NININMENULIS.COM – Kita tidak sedang baik-baik saja! Berulang kali kalimat itu aku tanamkan, agar aku tak bosan dan menyerah untuk selalu berjuang melawan pandemi ini. Taat protokol kesehatan, mulai dari memakai double masker, mencuci tangan atau handsanitizer, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilisasi, dan yang terpenting melakukan vaksinasi COVID-19 yang telah pemerintah sediakan untuk masyarakat umum.
Bersyukur, aku termasuk salah satu yang telah disuntik vaksin AstraZeneka dosis 1 pada 15 Juni 2021 di RSUD Kodja, Jakarta Utara. Tetapi ternyata, di tengah situasi pandemi yang semakin mengkhawatirkan ini, masih banyak orang yang tidak percaya vaksin dapat menekan laju pertumbuhan virus, bahkan beberapa di antaranya tidak percaya COVID-19 itu nyata. Miris melihat kenyataan tersebut, belum lagi berita-berita negatif seputar vaksinasi COVID-19 semakin merajalela di whatsapp grup hingga ke media sosial. Berita-berita hoaks yang tidak dilandasi fakta tersebut yang menjadi kendala pemerintah mengatasi pandemi ini.
Content is a fire, social media is gasoline
-Jay Baer-
Contents
Webinar No Hoax: Vaksin Aman, Hati Nyaman
Selama masa pandemi hingga pertengahan tahun 2021, Selama periode 23 Januari hingga 25 Mei 2021 saja, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menemukan lebih dari 1.670 informasi bohong dan tidak disertai fakta alias hoaks terkait COVID-19. Berita bohong atau hoaks seputar COVID-19 dan vaksinasi pada umumnya beredar di media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, dan WhatsApp.
Untuk membahas fenomena hoaks dan bagaimana berita bohong tersebut menghambat percepatan vaksinasi COVID-19 di Indonesia, pada Rabu (14/7) lalu diadakan webinar No Hoax: Vaksin Aman, Hati Nyaman, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pelita Harapan (UPH) melalui aplikasi Zoom streaming dan YouTube channel Ditjen IKP Kominfo.
Dalam webinar No Hoax: Vaksin Aman, Hati Nyaman menghadirkan banyak narasumber yang kompeten di bidangnya, mereka ialah Prof. Dr. Widodo Muktiyo (Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa Kominfo), dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid (Juru Bicara Vaksinasi COVID-19, Kementrian Kesehatan RI), Dr. Benedictus A. Simangunsong, S.IP., M.Si., (Ketua Prodi Magister Komunikasi UPH), serta sambutan oleh Marsefio Sevyone Luhukay, S.Sos., M.Si. (Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UPH), dan Drs. Bambang Gunawan, M.Si. (Direktur Informasi dan Komunikasi Polhukam, Kemkominfo).
Pada sambutannya, Marsefio Sevyone Luhukay mengatakan bila diadakannya webinar No Hoax: Vaksin Aman, Hati Nyaman merupakan hal yang penting saat ini. “Webinar ini sebagai usaha kampanye untuk mengubah bukan hanya mindset orang, tetapi juga perilaku orang-orang sekitar kita untuk bisa lebih baik dalam menyikapi apapun secara lebih bijak dan lebih sehat terutama di era digital ini, juga mau turut serta berpartisipasi dalam program vaksinasi COVID-19,” tuturnya.
Sedangkan dalam sambutannya, Bambang Gunawan berpendapat bahwa upaya-upaya pencegahan dan penanganan penyebaran COVID-19 tidak akan berhasil apabila tidak disertai dukungan masyarakat dalam mensosialisasikan 5M dan vaksinasi sebagai upaya untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Ia juga mengatakan jika banyak informasi positif yang bisa diperoleh dari internet, namun informasi negatif terutama di media sosial, tidak terkecuali tentang hoaks vaksin COVID-19 pun tidak kalah banyaknya. “Generasi milenial harus cermat dan berani mengambil sikap melawan disinformasi dan hoaks,” tegasnya.
Hoaks, Pencegahan dan Penindakannya
Sebagai pembicara pertama, Widodo Muktiyo mengatakan bahwa saat ini ada ancaman baru yaitu propaganda medsos, dan bentuk ancamannya beragam mulai dari provokasi, agitasi, dan juga propaganda. Dunia digital menjadi tools, tergantung siapa yang menggunakan. Oleh sebab itu menurutnya, regulasi wajib hukumnya untuk bisa mengatur dan mengendalikan dunia digital. Ia juga mengingatkan kepada masyarakat untuk berhati-hati terutama terhadap informasi tentang vaksinasi COVID-19. Menurutnya saat ini informasi mengenai vaksin banyak dipelintir dan belum jelas kebenarannya.
Menurut Widodo Muktiyo, informasi atau berita hoaks memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-
Sumber informasi tidak jelas. Perlu dicari tahu lebih lanjut apakah informasi tersebut bersumber dari media yang telah terverifikasi oleh Dewan Pers.
-
Informasi disebar memuat keanehan atau ketidakwajaran berita.
-
Informasi hoaks cenderung menggunakan bahasan yang provokatif.
-
Biasanya informasi hoaks tidak memiliki kesesuaian judul dengan isi.
-
Informasi hoak biasanya tidak mencantumkan waktu kejadian atau tanggal informasi tersebut diproduksi.
-
Informasi hoaks cenderung mendiskreditkan pihak tertentu dan menyampaikan informasi yang tidak berimbang. Informasi atau berita hoaks memuat instruksi untuk meneruskan dan menyebarkan pesan.
-
Ada ancaman tertentu bagi pembaca yang tidak menyebarkan informasinya.
“Mari kita selalu ber-husnudzon, berprasangka baik, positive thinking, di dalam menghadapi dunia digital ini, apalagi melawan pandemi COVID yang dari waktu ke waktu sebetulnya kita tidak perlu menyalahkan karena ini adalah kerja bareng kita untuk melawan bersama-sama, jangan cari benar atau salah” ujarnya.
Untuk meluruskan informasi dan berita hoaks, Kemkominfo telah melakukan upaya pencegahan dan penindakan melalui:
-
Literasi digital
Edukasi dan pemberian wawasan kepada masyarakat terkait pemanfaatan internet dan media sosial.
-
Penindakan hukum
Pelaksanaan proses penegakan hukum terhadap pelaku pembuat dan penyebar hoaks dan ujaran kebencian bekerjasama dengan POLRI.
-
Pemblokiran
Penutupan situs dan konten penyebar hoaks dan ujaran kebencian.
-
Klarifikasi
Penggunaan berbagai media untuk memberikan penjelasan dan klarifikasi terhadap isu hoaks di masyarakat melalui website cekhoaks dot id
Pada sesi kedua ada dr. Siti Nadia Tarmizi menjelaskan bagaimana kodisi pandemi saat ini di Indonesia. Ia mengatakan bahwa berdasarkan analisis situasi, perilaku pencegahan COVID-19 di masyarakat sepanjang masa pandemi belum konsisten dan belum sepenuhnya menjadi bagian dari norma, serta tingkat pengetahuan tentang gejala dan penularannya masih rendah. “Untuk mengetahui dan memeriksakan gejala lebih dini ini penting, dan jangan lagi ada persepsi takut di-COVID-kan, karena kalau kita ada persepsi itu, maka kita tidak bisa memutuskan rantai penularan, kita akan terus menerus mengalami kondisi seperti ini,” jelasnya.
Dr. Siti Nadia Tarmizi juga menjamin bahwa vaksinasi COVID-19 aman, ia menjelaskan jika izin penggunaan darurat oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sudah diberikan, itu berarti aspek keamanannya sudah diperhatikan dengan baik oleh Badan POM.
Cara Menyikapi Informasi yang Masuk
Kemampuan dasar dari literasi digital adalah berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan membandingkan pesan dari media dengan sumber lainnya
– De Abreu, 2011 –