NININMENULIS.COM – Jika anggota keluarga memiliki gejala-gejala seperti sering buang air kecil, cepat haus, lekas lapar, berat bada turun drastis, luka sulit sembuh, dan gejala lainnya yang tidak lazim terjadi, hati-hati! Mungkin saat itu tubuh memberi ‘warning’ terkena diabetes. Diabetes. Siapa yang tidak mengenal penyakit berbahaya satu ini. Saking berbahayanya diabetes mendapat julukan The Silent Killer dalam dunia medis.
Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) mencatat setiap 8 detik ada orang yang terbunuh akibat diabetes di dunia ini. Setiap tahunnya pengidap diabetes semakin meningkat namun sayangnya dari sekian banyak pengidap diabetes hanya sedikit yang menyadarinya. Biasanya hal ini dikarenakan berbagai faktor di antaranya, 51% penderita diabetes merasa membebani keluarga dan memilih mendiamkan penyakitnya, 43% merasa cemas dan memilih sebaiknya tidak tahu, terakhir 46% tidak ingin menyusahkan keluarga. Padahal jika diketahui sejak dini, diabetes dapat dikendalikan agar tidak menjadi komplikasi penyakit lain.
Flyer Hari Diabetes Sedunia 2019
Setiap 14 November diperingati sebagai Hari Diabetes Sedunia mengingat penderita penyakit ini terus meningkat setiap tahunnya. Dan di Hari Dibetes Sedunia 2019 Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Direktorat P2PTM) mengangkat tema Lindungi Keluarga dari Diabetes dan menyelenggarakan acara Temu Blogger di Aula Siwabessy, Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan. Hadir 5 narasumber, Dr. Cut Putrie Arianie (Direktur P2PTM Kemenkes RI), Prof. dr. Jose RL Batubara, PhD, SpA(K) (Divisi Endokrinologi Anak, FKUI – RSCM), dr. Fatimah Eliana Taufik, Sp.PD, KEMD (Dokter Penyakit Dalam Konsultas Endokrinologi), dr. Michael Triangto, SpKO, dan Suharyati, SKM, MKM, RD – PERSAGI).
Sebagai pembuka acara, hadir Dr. Cut Putrie Arianie, Direktur P2PTM Kemenkes RI yang berbicara mengenai Implementasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus. “Untuk penyakit tidak menular cukup 3 ini saja yang dikerjakan dengan deteksi dini seperti cek tekanan darah, gula darah, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau lingkar perut secara rutin kalau anda memiliki faktor risiko seperti merok0k, mager, makan sembarangan, dan obesitas. Minimal satu bulan sekali. Buat apa? minimal kalo tidak bisa mengurangi jangan menambah,” kata Dr. Cut Putrie Arianie yang menjelaskan pentingnya deteksi awal untuk mencegah diabetes.
Untuk pencegahan dini, Dr. Cut Putrie Arianie juga mengajak masyarakat untuk membudayakan gerakan hidup sehat atau GERMAS. Pembudayaan GERMAS bisa dilakukan dengan cara-cara yang sederhana dan mudah dilakukan, seperti aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, minimal jalan kaki 10.000 langkah sehari, juga terapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain menghimbau membudayakan GERMAS, Dr. Cut Putrie Arianie juga menjelaskan langkah yang telah dilakukan Kemenkes RI untuk mencegah diabetes yakni dengan melakukan edukasi dan informasi kesehatan kepada masyarakat tentang cara hidup sehat, menghimbau pengendalian konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL), mendorong konsumsi tinggi serat seperti buah dan sayur, jaga keseimbangan kalori, perlindungan khusus dengan perlindungan terhadap bahaya (imunisasi, pengendalian Gula, Garam dan Lemak, dan KTR), kemudian yang terakhir pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar.
Fakta diabetes yang mengagetkan saya, justru berada di sesi kedua ini. Pada sesi ini hadir Prof. dr. Jose RL Batubara, PhD, SpA(K) dari Divisi Endokrinologi Anak, FKUI – RSCM tentang Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak. Apa itu diabetes tipe 1? Diabetes tipe 1 pada anak terjadi karena adanya gangguan fungsi pankreas, sehingga pankreas tidak mampu menghasilkan insulin dalam jumlah cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh kelenjar pankreas untuk membantu tubuh menyerap gula atau glukosa, sehingga kadar gula darah terkontrol. Diabetes tipe 1 pada anak dikenal dengan nama diabetes juvenil atau insulin dependent diabetes melitus (IDDM). Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah dan siapapun dapat mengalaminya. Penyakit ini umumnya terjadi pada anak usia 7-12 tahun, walaupun bisa terjadi pada usia berapapun, dari bayi sampai orang dewasa. Anak dengan diabetes tipe 1 sangat bergantung pada insulin dari luar yang dimasukkan ke dalam tubuh setiap hari untuk mengontrol kadar gula darahnya.
Biasanya, gejala diabetes tipe 1 muncul sangat cepat, hanya dalam hitungan minggu. Berikut ini merupakan gejala-gejala diabetes tipe 1 pada anak.
Rasa haus meningkat dan sering buang air kecil
-
Kadar gula darah dalam tubuh anak meningkat, sehingga tubuh akan merespon dengan cara menghilangkan glukosa ekstra melalui ginjal. Hal ini membuat anak lebih sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Karena banyak cairan yang dikeluarkan dari tubuh, kemudian anak akan merasa sering haus. Minum dalam jumlah banyak dapat membantu anak dengan diabetes untuk menjaga kadar air dalam tubuhnya.
-
Anak sering merasa kelaparan karena tidak dapat menghasilkan insulin, akibatnya glukosa atau gula dari makanan yang masuk ke tubuh anak tidak mampu diserap tubuh secara keseluruhan. Hal ini membuat anak kekurangan energi untuk melakukan aktivitasnya. Akibatnya, menjadi lebih sering merasa kelaparan.
-
Kehilangan berat badan. Tubuh yang tidak dapat menyerap gula darah yang ada dalam tubuh membuat jaringan otot dan cadangan lemak menyusut, sehingga terjadi penurunan berat badan pada anak. Penurunan berat badan biasanya menjadi tanda pertama anak mempunyai diabetes tipe 1.
-
Kelelahan dikarenakan tubuh yang tidak dapat menyerap gula dari makanan membuat tubuh kekurangan energi sehingga anak bisa mengalami kelelahan dan terlihat lesu.
Jika gejala-gejala diabetes tipe 1 pada anak tidak segera dikenali, anak bisa mengalami sakit perut, mual, muntah, bau mulut, kesulitan bernapas, dan bahkan kehilangan kesadaran. Hal ini terjadi karena zat keton terbentuk dalam tubuh. Kondisi ini biasa disebut dengan ketoasidosis. Jika sudah demikian anak dengan diabetes tipe 1 membutuhkan pengobatan khusus seperti:
-
Terapi insulin bisa diberikan dalam bentuk suntikan, pena insulin, maupun pompa insulin. Pemberian terapi insulin bervariasi pada setiap orang. Lamanya terapi insulin juga akan berbeda, tergantung kebutuhan serta kondisi masing-masing orang.
-
Obat-obatan tertentu. Pengobatan diabetes tipe 1 juga sering kali digabungkan dengan beberapa jenis obat-obatan tertentu untuk membantu mengendalikan gula darah anak serta mencegah terjadinya komplikasi lain.
-
Gaya hidup sehat. Meski tak bisa disembuhkan, anak yang memiliki diabetes tipe 1 juga bisa hidup bahagia dan melakukan berbagai rutinitas harian seperti orang sehat pada umumnya. Kuncinya satu, pengaturan pola makan, memperbanyak aktivitas fisik maupun olahraga. Sebelum melakukan olahraga, penting untuk berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu terkait dengan kondisi anak.
Orang tua pun dapat meminta bantuan ahli nutrisi untuk merancang pola diet yang sesuai dengan kondisi anak. “Untuk kebutuhan kalori lakukan dengan diet seimbang, 50-55% karbohidrat, protein 15-20%, lalu 30% lemak, harus sesuai dengan kebutuhan tubuh jangan dikurangi, karbohidrat harus dihitung untuk pemberian insulin. Pada anak diabetes sangat dianjurkan olahraga, karena dengan dia olahraga maka sensitivitas pada insulin juga semakin meningkat, jadi harus bergerak,” ujar dr. Jose.
Untuk urusan olahraga, penderita diabetes baik diabetes tipe 1 atau tipe 2 sebaiknya konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. Menurut dr. Michael Triangto, SpKO, olahraga itu tidak ubahnya seperti pakaian, “olahraga sifatnya tailor-made, disesuaikan per orang dan tujuannya. Apakah tujuannya berolahraga sebagai karier seperti atlet atau sekadar menjaga kebugaran,” ucap dr. Michael Triangto, SpKO saat menyampaikan Kiat dan Teknik Peningkatan Aktivitas Fisik di Tingkat Individu dan Keluarga. Ada tiga cara mudah untuk mengetahui apakah olahraga yang dilakukan cocok atau tidak. Pertama, cek denyut nadi setiap pagi ketika bangun tidur. Denyut nadi normal adalah 60 kali per menit. Jika setelah melakukan olahraga, menemukan jumlah denyut pagi hari bertambah, berarti ada yang salah dengan jenis atau intensitas olahraga yang dilakukan.
Untuk melakukan olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari, untuk menjaga kesehatan jantung, paru-paru, serta alat tubuh lainnya. Jika kegiatan ini dilakukan setiap hari secara teratur maka dalam waktu 3 bulan ke depan akan terasa hasilnya. Berdasarkan tingkatannya, aktivitas fisik dapat dibedakan sebagai berikut:
-
Aktivitas fisik ringan hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan. Contohnya, berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju atau piring, mencuci kendaraan, berdandan, duduk, les di sekolah, les di luar sekolah, mengasuh adik, nonton TV, aktivitas game, main computer, dan belajar di rumah.
-
Aktivitas fisik sedang hanya membutuhkan tenaga intens atau terus menerus. Contohnya, berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain dengan hewan peliharaan, bersepeda, bermain music, dan jalan cepat.
-
Aktivitas fisik berat biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan kekuatan dan membuat berkeringat. Contohnya, berlari, bermain sepak bola, aerobic, bela diri (misal karate, taekwondo, dan pencak silat), serta outbound.
Jika dr. Michael Triangto, SpKO menyoroti pentingnya Kiat dan Teknik peningkatan aktivitas fisik di tingkat individu dan keluarga, Suharyati, SKM, MKM, RD dari PERSAGI mengingatkan kembali akan Gaya Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang. “Makan yang sehat wajib hukumnya bagi semua orang, terutama untuk penderita diabetes. Prinsip pengaturan makan untuk penderita diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yang penting gizinya seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing orang,” lanjut Suharyati. Lebih lanjut Suharyati merekomendasikan gizi seimbang untuk penderita diabetes untuk menjaga gula darah normal berdasarkan rekomendasi dari PERSAGI seperti:
-
Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi sebesar 46-65 persen dari total asupan kalori. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi. Karbohidrat total yang dianjurkan adalah tidak kurang dari 130 gram per hari.
-
Asupan lemak yang dianjurkan untuk diabetesi 20-25 persen kebutuhan kalori, dan tidak dibolehkan melebih 30 persen dari total asupan energi. Komposisi yang dianjurkan untuk lemak jenuh tidak lebih dari tujuh persen kebutuhan kalori. Sementara untuk lemak tidak jenuh ganda tidak kurang dari 10 persen, dan selebihnya adalah dari lemak tidak jenuh. Sedangkan konsumsi kolesterol yang dianjurkan tidak kurang dari 200 miligram per hari. Sebaiknya batasi makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans, seperti daging berlemak.
-
Kebutuhan protein yang diperlukan untuk pasien diabetes sebesar 10-20 persen dari total asupan kalori. Sumber protein yang baik untuk pasien diabetes adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
-
Asupan natrium yang dianjurkan untuk pasien diabetes tidak kurang dari 2000 miligram per hari. Diabetes yang juga memiliki hipertensi perlu mengurangi asupan natrium. Sumber natrium antara lain adalah garam, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
-
Diabetesi dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-kacangan, buah, dam sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Anjuran konsumsi serat untuk diabetesi sekitar 20-35 gram per hari yang berasal dari berbagai sumber bahan makanan. Serat bisa membantu untuk tetap kenyang lebih lama, mengurangi lemak darah, membantu menurunkan gula darah, dan mengurangi resistensi insulin.
-
Gula bukanlah hal yang buruk untuk penderita diabetes asal tahu batas aman perharinya. Batas konsumsi gula yang disarankan oleh KEMENKES RI per orang dalam satu hari adalah 50 gram gula. Sebaiknya ganti gula yang biasa dikonsumsi dengan pemanis rendah kalori dan mengandung kromium untuk meningkatkan fungsi insulin dalam tubuh, sehingga membantu penderita diabetes dalam mengendalikan gula darah. Kurangi semua jenis minuman manis termasuk soda, jus buah, minuman olahraga, dan yang lainnya. Jika ingin makanan manis, makanlah dengan porsi kecil.