NININMENULIS.COM – Bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2021 yang juga diperingati sebagai Hari Pneumonia Sedunia, pada Jumat (12/11) lalu Save The Children mengadakan peringatan yang bertajuk, ‘STOP Polusi Udara – STOP Pneumonia’. Kita ketahui Pneumonia merupakan penyebab terbesar kematian anak di Indonesia. Dan peringatan ini menjadi momentum bagi kita untuk mengingat kembali upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghindari Pneumonia pada anak.
Peringatan Hari Pneumonia ini diselenggarakan secara streaming melalui aplikasi Zoom dan dapat disimak juga di YouTube Save The Children Indonesia. Acara ini dihadiri oleh Anies Rasyid Baswedan (Gubernur DKI Jakarta), Selina Patta Sumbung (CEO Save The Children), Sumi Metha (Senior Epidemiologist Global Environmental Health di Vital Strategist), Yusiono A. Supalal (Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinasi Lingkungan Hidup DKI Jakarta), Dr. Bambang Supriyatno (IDAI Jakarta), dan dr. Rosvita Nur Aini (Kepala Seksi Penyakit Menular Tular Vektor dan Zoonotik Dinasi Kesehatan Provinsi DKI Jakarta).
“Dengan menciptakan kolaborasi antara sektor mulai dari organisasi hingga pemerintah diharapkan dapat memperbaiki kondisi lingkungan dan membuat anak-anak bisa terhindar dari bahaya pneumonia khususnya di wilayak Jakarta. STOP Polusi Udara – STOP pneumonia,” sambutan Anies Rasyid Baswedan sebagai tanda dibukanya peringatan Hari Pneumonia 2021.
Contents
Save The Childrean dalam Kampanye STOP Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit radang paru-paru akut yang diakibatkan oleh bakteri, virus, dan jamur sehingga menimbulkan demam, pilek, batuk, sesak nafas, dan ketika kekebalan anak rendah maka fungsi paru akan terganggu.
Untuk diketahui, Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan angka prevalensi pneumonia pada balita tinggi yaitu 4,5 per 100 balita, yang berarti 4-5 dari 100 balita menderita pneumonia. Sementara itu, berdasarkan laporan WHO tahun 2017, sebanyak 15 persen penyebab kematian anak di bawah 5 tahun atau sebanyak 5,5 juta disebabkan pneumonia.
Rendahnya tingkat kekebalan anak yang menyebabkan terganggunya fungsi paru sebagai pemicu awal pneumonia disebabkan karena asap rokok, asap atau debu di dalam rumah yang merusak saluran pernafasan, kurangnya asupan ASI, gizi tidak seimbang, imunisasi tidak lengkap, berat lahir di bawah rata-rata, memiliki penyakit bawaan, dan lain sebagainya.
Untuk itulah sebagai organisasi yang membantu anak-anak Indonesia sejak 1976, Save The Children tidak bosan-bosannya mengkampanyekan STOP Pneumonia yang terintegrasi dengan menyasar kepada perubahan perilaku guna mengatasi pneumonia pada anak ke masyarakat luas. Sosialisasi ini melibatkan para pemangku kepentingan, mobilisasi sosial dan kampanye parenting untuk menguatkan peran Ayah dalam keluarga.
“STOP Pneumonia mengacu pada pendekatan perlindungan, pencegahan, dan pengobatan, juga pentingnya ASI eksklusif dan MPASI pada anak balita, pentingnya imunisasi, gizi seimbang, cuci tangan pakai sabun, dan terpenting bebas polusi udara baik di dalam dan di luar rumah,” kata Salina Patta Sumbung.
Kualitas Udara di DKI Jakarta
Polusi udara menjadi hal yang paling disorot dalam perayaan Hari Pneumonia 2021. Seperti yang dikatakan Yusiono A. Supalal di awal penjelasannya mengenai Kualitas Udara Jakarta, “dapat diilustrasikan bahwa tanpa makanan kita dapat hidup 5 minggu, tanpa air kita dapat bertahan 5 hari, tetapi tanpa udara kita hanya bertahan 5 menit. Artinya betapa penting kualitas udara yang kita hirup bagi kesehatan.”
Bila didefinisikan, pencemaran udara merupakan masuknya atau tercampurnya unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan sekitar. Penyebab pencemaran udara biasanya bersumber dari kegiatan manusia dan faktor alam. Kegiatan manusia yang berkontribusi mencemari udara melalui, transportasi, industri, pembangkit listrik, persampahan (dekomposisi ataupun pembakaran), dan rumah tangga. Sedangkan pencemaran udara karena faktor alam contohnya letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, spora tumbuhan dan lain sebagainya.
Dari semua semua faktor pencemaran yang paling berbahaya bagi pernafasan, yaitu pencemaran yang mengandung polutan PM2.5. Ini merupakan partikulat halus berukuran <2,5 um, dapat berpenetrasi menembus bagian terdalam paru-paru dan sistem jantung. Polutan ini berkontribusi besar pada kematian akibat gangguan kesehatan yang terkait pencemaran udara. Menurut data tahun 2015, sektor transportasi (46%) dan industrilah (43%) yang paling banyak menyumbang polutan PM2.5.
Untuk menjaga kualitas udara di Jakarta maka dibuatlah stasiun pemantau kualitas udara, 5 fixed station yang berada di Bundaran HI, Kelapa Gading, Jagakarsa, Lubang Buaya, dan Kebun Jeruk, serta 3 mobile station yang digunakan saat HBKB (Hari Bebas Kendaraan Bermotor) di 5 wilayah kota administrasi.
“Usaha pengendalian kualitas udara pun sudah dilakukan, mulai dari memastikan tidak ada angkutan berusia di atas sepuluh tahun dan tidak lulus uji emisi, kebijakan ganjil genap, memperketat uji emisi untuk kendaraan pribadi, percepatan pembangunan fasilitas pejalan kaki, pengendalian terhadap sumper penghasil polutan tidak bergerak, pengoptimalkan penghijauan, dan beralih ke energi terbarukan,” ujar Yusiono A. Supalal.