NININMENULIS.COM – Sederhana tapi sangat mengesankan. Itu kalimat yang menurut aku mewakili isi cerita dari drama Korea Navillera. Meskipun tidak mendapat banyak sorotan dengan rating yang kurang memuaskan, tetapi menurut aku drama Korea Navillera sangat layak ditonton oleh semua usia. Selain banyak pesan moral di dalamnya, drama ini memiliki alur cerita yang menarik dari awal hingga akhir episode-nya.
Ademnya respon menikmat drama Korea terhadap drama Navillera sempat membuat aku ‘malas’ menontonnya di awal. Tetapi saat alur cerita sudah berjalan, aku rasanya tersihir chemistry yang terjalin antara Shim Deok Chul (Park In Hwan) dan Lee Chae Rok (Song Kang). Sangat menarik, saking manariknya aku serasa melihat jalinan hubungan kakek dan cucu yang sesungguhnya.
Contents
Terbang Seperti Kupu-kupu
Sebelum aku mereview jalan cerita dari drama Korea Navillera, cari tahu dulu yuk mengapa drama ini diberi judul Navillera? Rupanya kata Navillera diambil dari karya sastra Korea yang merupakan cara Cho Chi Hun, seorang sastrawan Korea dalam mengeskpresikan kata seperti kupu-kupu di dalam puisinya yang berjudul The Nun’s Dance. Seperti makna judulnya, drama Navillera memang menjelma seperti kupu-kupu yang indah. Navillera dipenuhi hal-hal cantik nan menawan dan layak untuk diberikan tepuk tangan yang paling kencang.
Drama Korea Navillera yang memiliki 12 episode ini telah tamat penayangannya pada Selasa (27/4) lalu. Drama ini diangkat dari webtoon berjudul sama yang bercerita tentang Shim Deok Chul (Park In Hwan), pria berusia 70 tahun dan telah pensiun dari pekerjannya sebagai pegawai kantor pos. Di masa tuanya ternyata ada satu mimpinya yang belum tercapai, ia ingin menjadi penari balet. Shim Deok Chul kecil sangat bermimpi menjadi penari balet, tetapi apa saya mimpinya ini ditentang sang ayah yang menganggap tabu seorang laki-laki melenggak-lenggok menari. Tidak hanya itu saja, kehidupannya yang serba sulit pun membuat Shim Deok Chul semakin tidak bisa mewujudkan mimpinya itu.
Di perayaan ulang tahunnya ke 70 tahun, Shim Deok Chul memutuskan untuk mengejar mimpi masa kecilnya sebagai penari balet. Tekadnya ini semakin menggebu saat menyaksikan Lee Chae Rok (Song Kang) yang tengah berlatih di sanggar balet pribadi milik Ki Seung Joo (Kim Tae Hoon), mantan suami Eun So Ri (Yoon Ji Hye) salah satu pengajar di akademi balet.
Di awal cerita Ki Seung Joo digambarkan seorang yang sosiopat – ucapannya terkesan sinis dan tajam, apalagi saat mengomentari gerakan balet Lee Chae Rok. Namun seiring berjalannya cerita, menurut aku Ki Seung Joo justru bermetamorfosis menjadi sosok ‘guru’ yang perhatian dan keren banget. Pertemuan Shim Deok Chul dan Lee Chae Rok memang membuat perubahan besar, tidak hanya bagi kehidupan keduanya tetapi juga keluarga dan orang-orang yang ada di sekitar mereka.
Sepanjang cerita Navillera membingkai dengan manis bagaimana dua tokoh utamanya, Shim Deok Chul dan Lee Chae Rok tumbuh dan terikat dalam balet. Rasanya hangat menyaksikan interaksi keduanya di drama ini. Shim Deok Chul, seorang kakek yang pantang putus asa dan Lee Chae Rok, sosok balerino yang memiliki latar belakang keluarga tak indah.
Layaknya drama keluarga lainnya, Navillera juga dipenuhi momen-momen haru yang memancing air mata penonton. Momen itu tak hanya muncul dari hubungan pasang surut Shim Deok Chul dan Lee Chae Rok, tetapi juga dari para pemain pendukung. Seperti hubungan Lee Chae Rok dengan sang ayah Lee Moo Young (Jo Sung Ha), atau kisah teman lama Lee Chae Rok, Yang Ho Beom (Kim Kwon) yang juga berjuang mewujudkan mimpinya sebagai pemain sepak bola.
Kisah anggota keluarga Shim Deok Chul pun tidak kalah menarik untuk diikuti dengan berbagai permasalahan mulai dari pekerjaan, trauma, hingga usaha memiliki anak. Momen-momen haru itu pun menjadi refleksi bagi penonton dan memberikan pelajaran hidup baru yang menggugah bahwa siapapun bisa terbang dan menggapai mimpinya.
Mewujudkan mimpi Shim Deok Chul menjadi penari balet di usia-70 tahun bukan perkara yang mudah. Selain faktor usia, keluarga, dan lingkungan ternyata ada faktor penghambat besar lainnya yang menghadang, Shim Deok Chul didiagnosa menderita Alzheimer. Berlahan-lahan ia mulai mengalami gangguan ingatan, mulai dari lupa dengan orang sekitar hingga lupa gerakan balet.
Bersama dengan Lee Chae Rok, Shim Deok Chul tak patah semangat, ia terus giat berlatih, “Biarpun ingatanku lupa tetapi tubuhku akan mengingatnya,” begitu tekad Shim Deok Chul. Lee Chae Rok pun tak kalah gigih untuk mewujudkan keinginan Shim Deok Chul untuk ‘terbang’, “Nggak apa-apa kamu melupakan aku, cukup aku saja yang mengenali kamu,” ucap Lee Chae Rok membesarkan hati Shim Deok Chul yang mulai tidak mengenali dirinya.
Drama Korea Navillera memang menampilkan banyak dialog-dialog menarik, bagaimana untuk terus berjuang dan tidak mudah berputus asa saat rintangan dan masalah datang, “karena semua akan berlalu dan tanpa sadar kita telah melewatinya.” Meskipun alurnya terasa lambat, menurut aku tidak menjadi masalah mengingat drama Navillera bergenre drama keluarga. Di akhir cerita kita akan merasa hangat meskipun visual cerita berlatar belakang turunnya salju.
Jadi apapun hambatan dan masalahnya jangan pernah berhenti bermimpi untuk terbang yess!!
Mengenal Penyakit Alzheimer
Penyakit alzheimer yang diderita Shim Deok Chul memang menjadi momok bagi siapa saja. Alzheimer sendiri merupakan gangguan sel-sel saraf, di mana proses penuaan ini terjadi pada orang tua atau lansia. Yang sering rancuh di kehidupan sehari-hari yakni penyamakan pikun dengan pelupa. Pelupa terjadi karena gangguan pemusatan perhatian sementara, lupa nama orang yang jarang bertemu, sesekali kesulitan menemukan kata yang tepat saat berbicara, dan lain sebagainya. Sedangkan Pikun terjadi karena fungsi kognitif menurun disertai gangguan aktivitas keseharian, lupa nama orang yang sering bertemu, sering lupa hal penting, kemampuan berbicara sangat terganggu, tersesat, bahkan di lingkungan sekitar rumahnya, dan lain sebagainya.
Gejala pikun yang paling mudah dilihat yakni:
– Gangguan daya ingat atau sering lupa.
– Disorientasi, bingung akan waktu (hari, tanggal), tidak tahu jalan pulang.
– Menarik diri dari pergaulan.
– Perubahan perilaku dan kepribadian.
– Sulit melakukan pekerjaan yang familier, seperti sulit menyelesaikan pekerjaan sehari-hari, cara mengemudi, mengatur keuangan, dan lain sebagainya.
– Kesulitan memahami visuospastial atau sulit mengukur jarak dan tidak dapat membedakan warna.
– Sulit fokus.
– Gangguan berkomunikasi atau kesulitan berbicara.
– Salah membuat keputusan.
– Menaruh barang tidak pada tempatnya.
Bagi yang sudah pikun apalagi terkena alzheimer pastinya tidak bisa disembuhkan seratus persen lagi. Oleh karena itu menjadi penting untuk mengetahui bagaimana mencegah pikun datang lebih cepat. Ada banyak cara untuk mencegah pikun. Berikut langkah yang paling sederhana untuk mencegah pikun:
-
Olahraga
Olahraga tidak saja baik untuk kesehatan tubuh tapi juga baik untuk kesehatan otak. Oleh karena itu jangan ragu untuk sering berolahraga. Tak harus olahraga yang mahal atau susah. Cukup sering jalan kaki atau olahraga di sekitar rumah pun kita akan tetap sehat baik itu untuk tubuh maupun otak.
-
Latih fungsi otak
Merasa jarang melatih fungsi otak? Kini saatnya untuk kembali bermain catur atau mengisi teka-teki silang dan sejenisnya. Kegiatan tanpa berkeringat ini juga dipercaya mampu menjaga kesehatan kepala dan apa yang ada di dalamnya.
-
Lakukan kegiatan produktif
Pandemi bukan berarti harus bermalas-malasan atau berdiam diri di dalam rumah. Melakukan aktivitas berkebun atau bercocok di sekitar rumah atau ke dapur untuk mencoba menu baru pun dapat dilakukan.
-
Menjalani kebiasaan hidup yang sehat.
Menjalani kebiasaan hidup sehat caranya dengan menjaga berat badan ideal, berolahraga yang cukup, menjaga kadar kolesterol, dan tidak merok0k, dapat mengurangi risiko terjadinya demensia.
-
Jaga Silahturahmi
Yang kelima ini bukan hanya melatih fungsi otak tapi segalanya. Ingat dalam silahturahmi dibutuhkan kemampuan untuk berkomunikasi dan menerima kekurangan satu sama lainnya.