NININMENULIS.COM – Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas adalah sebuah novel karya Eka Kurniawan yang sudah terbit sejak 2014. Sudah memiliki buku fiksi ini sejak lama ternyata keberadaan harus terselip di antara koleksi buku aku lainnya, yang akhirnya terlewat dibaca. Ternyata di masa pandemi seperti sekaranglah kesempatan mencari-cari koleksi buku fiksi yang belum sempat terbaca selama ini, dan novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas salah satunya.
Hanya orang yang enggak bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati
-Hal.1-
Sudah terbayangkan bercerita mengenai apa novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ini? Untuk diketahui, buku fiksi yang kerap dianggap vulgar ini oleh penerbitnya, Gramedia Pustaka Utama pada Juli 2020 lalu sudah diangkat menjadi graphic novel. Dan tidak hanya itu saja, buku fiksi berjudul Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ini rencananya di 2021 sudah dapat dinikmati dalam format film. Jadi sebelum menonton filmnya, yuk kita review novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas terlebih dahulu.
Contents
Sinopsis Novel
Seperti buku fiksi populer lainnya, terdapat sinopsis dan beberapa komentar mengenai novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas di belakang buku.
Di puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa: dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah melihatnya melalui lubang di jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.
Secuil paragraf yang berkisah mengenai isi di dalam novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas. Paragraf tersebut belum bercerita apa-apa, masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang mucul dan akan terjawab bila kita tuntas membaca buku fiksi ini. “Mengapa ada sosok burung di buku ini?” dan “Apa hubungannya dengan dua orang polisi dengan burung yang tertidur?” adalah beberapa pertanyaan yang memancing keingintahuan isi dari buku Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas.
Novel ini berkisah tentang seorang anak muda bernama Ajo Kawir, yang merupakan salah satu dari dua bocah yang diam-diam mengintip peristiwa pemerkosaan yang dilakukan oleh dua orang polisi kepada seorang perempuan gila. Saat kejadian itu, Ajo Kawir yang mengintip bersama teman karibnya yang bernama Si Tokek dari lubang jendela ketahuan karena salah satu dari mereka terpeleset.
Beruntung Si Tokek langsung kabur ke semak-semak, sedangkan Ajo Kawir naas diringkuk oleh kedua polisi itu. Tak berkutik, Ajo Kawir langsung diseret ke dalam rumah si perempuan gila. Di dalam rumah itulah semuanya bermula. Ajo Kawir yang masih bocah dipaksa oleh dua orang polisi itu untuk menonton adegan pemerkosaan dari dekat, bahkan dipaksa untuk ‘turut bergabung’ dalam aksi bejat itu, lengkap dengan ancaman moncong pistol yang menempel di kepalanya.
Dalam situasi yang sama sekali tidak ia harapkan, Ajo Kawir pun ciut dan pucat pasi. Malapetaka pun tiba. Saking ketakutannya, burung Ajo Kawir mendadak shock; tak bereaksi terhadap apa yang ada di hadapannya. Kedua polisi yang menyadari hal itu langsung meledek Ajo Kawir habis-habisan. Ia dianggap payah dan tidak berguna. Merasa kasihan, mereka akhirnya melepaskan Ajo Kawir.
Malam itu adalah awal dari segalanya. Betapa peristiwa pemerkosaan perempuan gila tersebut sangat membekas di benak Ajo Kawir, sampai-sampai membuat burungnya memilih untuk tidur panjang dan tak pernah bangun lagi. Ajo Kawir jadi pemuda yang tumbuh dalam trauma, lengkap dengan burung yang dianggap tak berguna.
Lucunya, Ajo Kawir sudah melakukan segala cara untuk membangunkan kembali burungnya. Dia pernah mencoba mengoleskan burungnya dengan cabe rawit segar, tapi hasilnya ia hanya meraung-raung kepanasan dan membuat heboh satu kampung. Ia juga pernah memanfaatkan sengatan lebah, hasilnya si burung memang membesar, tapi lebih kepada membengkak dengan bentuk yang tak tentu, selain ia juga meraung kesakitan.
Kemaluan Ajo Kawir tak bisa berdiri. Melihat perempuan telanjang tak berdiri. Pokoknya tak mau berdiri dengan cara apapun
-Hal.34-
Setelah itu, ceritanya berjalan lebih mengalir. Untuk melampiaskan kekesalannya, Ajo Kawir tumbuh menjadi pemuda yang gemar berkelahi. Bersama sahabatnya, Si Tokek, mereka tak segan menghajar siapa saja yang mereka mau. Mereka jadi dikenal dan ditakuti banyak pemuda lain. Hanya saja, tak ada yang tahu di balik kebrutalan Ajo Kawir, ada burung malang yang tak bisa diharapkan.
Ajo Kawir lalu berpacaran dengan gadis bernama Iteung. Iteung lalu mengutarakan keinginannya untuk menikah dengan Ajo Kawir, tapi Ajo Kawir sendiri ragu dengan kondisinya. Singkat cerita, Iteung jadi tahu tentang kondisi burung Ajo Kawir. Apa daya, cinta membuat Iteung tak mempermasalahkan kondisi itu dan mereka pun menikah.
Enggak bisa. Aku enggak bisa jadi kekasihmu. Kamu seperti cahaya dan aku gelap gulita, sesuatu yang enggak kamu mengerti
-Hal. 59-60-
Kehidupan setelah pernikahan justru semakin rumit. Iteung hamil. Tak mungkin oleh Ajo Kawir, Cerita kemudian berlanjut dari satu pembalasan dendam ke pembalasan dendam lainnya. Ajo Kawir juga sempat merasakan kerasnya hidup di penjara karena membunuh salah satu mantan preman yang paling disegani.
Setelah keluar dari penjara, Ajo Kawir memutuskan untuk keluar dari kehidupan kelamnya dan ‘berguru’ dari burungnya yang memilih hidup dalam kesunyian. Ia tidak berkelahi lagi dengan siapa pun dan lebih sabar dalam menanggapi apa pun. Ajo Kawir berdamai dengan dirinya sendiri dan sudah menerima kondisi yang terjadi pada dirinya khususnya pada burungnya yang hening tak bergeming.
Demi meninggalkan kehidupan lamanya yang kelam, Ajo Kawir menjajaki kehidupan baru dengan menjadi seorang supir truk lintas Jawa-Sumatera. Di balik kemudinya, tak disangka Ajo Kawir menjadi supir truk yang sangat bijak: ia hanya menginginkan kehidupan yang tentram dan damai. Suatu waktu ia mengaku bisa bijak seperti itu karena ia selalu berkonsultasi dengan burungnya. Benar, Ajo Kawir sering mengobrol dengan burungnya sendiri.
Kemaluan bisa menggerakkan orang dengan biadab. Kemaluan merupakan otak kedua manusia, seringkali lebih banyak mengatur kita daripada yang bisa dilakukan kepala. Itu yang kupelajari dari milikku selama bertahun-tahun ini
-Hal.126-
Review Buku
Gimana menarikkan novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ini? Di buku fiksi ini, Eka tampil lebih ceplas-ceplos dari sebelumnya. Banyak kata-kata yang vulgar dan brutal, biarpun aku tidak terlalu terkejut karena gaya bahasanya yang memang demikian, tapi di Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, Eka sama sekali tidak menyaring pilihan katanya. Misalnya saja untuk menyebutkan ‘burung’.
Di sinopsisnya, sebutan ‘burung’ mungkin dipilih untuk sebuah penghalusan, secara kita tahu orang-orang di toko buku pasti membaca sinopsisnya dulu sebelum membeli. Tapi tidak boleh lupa kalau kode 21+ tertera di bawah sampul belakang novel ini. Kode itu bukan tanpa alasan, karena di dalam novelnya penyebutan ‘burung’ tidak akan sehalus itu lagi. Tak sampai di situ, banyak adegan dewasa dan adegan brutal yang berulang kali diceritakan di dalam Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, belum lagi kalimat umpatan yang terbaca kasar.
Seperti ciri khas Eka Kurniawan, setting cerita Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas juga selalu erat dengan kehidupan sosial masyarakat menengah ke bawah. Namun, isu yang diangkat Eka kebanyakan selalu tidak lumrah untuk dibicarakan, namun bukan tidak mungkin itu memang ada dan nyata.
Menurut aku, novel ini terasa lebih jujur karena gaya penulisannya yang ceplas-ceplos, tapi bukan asal-asalan. Kalimat-kalimat dalam novel ini juga pendek-pendek, lugas, lebih banyak adegan-adegan yang diceritakan dari pada narasi atau perumpamaan yang bertele-tele. Kejujuran dan cara menyampaikannya membuat novel ini tidak terasa ‘menjijikkan’ walaupun di awal cerita sempat membuat aku sakit kepala karena kata-kata yang dipakai terkesan kasar dan brutal.
Secara garis besar, novel ini sama sekali tidak sulit dibaca. Hanya saja memang tidak semua kalangan atau umur bisa membacanya. Celetukannya juga kena dan lucu-lucu semua. Beberapa kali aku tersenyum geli oleh tutur kata satir ala Eka Kurniawan. Entahlah, Eka Kurniawan seperti meletakkan komedi di atas sebuah tragedi. Pokoknya, novel ini sama sekali tidak membosankan, dan tentu saja menghibur.
Satu yang paling aku suka dalam Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ini adalah ending-nya. Eka Kurniawan benar-benar piawai menutup novel ini dengan cara yang ciamik. Ending-nya sukses membuat aku menarik nafas panjang sekaligus berdecak kagum atas kepiawaian sang penulis. Sebuah ending yang manis untuk novel yang se-ceplas-ceplos ini.
Kehidupan manusia ini hanyalah impian kemaluan kita. Manusia hanya menjalaninya
-Hal.188-