NININMENULIS.COM – Ketika menyeruput kopi sembari bekerja kita mungkin tidak menyadari, dalam 20 tahun lagi kita mungkin tidak bisa melakukan hal yang sama. Aku juga tidak menyadarinya hingga membaca tulisan di sebuah blog tentang industri kopi yang terancam musnah akibat perubahan iklim (climate change). Kopi terbaik ditanam di dataran tinggi yang cukup dingin. Perubahan suhu yang membuat bumi semakin hangat membuat pohon-pohon kopi di puncak gunung mulai tidak produktif dan mudah diserang hama. Sekitar 50 persen produksi kopi Arabika mulai merosot di dunia. Bagi orang yang tinggal di kota seperti kita, di mana segala sesuatu sudah dikondisikan untuk menjadi nyaman, mungkin tidak menyadari ada hal yang pelan-pelan merenggut kenyamanan itu.
Sebagai penikmat kopi sejati, rasanya tidak rela jika aku kehilangan kenyamanan itu. Hal itulah yang mendorong aku melakukan pekerjaan yang ramah lingkungan atau Green Jobs. Karena hidup yang lestari (sustainable) bukan berarti kita hidup di tenda dalam hutan, tapi menyadari bahwa kita bisa mengurangi kerusakan itu dengan apapun, mulai dari rumah hingga baju dan makanan. Green Jobs, tidak bisa dilepaskan dari cara hidup juga yang lainnya.
Contents
Green Jobs, Peluang Kerjanya Anak Muda
Apa itu Green Jobs? Pekerjaan apa saja yang termasuk dalam Green Jobs? Apakah pekerjaan yang dilakukan saat ini sudah Green Jobs? Keuntungan apa yang didapat dari Green Jobs? Banyak pertanyaan yang timbul, sebanyak hal yang bisa kita lakukan untuk membuat bumi lebih baik.
Seperti yang dituturkan Siti Koiromah, Periset Koaksi Indonesia saat webinar Memahami Green Jobs: Peluang Kerjanya Anak Muda untuk Indonesia Lebih Bersih, Green Jobs merupakan jenis pekerjaan yang layak dan ramah lingkungan. Menurut International Labour Organization (ILO), green jobs menjadi lambang dari perekonomian dan masyarakat yang berkelanjutan. Green Jobs juga merupakan bisnis yang paling menjanjikan di abad ke-21 dan menjadi green merupakan langkah cerdas dan baik untuk lingkungan.
Beberapa pekerjaan yang berpotensi menjawab masalah perubahan iklim dan lingkungan adalah pemulihan stok dan konstruksi hijau, pengolahan limbah dan daur ulang, transportasi umum, pemulihan konstruksi hijau, pertanian dan produksi pangan yang berkelanjutan, kehutanan yang berkelanjutan serta mencegah deforestasi, pengelolaan manufaktur dan rantai pasokan, suplai dan efisiensi energi serta pelestarian biodiversitas dan ekosistem.
Seperti yang kita tahu, saat ini kita memasuki era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Ciri-cirinya adalah interkonektivitas atau kesalingterhubungan serta sistem cerdas dan otomasi atau internet of things (IoT). Lalu apakah kita bisa turut menjawab perubahan iklim dan lingkungan di era revolusi industri 4.0? Bagaimana dengan pekerjaan yang telah kita geluti selama ini, contohnya seperti aku yang seorang blogger?
Sisi Lain Work from Home (WFH)
Menjadi seorang blogger adalah keuntungan tersendiri di saat pandemi seperti sekarang. Saat jenis pekerjaan lain ‘dipaksa’ berkerja dari rumah, mengurangi tatap muka, dan berinteraksi melalui jaringan perangkat yang memiliki kecerdasan lokal, profesi blogger sudah terbiasa dengan itu semua. Jika dahulu meeting di cafe atau restoran, sekarang cukup via aplikasi ditemani makanan dan minuman yang dipesan dari pelayanan antar. Atau bila ingin cuci mata yang dulu dilakukan sembari belanja di mall, sekarang cukup membelinya di marketplace. Semua dilakukan disatu tempat dan dapat disatu waktu, rumah. Yang tidak kita sadari, bukan saja pola kerja dan aktivitas kita saja yang berubah, rumah pun tidak lagi seperti dulu.
Kita tidak bisa mengatakan menjalani profesi Green Jobs sebagai seorang blogger cukup menuliskan informasi yang terkait tentang kampanye cinta lingkungan. Janggal rasanya saat seorang blogger menuliskan perubahan iklim tapi ketika menulis menggunakan AC yang menyala terus menerus. Kita pun juga tidak cukup menanam banyak tanaman hijau di rumah sedangkan di tong sampah menyatukan semua bekas makanan dengan plastik yang mestinya bisa dimanfaatkan oleh pemulung dalam proses daur ulang.
Karena yang terpenting dalam menciptakan Green Jobs sebenarnya terletak pada sikap pekerja dan hasil akhir bagi lingkungan. Bukan sekadar norma yang harus diikuti agar pekerjaan sesuai dengan standarisasi green. Karena Green Jobs sebenarnya tidak datang sendirian. Ia hanyalah salah satu yang muncul dari kesadaran hijau secara menyeluruh.
Benar seperti yang dikatakan Siti Koiromah, sangat disayangkan kebijakan pemerintah untuk menggratiskan pemakaian listrik, alih-alih menyediakan energi alternatif lainnya di awal pandemi. Nyatanya menurut data dari PLN, pemakaian listrik skala rumah tangga selama pandemi naik 13-20 persen setiap bulannya. Naiknya pemakaian listrik ini disumbang dari meningkatnya pemakaian alat elektronik seperti TV, lemari es, dan lain sebagainya 15-20 persen, alat penerangan naik 15-20 persen, dan pemakaian AC naik 60-70 persen.
Itu kita baru bicara mengenai pemakaian listrik selama bekerja dari rumah, belum masalah pemakaian air bersih yang menurut data PDAM naik dua meter kubik setiap rumah perbulannya. Naiknya pemakaian air dikarenakan selama pandemi kita harus selalu menjaga kebersihan dan rajin mencuci tangan dengan sabun. Dan kenaikan yang paling signifikan yakni meningkatnya sampah plastik rumah tangga selama pandemi. Menurut data dari LIPI, selama pandemi kecenderungan belanja online naik 62 persen dan makanan pesan antar naik 47 persen. Meningkatnya sampah plastik ini didapat dari kemasan belanja atau pembungkus makanan pesan antar, seperti bubble wrap dan styrofoam.
Rumah kita memang bukan seperti pabrik yang terlihat mengeluarkan asap hitam, tanpa kita sadari rumah mengkonsumsi begitu banyak energi, dan hitung berapa banyak karbondioksida (CO2) yang terkandung di dalam rumah kita selama ini. Misalnya menyalakan lampu selama 24 jam akan menghasilkan 214 gram CO2, menggunakan AC selama satu jam menghasilkan 668 gram CO2, 10 jam menyalakan televisi akan menghasilkan 1.114 gram CO2, dan masih banyak lagi lainnya.
Kita kerap menyepelekan kerusakan lingkungan yang muncul dari perumahan. Meski demikian, bukan berarti sebuah rumah akan kehilangan kenyamanannya tanpa itu semua. Menurut Busiri-Vici dari American Institute of Architecture, definisi kenyamanan di rumah sebagai tempat tinggal atau berkerja terletak dari upaya mencari keseimbangan antara cahaya alam, ventilasi natural, dan thermal insulation atau pengaliran panas.
Green Blogger, Blogger Berwawasan Hijau
Sebagai blogger kewajiban aku untuk membuat profesi ini menjadi lebih green. Caranya dengan merubah kebiasaan agar tempat tinggal sekaligus tempat bekerja menjadi lebih ramah lingkungan. Tidak terbatas pada profesi blogger saja, cara ini bisa juga untuk profesi lainnya yang saat ini bekerja dari rumah (WFH). Jangan dianggap sepele dan berpikir kalau bekerja dari rumah ini hanya sementara, karena nantinya pola kerja seperti inilah yang akan banyak dijumpai, penggunaan ruang-ruang kerja besar di kantor akan semakin berkurang.
Sekaranglah saat yang tepat kita membuat apa yang dikerjakan dari rumah lebih Green Jobs agar tidak menimbulkan pandemi baru lagi yang lebih berbahaya, yakni pandemi karbondioksida (CO2). Caranya dengan merubah sedikit sikap dan kebiasaan di rumah tinggal kita.
-
Tidak menggunakan AC dengan memaksimalkan cahaya dan penghawaan dari jendela atau bukaan lainnya. Jika di rumah kamu fungsi jendela dan bukaan belum mencukupi, cukup pasang exhaust atau memasang peredam panas (thermal insulation) di rumah untuk menjaga suhu lebih stabil.
-
Tata kembali interior rumah menyesuaikan letak pencahayaan dan penghawaan. Kurangi pemakaian perabot dan ornamen ruang yang sekadar hiasan. Hidup ramah lingkungan itu tidak membeli atau memiliki sesuatu yang tidak dibutuhkan. Seperti yang diucapkan Arsitek, Tan Tjiang Ay, saat aku berjumpa dengannya dalam sesi wawancara sebuah majalah properti di Bandung, “No ornaments needed. Karena ornamen itu sudah disajikan oleh Yang Maha Kuasa. Saya meminjam ornamen dari Tuhan. Itulah kenapa ada banyak jendela lebar atau lubang pada dinding pada karya saya. Itu untuk melihat pemandangan yang hijau.”
-
Mulai membeli produk online yang ramah lingkungan dan memiliki kemasan yang mudah didaur ulang. Saat ini sudah banyak toko online yang menawarkan produk yang ramah lingkungan, seperti Demi Bumi. Jika terpaksa membeli produk berkemasan plastik, dipastikan membuangnya terpisah dari sampah organik. Untuk itu selalu sediakan tempat sampah organik dan unorganik yang nantinya sampah unorganik akan disalurkan ke bank sampah terdekat.
-
Mulai membeli makanan dan minuman dengan membawa wadah dan kantong belanja sendiri. Selain untuk menjaga kebersihan dan menghindari penularan penyakit, membeli makanan dengan wadah juga bermanfaat mengurangi sampah plastik.
-
Mulai mencoba memanfaatkan perkarangan rumah dengan menerapkan grow your own food dengan menanam sayuran atau tabulampot sendiri. Jika masih ada sedikit lahan kita juga bisa memelihara ikan di ember atau kolam. Untuk mengurangi pemakaian listrik, bisa memilih jenis ikan yang dapat hidup dikadar oksigen rendah, seperti ikan lele dan patin. Selain bermanfaat bagi lingkungan, cara ini juga dapat menambah pundi-pundi penghasilan.
-
Menggunakan sistem daur ulang air bersih dan kotor yang paling sederhana, salah satunya dengan menampung sisa air dari mencuci (cuci tangan, cuci piring, mencuci bahan makanan, dan lain-lain) untuk kebutuhan lain seperti menyiram tanaman. Jika di musim hujan, aku menampung air hujan untuk kebutuhan mencuci.
-
Jika harus bepergian untuk meeting keluar, biasakan kembali berjalan kaki atau bersepeda untuk jarak dekat dan menggunakan kendaraan umum untuk jarak jauh. Kurangi pemakaian kendaraan bermesin besar yang membutuhkan banyak bahan bakar.
Menarik banget memang green jobs ini, Kak. Tanpa kita sadari perilaku ekonomi dan terutama produksi seperti biasa ternyata menimbulkan dampak lingkungan yang siginifikan. Kerusakan pada alam akan berpengaruh serius pada manusia sebagai pengguna. Semoga dengan kesadaran green jobs, makin banyak orang peduli dan melirik lingkungan sebagai bagian integral pembangunan, tidak melulu eksploitasi tanpa kendali.
Bener banget kak… dan itu harus dimulai dari diri kita sendiri dalam keseharian, biar nantinya jg menular ke lingkungan sekitar dan produk yang kita hasilkan….
Siap!