Co Working di Indonesia

Sejak 2009 hingga 2017, tercatat ada 47 coworking space yang tersebar di Indonesia. Jumlah ini terus meningkat seiring dengan pertumbuhan startup digital, terutama dari kalangan muda yang menginginkan konsep berbeda dan tidak monoton.

Sejarah Co Working

Berasal dari kata coworking yang berarti kerjasama, coworking space merupakan tempat untuk bekerja dengan cara berkolaborasi antar individu dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda. Coworking space biasanya dibuat dengan desain yang menarik, unik, kekinian, cozy, dengan fasilitas penunjang yang dapat memberi perasaan santai, bersemangat, dan produktif dalam bekerja.

Taman di Ketinggian Lantai 36

Menghadirkan taman di lingkungan perkantoran, konon dapat mengurangi tingkat stres yang kerap terjadi, selain manfaat tanaman sendiri yang berguna memberikan oksigen dan mengurangi dampak negatif dari karbondioksida. Namun menghadirkan taman di kantor tentu tidak mudah. Ketidak tersediaan lahan menjadi salah satunya. Belum lagi masalah teknis pengerjaan dan perawatan yang terkadang membuat taman di kantor menjadi impian semata.

Exi(s)t 2017: Saat yang Muda Memprediksi Masa Depan

Exi(s)t merupakan wadah anak muda untuk mengembangkan berbagai potensi artistik di mana dialog kritis antara partisipan, mentor, serta kurator menjadi proses utama. Dalam pameran kali ini, Exi(s)t mengundang 15 seniman muda Jakarta yang diundang untung merepresentasikan generasi muda scene seni rupa Jakarta yang kian beragam. Ke-15 seniman yang terlibat, Bey Shouqi, Dhanny Sanjaya, Edita Atmaja, Faisal Rahman Ursalim, Fransisca Retno, Gadis Fitriana, Grace Joetama, Ivan Christianto, Kara Andarini, Monica Hapsari, Ratu R. Saraswati, Rianti Gautama, Sarita Ibnoe, Wangsit Firmantika, dan Yaya Sung.

Between The Line: ‘Melihat Apa yang Tak Terlihat’

Lukisan-lukisan ‘potret’ yang dikerjakan Guntur Triyadi nampak tak biasa dan darinya kita bisa mengenal beberapa sosok bersejarah seperti Che Guevara, RA Kartini. Karl Marx, Chairil Anwar, Mao Zedong, atau Lauw Ping Nio (Nyonya Meneer). Para tokoh tersebut tidak digambarkan sebagaimana kebiasaan potret biasa, mereka nampak dengan gestur tubuh khusus bahkan dengan sikap tubuh yang tengah ‘bercerita’.