Indonesia bisa saling belajar, menceritakan dan menginspirasi satu sama lain melalui konten. Komunitas ini sudah berkembang dengan sangat pesat sejak 2015 dan menjadi komunitas blogger terbesar di Indonesia.

blogger ganthering
I Love Indonesia Blogger Gathering (Foto: Dok. Blogger Perempuan Network)

Untuk membahas Peran Pemuda untuk Indonesia dalam blogger gathering yang diadakan pada Jumat (8/1) lalu ini, Golongan Hutan dan Blogger Perempuan Network menghadirkan tiga pembicara yang mewakili anak muda berbicara mengenai isu lingkungan dan krisis iklim. Ketiga narasumber tersebut ialah, Edo Rakhman (Koordinator Koalisi Golongan Hutan), Syaharani (Mahasiswi penggiat Aksi Jeda untuk Iklim), dan Anindya Kusuma Putri (Aktris sekaligus Sport & Tourism Influencer).

Jajak Pendapat Anak Muda Tentang Lingkungan

Siapa bilang anak muda tuh cuek? Buktinya, dari hasil jajak pendapat yang dihimpun Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Warga Muda, Golongan Hutan, Campaign.com, dan Change.org mengenai Harapan dan Persepsi Kaum Muda Terhadap Pilkada, sebanyak 85% anak muda menginginkan program tangguh bencana penting untuk diadopsi dalam visi misi program calon pemimpin, termasuk strategi-strategi mitigasi kebencanaan khususnya untuk daerah yang masuk dalam kategori rawan bencana.

hasil survey anak muda
Demografi suara anak muda dalam jajak pendapat Harapan dan Persepsi Kaum Muda Terhadap Pilkada (Foto: Dok. Change.org)

Jajak pendapat ini dilakukan secara online mulai 12 Oktober hingga 10 November 2020 yang melibatkan 9.100 anak muda di 34 provinsi dan mayoritas atau 82% berusia 17 hingga 30 tahun.

“Terkait persoalan lingkungan, anak muda dalam survei ini memandang masalah yang paling penting dicarikan solusinya oleh pemimpin adalah masalah terkait buruknya pengelolaan sampah dan limbah, pencemaran/polusi, pertanian dan perkebunan monokultur yang tidak berkelanjutan, kerusakan hutan serta ekosistem laut,” kata Edo Rakhman, Koordinator Koalisi Golongan Hutan.

Seluruh anak muda di semua provinsi dalam jajak pendapat ini mengakui bahwa buruknya pengelolaan sampah atau limbah adalah persoalan lingkungan yang paling krusial. Daerah-daerah dengan populasi yang cukup besar seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur juga merasakan polusi sebagai masalah. Adapun responden di Kalimantan mengkhawatirkan persoalan lingkungan terkait kebakaran hutan. Sedangkan responden di Papua, selain soal limbah, mereka juga mengkhawatirkan masalah perburuan dan perdagangan satwa dilindungi.

Lebih lanjut untuk wilayah provinsi kepulauan yang mayoritas ekosistem perairan, seperti Maluku Utara, Kepulauan Riau, dan Bangka Belitung, para anak muda tersebut memiliki kekhawatiran juga terhadap kerusakan ekosistem perairan laut. Sedangkan bagi responden di daerah Sumatera Barat, Jambi, NTT, NTB, dan Sulawesi, mereka mengakui bahwa pertanian dan perkebunan monokultur yang tidak berkelanjutan menjadi persoalan lingkungan yang penting diselesaikan.

Dan menurut mayoritas anak muda yang masuk dalam jajak pendapat tersebut mengatakan, bahwa ada lima masalah kebencanaan yang paling penting untuk diselesaikan yakni pandemi COVID-19 dan wabah penyakit menular lainnya (24%), pencemaran air dan udara (21%), banjir dan longsor (20%), belum adanya sistem penanggulangan bencana (14%), serta kekeringan dan gagal panen (12%).

isu lingkungan di mata anak muda
Isu lingkungan di mata anak muda (Foto: Dok. Change.org)

“Dari jajak pendapat ini, sebaiknya para pemimpin bersikap lebih adil dengan mendengarkan, mengakomodir, dan memfasilitasi aspirasi para anak muda dalam merencanakan pembangunan daerahnya. Kami juga berharap temuan-temuan dalam survei ini dapat digunakan calon pemimpin untuk melibatkan anak muda dalam membangun di daerahnya,” tambah Edo.

Dampak Krisis Iklim

Kepedulian para anak muda terhadap lingkungan bukan tanpa alasan, kerentanan ini dapat kita rasakan langsung sejak pandemi COVID-19 mewabah. Bahkan ada yang mengatakan COVID-19 hadir karena imbas dari ketidakpedulian kita terhadap lingkungan hingga krisis iklim menyerang.

Krisis iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global untuk jangka waktu yang lama. Dan menurut survey yang diadakan oleh Yayasan Indonesia Cerah dan Change.org tentang seberapa khawatir anak muda terhadap dampak krisis iklim, apa yang mereka anggap sebagai masalah dan solusinya, dan bagaimana mereka memandang komitmen pemerintah dalam menangani krisis ini, hasilnya 8 dari 9 anak muda percaya bahwa manusia adalah faktor utama penyebab krisis iklim.

jeda iklim
Jaga bumi mulai saat ini (Foto: Dok. Instagram @jedaiklim)

Bagi yang belum tahu perbedaan iklim dan cuaca, Syaharani memberikan penjelasannya, “Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim bisa berlangsung selama bertahun-tahun, sedangkan cuaca adalah seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi dan dapat diukur secara harian (jangka waktu pendek).”

Sekitar 89% anak muda khawatir atau sangat khawatir tentang dampak krisis iklim, sedangkan yang menyangkal 0%. Bahkan 97% berpendapat efeknya akan sama atau lebih parah daripada pandemi COVID-19. Kekhawatiran teratas meliputi krisis air, krisis pangan, dan pandemi lainnya. Angka yang sama memahami bahwa manusia memiliki andil dalam krisis ini.

Dan jika dibiarkan krisis iklim dapat menyebabkan berbagai bencana seperti: mencairnya es dan kenaikan muka laut, intensitas bencana alam dan cuaca ekstrim, timbulnya konflik sosial yang berkepanjangan, yang terakhir munculnya wabah penyakit.

Dalam jajak pendapat tersebut, hampir setengah suara anak muda melihat deforestasi dan kebakaran hutan sebagai sumber terbesar emisi gas rumah kaca yang menjadi cikal bakal terjadinya krisis iklim. Para anak muda ini pun berpendapat perlu adanya sikap untuk menghentikan semua itu.

aksi jeda untuk iklim
Aksi Jeda untuk Iklim (Foto: Dok. Instagram @jedaiklim)

Tindakan seperti mengganti energi fosil ke energi terbarukan, mengatasi kebakaran hutan, merubah perilaku kehidupan sehari-hari, bahkan tidak sedikit anak muda beranggapan bahwa birokrasilah yang menjadi penghalang penyelesaian masalah lingkungan di Indonesia.

Aksi Nyata Anak Muda untuk Lingkungan

Banyaknya persoalan lingkungan yang belum terselesaikan dan tidak bisa menunggu lagi, Syaharani bersama dengan Aksi Jeda untuk Iklim tidak bosan-bosannya bawel mengingatkan pemerintah untuk lebih peduli dengan lingkungan dalam pengambilan setiap keputusan.

“Karena kelalaian kita yang kecil bisa berdampak besar untuk lingkungan. Jika tidak dapat turun ke jalan dan bersuara mengingatkan pemerintah, mulailah dengan melakukan hal-hal kecil untuk menyetop krisis iklim, misalnya lebih menggunakan kendaraan umum dan aktif menyebarkan informasi yang terkait krisis iklim di media sosial. Intinya jangan bosan untuk belajar, bergerak, dan bawel,” tegas Syaharani.

Hal yang tidak jauh berbeda juga dipaparkan oleh Anindya Kusuma Putri, Aktris sekaligus Sport & Tourism Influencer yang tak henti-hentinya menyuarakan untuk melakukan tindakan ramah lingkungan.

anak muda dan lingkungan
Anindya Kusuma Putri, Aktris sekaligus Sport & Tourism Influencer (Foto: Dok. Anindya)

“Indonesia itu sangat indah, dan itu diakui oleh bangsa lain, masa sebagai warga negara Indonesia kita tidak bangga dan turut menjaganya?” ujar Anindya yang membagikan bagaimana indahnya wilayah Indonesia yang pernah ia jelajahi dan membuat kita yang menyaksikan mupeng dan ingin turut menjadi saksi keindahan Indonesia.

Semoga semakin banyak ya yang sadar lingkungan dan pemerintah semakin peduli untuk memasukan aspek lingkungan di setiap keputusannya. Jadi buat kamu anak muda, Have Fun, Be Loud and Proud!

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

2 thoughts

Leave a Reply