Nama Poltrona Frau mewakili desain yang menggabungkan keangunan dan kesempurnaan produk buatan Italia. Berasal dari Italia, Negara yang kaya akan desain dan keindahannya telah terkenal hingga mancanegara. Poltrona Frau dapat dikatakan pemimpin teratas brand furniture di dunia. Didirikan pada 1912, Poltrona Frau telah menyempurnakan keahliannya dalam mengerjakan kerajinan tangan selama seabad lamanya. Keahliannya ini terus diasah dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Sehingga kita akan mendapati desainnya yang selalu kekinian dan disukai sepnanjang jaman.
Tag: Art
Lukisannya selalu memaksa kita untuk nengok. Bukan lukisan yang realis dan naturalis yang ditampilkan di lukisan ini. Sesaat kita akan berpikir ini lukisan anak-anak. Ternyata pelukisnya seorang ibu beranak tiga, Erica Hestu Wahyuni. Pelukis yang menetap di Yogyakarta tersebut merasa gaya lukisannya ini dikarenakan saat kecil dirinya kerap menjuarai lomba lukis anak. Dan gaya itu terbawa hingga Erica dewasa. Lucunya lagi, menurut Erica, para pengunjung anak-anak jugalah yang mengerti alur lukisan yang dihadirkannya.
Siapa yang menyangka patung kebanggaan orang Amerika ini ternyata hasil desain pematung Prancis. Si pematung yang bernama Frédéric-Auguste Bartholdi mengawali karirnya dengan mempelajari seni, patung, dan arsitektur. Mulai 1855 hingga 1856, Bartholdi memulai perjalanan karirnya ke seluruh wilayah di Eropa dan Timur Tengah.
Dari namanya saya mengira Cheng Shui sosok pelukis mancanegara. Namun saat melihat lukisannya yang menggambarkan tentang kehidupan sehari=hari masyarakat Indonesia, barulah saya menyadari beliau pelukis Indonesia. Pemilik nama lengkap Ong Cheng Shui ini lahir di Bogor 1981 dan mewakili darah Tionghoa dan Jawa dari kedua orang tuanya. Cheng Shui terbilang pelukis otodidak yang selama hidupnya tidak pernah mendapat pendidikan formal dalam berkesenian.
Karya komisi kedua ini dipersembahkan oleh United Overseas Bank (UOB), sebagai Mitra Pendidikan Utama dari Museum Macan Gatot Indrajati, Kotak Utak-Atik (2018), kardus dan kayu, ukuran bervariasi.
Pameran ini adalah penampilan kumpulan karya Yayoi Kusama terbesar yang pernah diadakan di Indonesia. Ke-130 karya yang dipamerkan dalam bentuk lukisan, patung dan karya di atas kertas serta lima instalasi termasuk akuisisi terbaru Museum Macan: I Want to Love on the Festival Night (2017). Selain itu, pengunjung akan dapat melihat karya-karya yang tidak ditampilkan dalam kedua pameran sebelumnya, termasuk Flower (1953), danUntitled (Child Mannequin) (1966).
Jika Anda memiliki koleksi kain dan aksesori tradisional atau etnik, mungkin Anda dapat menatakannya ke dalam foyer. Foyer bergaya Indonesia ini semula hanya memajang barang kristal dan sebuah frame foto, kini diubah menggunakan pernak-pernik khas Indonesia.
Lula merupakan desain karya Eva Natasa, Product Designer yang saat ini menetap di Bali. Nama Lula yang diambilnya dari nama kucing pertamanya itu tampak raw, proud dan elegant.
Untuk membuat latte art yang bagus, ternyata seorang bartender harus mampu membuat motif hati, tulip, dan rosetta. Dari ketiga model dasar tersebut, motif-motif indah keluar dari tangan bartender ke cup penikmat kopi.