NININMENULIS.COM – Setelah hampir dua tahun berdiam diri di rumah aja, ternyata saat ke luar kota pertama kalinya di masa pandemi, ada peraturan penerbangan baru yang aku jumpai. Selain pesyaratan tes antigen bagi yang sudah vaksinasi komplit, ternyata untuk penerbangan di bawah dua jam tidak diperbolehkan makan dan minum di dalam pesawat. Selain itu penggunaan HEPA (High-Efficiency Particulate Air) filter di dalam maskapai juga dapat menciptakan udara bersih dalam kabin pesawat. Itulah beberapa peraturan perjalanan untuk mencegah menyebaran virus corona saat ini.
Usaha untuk membuat perjalanan yang aman dan nyaman memang terus digalakkan oleh pemerintah melalui peraturan yang berlaku. Namun tetap saja ada kekhawatiran melonjaknya kasus COVID-19 mengingat kita memasuki libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), selain juga dibayang-bayangi varian baru Omicron. Untuk mencari tahu, apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah lonjakan COVID-19 saat Nataru, aku mengikuti talkshow interaktif di live YouTube Berita KBR yang dipersembahkan oleh PMI (Palang Merah Indonesia) dan didukung USAID, dengan mengangkat tema Cegah Lonjakan COVID-19, Kawal Nataru Bersama!
Talkshow Cegah Lonjakan COVID-19, Kawal Nataru Bersama! yang diadakan pada Rabu (15/12) lalu ini menghadirkan dua narasumber, pertama Devi Roza K. Kausar, PhD, CHE (Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila), dan yang kedua Ahmad Arief (Co-Founder Lapor COVID-19). Selain melalui live YouTube, talkshow yang dipandu oleh Ines Nirmala juga dapat didengarkan di 100 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia, 104.2 MSTri FM Jakarta, dan live streaming via website kbr.id.
Contents
Peraturan Perjalanan Saat ini
Seperti yang kita ketahui, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mencegah lonjakan COVID-19 menjelang libur Nataru. Karena berkaca dari pengalaman sebelumnya, libur panjang mengakibatkan kenaikan mobilitas masyarakat yang pada akhirnya meningkatkan penularan virus corona. Dan di sisi lain, pemerintah resmi mengumumkan bahwa penerapan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Level 3 di seluruh Indonesia selama Natal dan Tahun Baru batal dilaksanakan.
Meski PPKM Level 3 dibatalkan, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan mengingatkan semua pihak perlu meningkatkan kewaspadaan munculnya virus varian baru jenis Omicron yang sudah dikonfirmasi di beberapa negara. Lalu, seperti apa dampaknya bagi kita sebagai pelaku perjalanan setelah PPKM Level 3 dihapus?
“Perubahan ini dilatarbelakangi kondisi Indonesia yang secara umum sudah berbeda dari tahun lalu. Saat ini ratio prevalensi kasus sudah dibawah satu, cakupan vaksinasi yang sudah banyak, dan banyaknya jumlah orang yang pernah terinfeksi memberikan kekebalan di masyarakat. Permasalahannya, setiap liburan memacu kasus baru dan kali ini kita dibayang-bayangi varian baru Omicron,” kata Ahmad Arief membuka talkshow.
Dibatalkannya PPKM level 3 tentu disambut baik kalangan pengelola pariwisata dalam menyambut para wisatawan, namun bukan berarti pengelola pariwisata tidak dibuat bingung dengan perubahan-perubahan peraturan tersebut. Kita tentu ingat, dibatalkannya PPKM level 3 bukan satu-satunya peraturan perjalanan yang berubah, seperti yang dialami sendiri oleh Devi Roza K. Kausar saat dirinya sedang ke luar kota. Di tengah perjalanan pemerintah mengeluarkan peraturan pengguna maskapai penerbangan harus menyertakan hasil tes PCR, “saat itu semua tenpat PCR menjadi penuh dan maskapai sulit dihubungi. Akhirnya pelaku perjalanan harus menambah waktu perjalanan dan me-reschedule waktu perjalanan. Perubahan peraturan yang terkesan mendadak seperti ini tentu merugikan para pelaku perjalanan.”
Ketidakkonsistenan pemeritah dalam mengeluarkan peraturan yang terkesan berubah-ubah juga disorot Ahmad Arief. Menurut beliau hal ini dapat menciptakan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, sehingga dikhawatirkan masyarakat menjadi tidak taat peraturan dan abai dengan protokol kesehatan.
“Sebenarnya perubahan peraturan dapat dipahami mengingat kejadian seperti ini pertama kalinya di dunia. Yang perlu diperbaiki yaitu komunikasi dalam penyampaikan peraturan dengan jelas, tidak mendadak, dan tidak ada pengecualian. Itulah pentingnya komunikasi satu komando agar tidak membingungkan masyarakat,” tambah Devi Roza K. Kausar.
Apa yang Kita Lakukan Saat Nataru?
Pariwisata memang menjadi sektor yang paling terdampak pandemi. Penurunannya terhitung 82% di Asia Pasifik. Sektor pariwisata pun dituntut tidak hanya bertahan di masa pandemi tetapi juga dapat mengikuti gaya hidup baru selama pandemi, misalnya double disenfektan dan pembatasan kuota pengunjung untuk di dalam ruangan.
“Sekarang sudah banyak pengunjung sebelum memutuskan berwisata terlebih dahulu menanyakan tingkat protokol kesehatan yang diterapkan di lokasi wisata yang akan dituju. Ini langkah yang baik karena hak konsumen untuk mendapatkan tempat yang nyaman dan aman,” tutur Devi Roza K. Kausar lagi.
Peran serta dan kesiapan kita saat berwisata untuk selalu menerapkan protokol kesehatan memang hal terpenting dalam mengatasi lonjakan kasus di libur Nataru, selain monitoring dari pemerintah. Menerapkan 3M mulai dari memakai masker, mencuci tangan, hingga menjaga jarak dengan menghindari kerumunan masih menjadi jurus jitu dalam mengatasi ancaman varian Omicron.
“Melonjaknya kasus yang lalu harusnya sudah menjadi self alarm buat kita selalu taat prokes. Karena bila varian baru ini dibiarkan meluas, tidak ada negara mana pun yang siap menghadapinya. Kuncinya ada pada kita semua, PPKM ditiadakan bukan berarti pandemi berakhir dan pemerintah harus mempersiapkan hal terburuk dengan berharap yang terbaik,” himbau Ahmad Arief.
Di akhir talkshow Ahmad Arief dan Devi Roza K. Kausar pun tak lupa memberikan tips bagi yang ingin beriwisata di libur Nataru.
-
Selalu menerapkan protokol kesehatan mulai dari diri sendiri dan cerdas memilih lokasi wisata juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat juga.
-
Hindari memilih tepat makan dan lokasi wisata di dalam area tertutup apalagi yang tidak menerapkan pembatasan quota pengunjung. Sebisa mungkin hanya orang terdekat seperti keluarga yang kita tahu riwayatnya untuk berada jarak terdekat dari kita.
-
Selama pandemi, lokasi wisata outdoor masih menjadi pilihan cerdas menghabiskan libur bersama. Liburan yang back to nature dan mengeksplor kekayaan alam Indonesia saat ini sangat direkomendasikan mengingat wilayah Indonesia yang luas.