NININMENULIS.COM – Di lingkungan sehari-hari, pikun terkadang dianggap hal yang wajar bila dialami oleh lansia dan dijadikan bahan bercanda seperti “wah udah tua nih!” bila dialami yang masih berusia muda. Tetapi tahukah kamu bila tidak terdeteksi dan ditangani dengan baik akan akan memunculkan sindrom gangguan penurunan fungsi otak yang akan mempengaruhi fungsi kognitif, emosi, daya ingat, perilaku, dan juga kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, atau yang biasa kita kenal sebagai demensia. Dan di Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia kupas habis kenali, cegah, dan #ObatiPikun.
Padahal berdasarkan data dari Alzheimer’s Disease International dan WHO, terdapat lebih dari 50 juta orang di dunia mengalami demensia dengan hampir 10 juta kasus baru setiap tahunnya. Dari banyaknya kasus demensia, Alzheimer menyumbang 60-70% kasus. Kasus demensia yang paling dekat dengan dialami oleh Ibu aku setelah terkena serangan stroke pada empat tahun silam. Padahal sebelumnya beliau tidak mengalami gangguan daya ingat sama sekali. Ternyata demensia memiliki banyak macamnya, apa aja itu?
Contents
Demensia Alzheimer
Sekitar 60-70% penderita demensia memiliki gejala ini. Penyakit ini disebabkan oleh pengendapan protein di otak yang mengganggu kerja sel-sel saraf.
Demensia Vascular
Jenis demensia berikutnya adalah demensia vaskular. Pada demensia tipe ini, kerusakan sel otak disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak. Demensia vaskular biasanya terjadi pada orang yang baru mengalami stroke seperti yang dialami Ibu aku di rumah.
Demensia Lewy body
Demensia tipe ini terjadi akibat adanya penumpukan protein tertentu di sel-sel saraf yang mengganggu penghantaran sinyal kimia di otak. Demensia ini memiliki gejala yang mirip dengan demensia pada penyakit Alzheimer dan penyakit Parkison,
Demensia Frontotemporal
Demensia frontotemporal merupakan jenis demensia yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf di bagian frontal (depan) dan temporal (samping) otak akibat mutasi gen-gen tertentu. Area otak inilah mengatur kemampuan bicara, membuat rencana, bergerak, dan emosi.
Demensia dengan Parkinson (campuran)
Demensia campuran adalah kondisi di mana seseorang mengalami lebih dari satu tipe demensia, misalnya demensia akibat penyakit alzheimer dengan parkinson. Gejala yang dialami penderita demensia ini akan sangat bervariasi tergantung pada tipe demensia yang dialami.
Di samping kelima tipe demensia di atas, sebenarnya masih ada beberapa jenis demensia lainnya tetapi sangat jarang terjadi. Untuk memastikan tipe demensia yang dialami, pasien harus diantar ke dokter untuk menjalani pemeriksaan. Untuk itu, deteksi dini dapat membantu penderita demensia dan keluarga lebih siap menghadapi dampak penurunan fungsi kognitif dan pengaruh psiko-sosial dengan lebih baik. Selain itu penanganan demensia sejak dini juga penting untuk mengurangi percepatan kepikunan.
Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia
Dalam rangka menumbuhkan kesadaran untuk deteksi dini gejala demensia alzheimer, pada Minggu (20/9) lalu, aku mengikuti Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia yang merupakan bagian dari program kampanye edukatif #ObatiPikun yang diadakan oleh PT Eisai Indonesia (PTEI) dan PERDOSSI. Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini diikuti oleh dokter spesialis saraf, dokter umum, dokter seminar, serta masyarakat awam.
Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia dibuka secara virtual oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI, DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K), dan President Director PT Eisai Indonesia (PTEI), dr. Iskandar Linardi.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS mengatakan bahwa saat ini memasuki periode aging population, di mana terjadi peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lanjut usia (lansia). Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%).
“Jumlah lansia yang terus meningkat tersebut dapat menjadi aset bangsa bila tetap sehat dan produktif. Namun lansia yang tidak sehat dan tidak mandiri akan berdampak besar terhadap kondisi sosial dan ekonomi bangsa. Demensia Alzheimer merupakan salah satu ancaman bagi lansia di Indonesia saat ini,” ujarnya.
Selanjutnya ada Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI, DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K) yang mengatakan bahwa edukasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan secara terus menerus akan demensia alzheimer sangatlah penting.
“Sebagai bagian dari program kampanye edukatif #ObatiPikun yang kami canangkan, maka kami mengadakan Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini. Para peserta akan mendapat penjelasan menyeluruh mengenai demensia alzheimer dari berbagai narasumber di bawah naungan PERDOSSI. Dalam kesempatan itu pula, peserta akan diperkenalkan pada sebuah aplikasi deteksi dini Demensia Alzheimer bernama aplikasi E-Memory Screening (E-MS). Melalui Aplikasi EMS diharapkan semakin banyak masyarakat yang mengetahui gejala awal Demensia Alzheimer dan tahu bagaimana penanganannya,” paparnya.
Sementara itu, EISAI meluncurkan aplikasi E-MS yang dapat diunduh dengan mudah oleh dokter dan masyarakat awam di playstore dan appstore. Aplikasi E-MS ini akan menilai kondisi memori seseorang dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait demensia alzheimer yang mungkin dialami oleh pengguna aplikasi.
Setelah itu, Aplikasi E-MS akan memberikan skor dan apabila skor tersebut menunjukkan kondisi abnormal, maka aplikasi ini akan menyediakan fitur direktori rujukan terpercaya kepada dokter di sekitar pengguna aplikasi berdasarkan GPS termasuk informasi jarak, nama dokter beserta keahliannya di bidang Demensia Alzheimer, serta nomor call center rumah sakit yang dapat dihubungi. Selain deteksi dini, aplikasi ini juga menyediakan ragam informasi terpercaya dan akurat mengenai demensia alzheimer dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam.
Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini
Demensia atau yang biasa disebut dengan pikun adalah kondisi di mana seseorang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengingat sesuatu atau lupa dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Pikun atau demensia merupakan salah satu gejala awal timbulnya penyakit Alzheimer. Alzheimer sendiri merupakan gangguan sel-sel saraf, di mana proses penuaan ini terjadi pada orang tua atau lansia. Yang sering rancuh di kehidupan sehari-hari yakni penyamakan pikun dengan pelupa, padahal menurut dr. S.B. Rianawati, SpS (K) Pokdi Neurobehaviour Cabang Malang, pikun dan pelupa memiliki perbedaan.
Pelupa terjadi karena gangguan pemusatan perhatian sementara, lupa nama orang yang jarang bertemu, sesekali kesulitan menemukan kata yang tepat saat berbicara, dan lain sebagainya. Sedangkan Pikun terjadi karena fungsi kognitif menurun disertai gangguan aktivitas keseharian, lupa nama orang yang sering bertemu, sering lupa hal penting, kemampuan berbicara sangat terganggu, tersesat, bahkan di lingkungan sekitar rumahnya, dan lain sebagainya.
Gejala pikun yang paling mudah dilihat yakni:
-
Gangguan daya ingat atau sering lupa.
-
Disorientasi, bingung akan waktu (hari, tanggal), tidak tahu jalan pulang.
-
Menarik diri dari pergaulan.
-
Perubahan perilaku dan kepribadian.
-
Sulit melakukan pekerjaan yang familier, seperti sulit menyelesaikan pekerjaan sehari-hari, cara
-
mengemudi, mengatur keuangan, dan lain sebagainya.
-
Kesulitan memahami visuospastial atau sulit mengukur jarak dan tidak dapat membedakan warna.
-
Sulit fokus.
-
Gangguan berkomunikasi atau kesulitan berbicara.
-
Salah membuat keputusan.
-
Menaruh barang tidak pada tempatnya.
Demensia sendiri bisa terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti:
-
Penyakit degeneratif. Hingga saat ini banyak orang dikatakan pikun karena adanya kinerja organ tubuh (degeneratif). Hal ini biasanya terjadi pada mereka yang berusia lanjut.
-
Cedera kepala. Penyebab kedua ini bisa jadi yang paling dominan mengapa seseorang bisa pikun. Cedera akibat benturan biasanya disertai kurang normalnya aliran darah yang ada pada kepala. Jenis penyakit ini biasanya disebut dengan chronic traumatic encephalopathy. Menjadi penting kemudian bagaimana setiap orang untuk menjaga kepala agar tidak terjadi benturan. Terutama saat berkendara menggunakan motor agar memastikan diri mengenakan helm.
-
Tumor otak. Mereka yang menderita tumor otak lebih rentan terhadap kepikunan daripada orang yang sehat. Tak hanya itu saja tapi juga akan disertai dengan sakit kepala, kejang, hingga otot tubuh melemah. Pada beberapa kasus ditemukan mereka yang mengalami gangguan pada pancaindra.
-
Penyakit keturunan. Ternyata pada beberapa kasus pikun dikarenakan penyakit Huntington. Penyakit ini adalah salah satu jenis penyakit keturunan di mana penderitanya memiliki masalah terkait sel otak yang kurang sempurna. Ciri yang paling nampak adalah kemampuan berpikir yang kurang dari seharusnya. Selain beberapa penyebab di atas, pikun juga bisa dikarenakan beberapa penyebab lain semisal kekurangan vitamin B baik itu B1 atau B12, infeksi otak, penyakit autoimun hingga penyakit langka.
Bagi yang sudah pikun atau demensia pastinya tidak bisa disembuhkan seratus persen lagi. Oleh karena itu menjadi penting untuk mengetahui bagaimana mencegah pikun datang lebih cepat. Ada banyak cara untuk mencegah pikun. Berikut langkah yang paling sederhana untuk mencegah pikun atau demensia:
-
Olahraga
Olahraga tidak saja baik untuk kesehatan tubuh tapi juga baik untuk kesehatan otak. Oleh karena itu jangan ragu untuk sering berolahraga. Tak harus olahraga yang mahal atau susah. Cukup sering jalan kaki atau olahraga di sekitar rumah pun kita akan tetap sehat baik itu untuk tubuh maupun otak.
-
Latih fungsi otak
Merasa jarang melatih fungsi otak? Kini saatnya untuk kembali bermain catur atau mengisi teka-teki silang dan sejenisnya. Kegiatan tanpa berkeringat ini juga dipercaya mampu menjaga kesehatan kepala dan apa yang ada di dalamnya.
-
Lakukan kegiatan produktif
Pandemi bukan berarti harus bermalas-malasan atau berdiam diri di dalam rumah. Melakukan aktivitas berkebun atau bercocok di sekitar rumah atau ke dapur untuk mencoba menu baru pun dapat dilakukan.
-
Menjalani kebiasaan hidup yang sehat.
Menjalani kebiasaan hidup sehat caranya dengan menjaga berat badan ideal, berolahraga yang cukup, menjaga kadar kolesterol, dan tidak merok0k, dapat mengurangi risiko terjadinya demensia.
-
Jaga Silahturahmi
Yang kelima ini bukan hanya melatih fungsi otak tapi segalanya. Ingat dalam silahturahmi dibutuhkan kemampuan untuk berkomunikasi dan menerima kekurangan satu sama lainnya.
Bila gejala demensia atau pikun sudah tampak maka mau tidak mau harus segera obati pikun bila tidak ingin lebih parah. Tujuan dari pengobatan pasien pikun sedari dini adalah untuk meringankan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, membuat penderita dapat hidup semandiri mungkin dan dapat beraktivitas seperti sediakala. Beberapa penanganan meliputi:
Terapi Stimulasi Kognitif
Salah satu metode yang paling populer dalam mengatasi pikun yakni dengan cara terapi yang dikenal dengan cognitive stimulation therapy (CST). Metode psikoterapi ini berupaya untuk mengembalikan fungsi kognitif dan memperbaiki hubungan penderita demensia dengan lingkungan sekitar. Metode ini terbukti cukup efektif dan banyak dipilih untuk obati pikun. Metode ini dilakukan dengan cara melibatkan penderita dalam berbagai aktivitas sehari-hari dengan anggota keluarga lainnya. Peran serta dan dukungan seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam kegiatan ini. Gagal atau suksesnya terapi stimulasi kognitif pastinya dipengaruhi lingkungan sekitar.
Mengkonsumsi Obat
Dunia medis saat ini berkembang sangat pesat dan pastinya kini tersedia berbagai obat untuk obati pikun. Obat-obatan ini diharapkan mampu memperbaiki gejala pikun dan meningkatkan fungsi otak penderita. Obat-obatan yang biasa dipakai untuk mengobati demensia antara lain donezepil, rivastigmin, galantamine, dan memantine. Ingat, obat digunakan hanya atas rekomendasi dokter atau mereka yang berhak membuat resep. Aneka obat ini bisa jadi tidak akan sembuhkan secara keseluruhan tapi setidaknya akan kurangi rasa sakit. Setidaknya dengan obat yang tepat maka pikun akan bisa dicegah agar lebih lambat.
Perawatan Paliatif
Khusus bagi penderita yang mengalami pikun teramat parah atau pada mereka yang sudah tidak mungkin untuk disembuhkan maka disarankan untuk menjalani perawatan paliatif. Perawatan ini lebih fokus pada peningkatan kualitas hidup pada sisa umur yang ada.
Demensia Alzheimer di Masa Pandemi COVID-19
Seperti halnya aku yang merawat seorang Ibu demensia akibat stroke, mungkin kamu juga salah seorang yang memiliki keluarga dengan kondisi demensia. Sesekali pasti merasa kesal saat perilaku orang dengan demensia (ODD) ini sudah cukup mengganggu dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya, apalagi di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang. Lantas, bagaimana merawat orang dengan demensia (ODD) yang baik? Junita Maja Pertiwi, Kelompok Neurobehavior PERDOSSI memberikan beberapa tipsnya.
“Tidak hanya memperhatikan asupan gizi yang seimbang, kita perlu menciptakan lingkungan dan suasa positif di sekitar ODD,” ujarnya.
Satu hal yang harus diterima oleh keluarga terdekat ODD adalah memahami. Terlebih saat ODD adalah orangtua kita, ketika menjadi orang lain, ketika kita tidak dapat mengubah keadaan misalnya saat mereka tidak lagi mengenal kita. Maka kita harus menerima kenyatan baru dengan hati tulus. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
-
Kita adalah pengganggu, yang bisa kita lakukan adalah sabar dan mengalah.
-
Drama menjadi nyata, yang bisa kita lakukan adalah membantu menyelesaikan drama tersebut.
-
Mudah berubah pikiran, yang bisa kita lakukan adalah jangan memaksa.
-
Momen normal, yang bisa kita lakukan adalah harus masuk ke dunianya.
Saat pandemi seperti ini, tentunya akan sedikit lebih ekstra dalam merawat ODD. Berikut hal-hal yang perlu dilakukan :
-
Pakailah masker Anda barulah menolong orang lain.
-
Takut dan mengasihani diri adalah musuh sejati.
-
Sadar/Refleksi diri: ‘fire together wire together’.
-
Jika ingin Bahagia, berbahagialah
-
Mencari informasi perawatan ODD di masa pandemi.
-
Mencari bantuan pihak berkompeten, termasuk mengenai gejala dan tanda Covid-19 pada ODD.
-
Membagi tugas dengan keluarga lain.
-
Beri perhatian dan jangan lupa mohon maaf, dan lain sebagainya.