Liputan Keluar Kota itu Berat, Pakai ASUS ZenBook UX331UAL Saja

NININMENULIS.COM “Traveling bukan tentang di mana dan kapan kamu lakukan, tetapi apa saja yang kamu bawa” Quote tersebut cocok bila kita traveling, namun bagaimana bila itu sebuah tugas luar kota yang mengharuskan kita membawa banyak perlengkapan kerja dengan destinasi dan schedule yang padat? Secara kebetulan goggle photo di gawai saya mengingatkan kembali akan momen saat saya sedang tugas ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

phinisi plataran
Keempat Kapal Phinisi Plataran saat bersandar di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

Tugas keluar kota bagi seorang wartawan itu biasa, dapat dikatakan tugas seorang wartawan itu harus di luar kantor untuk mendapatkan berita terbaru. Saat itu saya seorang wartawan pada sebuah majalah interior, arsitektur, dan lifestyle. Untuk mendapatkan bangunan atau tempat berarsitektur juga berinterior bagus biasanya kami tak hanya berkutat di wilayah Jakarta saja, namun hingga ke luar Jakarta bahkan luar Pulau Jawa. Undangan dari pihak pemilik bangunan kerap datang untuk meminta kami datang meliput. Untuk memenuhi undangan peliputan tersebut kami menetapkan sistem rolling, dan kebetulan saat itu jatuh ke saya untuk bertugas ke Labuan Bajo.

Undangan peliputan kali ini datang dari seorang pemilik beberapa hospitality terkenal di Indonesia. Bangunan yang dimilikinya merambah tidak hanya tempat peristirahatan dan restoran saja namun juga kapal pesiar. Dan mereka mengundang kami untuk meliput empat kapal pesiar terbaru miliknya yang ‘terparkir’ di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Seperti yang sudah-sudah, saya pergi dengan seorang fotografer – kebetulan majalah kami memiliki empat fotografer. Tugas keluar kota kali ini terbilang yang paling lama yakni 10 hari, karena untuk peliputan bangunan wisata di luar kota biasanya 3-4 hari kerja. Mengapa memakan waktu lama? Sang pemilik menginginkan kami tidak hanya meliput empat kapal pesiarnya saja tetapi juga properti terbarunya di kawasan Ubud Bali.

Lamanya tugas peliputan kali ini membuat saya cukup selektif dalam memilih barang-barang yang akan saya bawa, mulai dari pakaian yang nyaman, sunblock, alas kaki, hingga perlengkapan kerja. Karena banyaknya obyek yang harus diliput kali ini saya pun harus menjinjing laptop ke tempat peliputan. Jika biasanya hasil foto-foto atau dokumentasi peliputan cukup disimpan dalam SD card dan flashdisk, untuk obyek sebanyak itu harus ditranfer dan disimpan ke dalam laptop. Belum lagi aktivitas menulis dan mengedit naskah yang harus tetap saya kerjakan sepanjang perjalanan agar aktivitas di kantor tetap berjalan – jika perjalanan sebentar aktivitas menulis dan mengedit dilakukan via gawai tanpa perlu mambawa laptop.

Mencari tempat nyaman untuk bekerja menggunakan laptop

Pilah-pilih barang yang akan saya bawa pun mulai dilakukan dengan harapan aktivitas menjadi lancar dan saya tidak kerepotan atau keberatan barang bawaan saat kerja di lapangan nanti. Setelah proses pemilihan barang bawaan yang cukup ketat, saya membawa sebuah koper berukuran cabin, sebuah ransel untuk menyimpan laptop, kamera under water, dan perlengkapan kerja lainnya, dan sebuah sling bag untuk menyimpan tiket, dompet, dan lain-lain. Dan itu semua tidak ringan terutama ransel berisi laptop yang menempel di punggung.

Saya pergi dengan fotografer senior yang namanya saya samarkan, sebut saja dia Opa. Sesuai yang kami sepakati, kita bertemu di Bandara Sukarno – Hatta. Alangkah terkejutnya saya saat opa mulai menurunkan barang-barang yang akan dibawanya tugas luar kota kali ini, dua buah koper yang berukuran sedang dan besar, tas kecil, belum lagi tas perlengkapan pemotretan seperti kamera, flash, dan lain-lain, juga tas besar dan panjang yang berisi tripot. “Waduh!” gumam saya saat itu. Jika ini traveling biasa, mungkin sudah saya tinggalkan opa dengan semua barang-barangnya. Tapi perjalanan kali ini sebuah tugas kerja yang harus kita lakukan bersama selama 10 hari ke depan, mau tak mau saya pun turut membantunya membawa semua barang dan perlengkapannya selain barang-barang saya sendiri.

Hari awal peliputan, kami sudah langsung pemotretan salah satu tempat peristirahatan. Saat opa sibuk berkeliling memotret, saya mencari lokasi nyaman untuk berkutat dengan naskah-naskah di laptop. Tak ada kerempongan karena banyaknya barang yang harus dibawa di sini karena semua fasilitas tersedia, termasuk para asisten yang siap membawakan semua perlengkapan pemotretan. Saya pun tidak sulit mencari steker listrik saat baterai laptop habis.

Hari berikutnya, kami beranjak dari Bali menuju Labuan Bajo melalui Bandara Ngurah Rai. Nusa Tenggara Timur saat itu sedang dilanda kemarau panjang yang teramat panas. Setelah menaruh koper di tempat perisitrahatan, mulailah kami menuju ke lokasi peliputan yakni dermaga Labuan Bajo, di mana keempat kapal pesiar tersebut ‘parkir’. Saat itu kami membawa perlengkapan kerja, saya membawa laptop, tape recorder, dan lain-lain yang memenuhi ransel, sedangkan opa membawa perlengkapan pemotretan.

Naik Speed Boat menuju Kapal dikarenakan air laut surut

Untuk mencapai ke salah satu kapal tersebut ternyata tidak semudah menaiki pesawat penumpang yang memiliki garbarata untuk menghubungkan kita ke tempat duduk. Saya dan opa harus menaiki speed boat menuju lokasi kapal pesiar karena kondisi air yang surut. Goncangan kapal, cipratan air laut, dan panasnya matahari membuat kami sangat berhati-hati dengan barang-barang perlengkapan yang dibawa. Berbeda dengan obyek peliputan di hari sebelumnya yang nyaman dengan semua fasilitas tempat penginapan yang nyaman, meliput dan memotret di atas kapal harus berkompromi dengan alam.

Saya pun tidak bisa leluasa menggunakan laptop sekenanya. Panasnya cuaca dan kelembapan udara yang tinggi saat itu membuat laptop saya over heated yang mengakibatkan baterai menjadi lebih cepat habis dan saya harus bolak-balik melakukan charge. Proses charge ini akan menjadi sulit dilakukan bila Anda berada di area yang minim listrik. Belum lagi proses loading yang lama tidak bisa membuat waktu saya menjadi lebih efektif dan ringkas saat bekerja di atas kapal. Waktu yang ringkas dan efektif sangat diperlukan saat peliputan saat itu, karena sang nahkoda sedari awal sudah memberitahu terlebih dahulu kapan saja saat terjadi ombak besar dan air laut pasang yang sudah pasti membuat saya tidak bisa bekerja dengan laptop.

Peliputan kami tidak melulu di atas kapal saat itu, kami pun mendarat ke pulau-pulau sekitar seperti Pulau Rinca, Pulau Komodo, dan tak lupa pink beach. Nahkoda memberi tahu kami akan dijemput oleh kapal yang berbeda sehingga membuat saya tidak bisa ‘menitipkan’ laptop dan membawanya berkeliling pulau ke tempat-tempat yang terkadang memiliki jalur terjal dan mendaki untuk mendapatkan pemandangan yang bagus. Selain bertahan dengan beratnya, saya pun harus ekstra hati-hati membawa laptop yang tergantung dalam ransel di punggung, jika tidak, rusak dan hilang semua data peliputan yang tersimpan di dalamnya.

Dalam Obyek Wisata Pulau Komodo

Tapi itu dulu, kini semuanya menjadi kenangan yang jika saya ingat kembali akan menghadirkan tawa. Kini ASUS sudah mengeluarkan produk terbarunya ASUS ZenBook 13 UX331UAL, sebuah produk laptop yang dulu saya impikan, tipis, ringan, dan poweful telah hadir. Dan saya harus melambaikan tangan selamat tinggal akan semua kerepotan membawa laptop ke lokasi peliputan di luar kota berkat hadirnya ASUS ZenBook 13 UX331UAL. Dengan ASUS ZenBook 13 UX331UAL apapun dan kemana pun tugas peliputannya sudah tidak ada kendala lagi.

Memangnya apa sih istimewanya laptop ini?

  • Memiliki bobot yang ringan dan terbuat dari material yang tangguh

ASUS ZenBook UX331UAL didesain khusus menjadi ZenBook paling portabel yang pernah dibuat hanya setebal 13,9 milimeter. Menggunakan material magnesium aluminium alloy, membuat bobotnya yang sangat ringan, yakni hanya 985 gram dibandingkan dengan varian sebelumnya yang memiliki bobot 1,12 kilogram. Jadi sudah tidak ada lagi cerita punggung pegal karena membawa laptop. Meskipun punya tampilan yang sangat lembut, ZenBook 13 UX331UAL telah lolos pengujian berat standar daya tahan military-grade MIL-STD 810G untuk memastikan perangkat dapat dioperasikan di berbagai kondisi lingkungan. Tak hanya itu, ia juga telah melewati pengujian internal ASUS yang sebenarnya pun sudah melampaui standar industri.

  • Ringkas dengan Performa Tinggi

Dengan layar berukuran 13,3 inci dan resolusi Full HD, ASUS ZenBook UX331UAL punya dimensi yang tidak berbeda jauh dengan kertas berukuran A4. Dengan demikian, laptop ini dapat dengan mudah diselipkan ke dalam koper, backpack, bahkan tas jinjing wanita. Ukurannya jauh lebih kecil dibanding ultrabook berikuran 13 inci pada umumnya. Rahasianya adalah pada bezel layar berfitur NanoEdge. ZenBook 13 UX331UAL diperkuat oleh prosesor tercepat Intel Core i generasi ke-8. Demi menopang performa tinggi, ASUS memadankan prosesor tersebut dengan RAM tercepat DDR4 2133MHz serta penyimpanan kecepatan tinggi dan handal, berbasis M.2 SSD.

  • Kinerja Mumpuni dan Baterai Kuat

Selain menawarkan portabilitas tinggi dengan dimensinya yang kompak dan bobot sangat ringan, ASUS ZenBook 13 UX331UAL juga menawarkan performa yang mumpuni untuk mendukung berbagai aktivitas sehari-hari penggunanya. Tak hanya itu, ia juga menawarkan kinerja baterai yang baik di kelasnya. Saat digunakan secara multitasking non-stop, aplikasi pengukuran baterai PCMark menunjukkan bahwa baterai pada ZenBook 13 UX331UAL sanggup memasok daya hingga 4 jam 43 menit, bahkan sanggup bertahan jauh lebih lama. Dalam skenario tertentu, ASUS bahkan mengklaim baterai laptop ini sanggup bertahan hingga 15 jam.

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

Leave a Reply