NININMENULIS.COM – NADIRA, begitu judul novel karya Leila Chudori ini saat aku lihat di toko buku. Dari komentar di dalamnya baru aku ketahui bahwa sebelumnya buku ini berjudul 9 dari Nadira. Ilustrasi cover yang menggambarkan sosok seorang perempuan dengan dominasi warna pink, kuning, dan hijau membuat aku mengambil buku ini dari rak, dan membaca judulnya, NADIRA, yang ditulis kecil di kanan bawah covernya. Cover yang sangat menarik. Jika tidak membacanya dari dekat, sekilas terlihat seperti cover sebuah buku diary. Ya novel ini layaknya sebuah diary, diary Nadira tepatnya.
Mungkin aku termasuk orang yang terlambat membaca novel NADIRA yang telah diterbitkan sejak 2009. Dan ternyata novel ini sebegitu menariknya. Tidak salah bila novel NADIRA mendapatkan komentar positif dari beberapa tokoh, seperti Joko Anwar, Riri Riza, Putu Wijaya, dan lain sebagainya.
9 dari Nadira in my book of the year
– Ananda Sukarlan, Pianis dan Komponis –
Selain cover dan komentar positif dari beberapa tokoh yang telah membaca novel NADIRA, alasan lain aku memilih buku ini karena halamannya tidak terlalu tebal, hanya 270 halaman. Pas untuk aku yang sedang mencari novel berkualitas dan dapat dibawa-bawa. Setelah membaca NADIRA, mungkin aku akan melanjutkan dengan buku karya Leila Chudori lainnya, Laut Bercerita yang lebih tebal halamannya.
Contents
Sinopsis Novel NADIRA
Novel NADIRA atau 9 dari Nadira merupakan kumpulan cerpen dari Leila Chudori yang dibukukan. Empat judul yang telah diterbitkan yaitu Mencari Seikat Seruni (Majalah Horison, April 2009), Tasbih (Majalah Horison, September 2009), Melukis Langit (Majalah Matra, Maret 1991), dan Nina dan Nadira (Majalah Matra, Mei 1992). Ketujuh judul lainnya yakni Ciuman Terpanjang, Kirana, Sebilah Pisau, Utara Bayu, At Pedder Bay, Sebelum Matahari Mengetuk Pagi, dan Dari New York ke Legian. Meskipun terdiri dari kumpulan cerpen, jangan khawatir akan jalan ceritanya, karena sebagai novel, buku ini saling berkesinambungan antara satu dengan lainnya.
Dalam novel NADIRA, Leila memilih kehidupan seorang wartawan di era 1990-an sebagai latar belakang cerita yang disajikan dalam bentuk satire. Bagaimana seorang yang berprofesi ‘pembawa berita’ untuk menyampaikan kebenaran kendati saat itu ia dalam tekanan kehidupan.
Wartawan yang tak mungkin menulis tentang kebenaran, karena kalau kita menulis tentang bisnis anak-anak pejabat, kita akan ditelepon
-Halaman 81-
Kisah dimulai ketika Nadira Suwandi yang menjadi tokoh di novel ini, menemukan sang Ibu tewas bunuh diri menenggak pil tidur. Kematian Ibunya yang mendadak dan mengejutkan memberi dampak yang besar terhadap kehidupan Nadira sebagai seorang adik (Nina dan Nadira), anak (Melukis Langit), wartawan (Tasbih, Sebilah Pisau), kekasih (Ciuman Terpanjang), istri (Kirana), hingga garis kehidupan yang akhirnya membawa kembali Nadira kembali ke masa lalunya untuk mencari ketenangan dan kebenaran akan perasaannya (At Pedder Bay).
Nadira adalah anak ketiga dari pasangan Bramantyo dan Kemala. Ia seorang perempuan introvert yang lebih tertarik mencari jawaban hidupnya dari buku ketimbang menghadapi realitas. Sifat Nadira berbanding terbalik dengan kakak pertamanya, Nina yang cenderung arogan atau kakak keduanya Arya yang lebih menyukai alam.
Novel NADIRA menyajikan cerita bertutur dari orang pertama dan orang ketiga. Beberapa review mengatakan hal ini membingungkan tetapi menurut aku justru kita lebih memahami latar belakang cerita tidak hanya dari satu sisi atau orang pertama saja. Membaca Novel NADIRA, rasanya seperti membaca sebuah diary, dan Kemala, sang Ibu lah yang bercerita di awal.
Cerita berawal saat Kemala dan Bramantyo masih menjadi pelajar di Eropa. Bramantyo seorang pemuda yang cerdas dan memperoleh beasiswa di Belanda. Ia terlahir dari keluarga Sunda-Jawa yang sangat mengagumi pemikiran Natsir, meskipun latar belakang keluarganya yang konservatif dan merupakan simpatisan NU garis keras. Sedangkan Kemala yang kemudian menjadi istrinya berasal dari keluarga berlatarbelakang sangat berbeda. Kemala berasal dari Lampung-Palembang dan merupakan simpatisan PSI di era revolusi, bisa dikatakan bahwa keluarganya cenderung sekuler.
Bramantyo kemudian menjadi wartawan yang hebat dan terkenal, sikapnya yang kritis menjadikan namanya cukup dikenal. Bramantyo dan Kemala adalah keluarga yang dibesarkan dengan budaya literasi dan intelektual yang tinggi. Tengok saja pola literasi yang dihadirkan di dalam cerita ini pun tidak main-main. Beberapa nama penulis terkenal dunia seperti Simone De Beauvoir, William Shakespeare, dan masih banyak lagi di hadirkan di sini. Tidak heran bila Nadira menjadi sosok yang gemar membaca dan mengikuti jejak sang ayah menjadi seorang wartawan di Majalah Tera.
Suicides have a special language. Like carpenters they want to know Which Tools. They never as Why Bulid
-Sajak Anne Sexton, halaman 111-
Kepergian Kemala yang mengejutkan memberi dampak yang mendalam pada kondisi phikis suami dan ketiga anaknya, Nina, Arya, dan Nadira. Bramantyo menjadi lebih senang menghabiskan seluruh malam dengan menyaksikan film yang sudah ia tonton ribuan kali. Nina, si anak sulung memilih menyibukkan diri dengan merampungkan pendidikannya di New York, berbeda dengan Arya yang memilih mengasingkan diri ke hutan. Sementara Nadira, si bungsu yang selama berbulan-bulan tidak berani pulang dan memilih meringkuk di kolong meja kerja kantornya. Senyum dan keceriaan yang dimiliki Nadira pun menghilang, redup seperti matahari tanpa sinar.
Nadira pun menjadi sosok yang dingin dan tenggelam dalam kelam, sedangkan pikirannya terus bertanya, mengapa Ibunya memutuskan ‘pergi’ dengan cara bunuh diri? Nadira pun memilih menenggelamkan diri dalam pekerjaan sebagai wartawan ketimbang menangis berkepanjangan karena meninggalnya sang Ibu yang tragis.
Tidak hanya menghadirkan kekelaman karena novel NADIRA juga menghadirkan bumbu asmara yang rumit, seperti hubungan Nadira dengan Gilang Sukma, suami Nina yang seorang koreografer dan juga dengan Utara Bayu, pemimpin Tera yang bahkan tak sanggup mengungkapkan perasaan yang ia pendam bertahun-tahun kepada Nadira. Kehadiran Niko yang tiba-tiba menikahi Nadira juga menjadi kejutan di tengah cerita. Perceraian Nina dengan Gilang dan juga perceraian Nadira dan Niko sepertinya menjadi kenyataan hidup lain yang harus dihadapi keluarga besar Suwandi.
Katakanlah wahai angin. Kenapa Kirana dalam tubuh Panji, seperti lautan dendam yang memiliki ombak yang berlipat-lipat
-Halaman 170-