NININMENULIS.COM – Berada di masa pertumbuhan dari anak-anak menuju usia dewasa atau yang lebih dikenal sebagai masa pubertas memang menjadi masa-masa yang menantang sekaligus membingungkan, terlebih lagi untuk remaja penyandang disabilitas maupun OYPMK atau Orang Yang Pernah Mengalami Kusta. Kondisi yang menantang ini tidak hanya bagi remaja yang bersangkutan namun juga untuk keluarga, lingkungan, guru, dan pendampingnya.
Di masa pubertas inilah seorang remaja mulai mengalami yang namanya perubahan hormonal. Untuk itulah perlu adanya edukasi yang tepat mengenai hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR) tidak terkecuali untuk remaja penyandang disabilitas dan OYPMK. Meskipun hak itu sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, namun kesehatan seksual dan reproduksi belum mendapatkan porsi besar untuk dipahami oleh remaja disabilitas dan OYPMK.
Masih adanya anggapan dari para orang tua bahwa remaja disabilitas dan OYPMK tidak membutuhkan pengetahuan seksual sekaligus stigma bahwa disabilitas dan OYPMK tidak bisa menikah dan terpenuhi hak reproduksinya membuat hak kesehatan seksual dan reproduksi mereka menjadi terabaikan. Lalu bagaimana menyiapkan remaja dengan ragam disabilitas maupun OYPMK agar mampu menghadapi masa pubertasnya dengan sehat, bahagia, tanpa rasa takut?
Untuk menjawab masalah tersebut pada Rabu (25/5) lalu Ruang Publik KBR yang dipersembahkan oleh NLR Indonesia mengadakan talkshow yang mengangkat tema ‘Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Bagi OYPMK dan Disabilitas’. Dalam talkshow selama satu jam itu menghadirkan tiga narasumber, Westiani Agustin (Founder Biyung Indonesia), Nona Ruhel Yabloy (Project Officer HKSR, NLR Indonesia), dan Wihelimina Ice (Remaja Champion Program HKSR).

Talkshow ‘Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Bagi OYPMK dan Disabilitas’ dapat ditonton melalui live YouTube Berita KBR. Talkshow ini juga dapat didengarkan di 100 radio jaringan KBR seluruh Indonesia, 104.2 MSTri FM Jakarta, dan live streaming via website kbr.id. Talkshow yang dipandu oleh Rizal Wijaya ini berlangsung interaktif, di mana kita dapat bertanya langsung melalui kolom chat di YouTube Berita KBR atau melalui telepon bebas pulsa di 0800 245 7893 dan di WhatsApp di 0812 118 8181. Para teman-teman disabilitas dan OYPMK atau para pendamping pun dapat turut menyimak dan memberikan komentar dalam talkshow ini.
Contents
Apa Itu HKSR?
“Kadang-kadang kita merasa tabu untuk membicarakan hak kesehatan seksual dan reproduksi, sehingga berharap anak tahu dengan sendirinya. Padahal seiring bertambahnya usia, kita harus mempersiapkan remaja bahwa ia memiliki hak untuk mengetahui dan melihat perubahan apa yang terjadi pada dirinya, misalnya masalah menstruasi pada anak perempuan atau mimpi basah di anak laki-laki?” kata Nona Ruhel Yabloy, Project Officer HKSR, NLR Indonesia membuka talkshow.
HKSR merupakan kepanjangan dari Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Memberikan edukasi yang tepat mengenai HKSR khususnya kepada OYPMK dan remaja disabilitas berguna untuk menghidarkan mereka menjadi korban kekerasan dan pelecehan. Dengan informasi yang diberikan diharapkan para remaja dapat melindungi dirinya dan mampu bersuara jika ia paham tentang haknya. Kenyataannya masih banyak orang tua dan lingkungan mereka yang belum melakukan edukasi yang baik, sehingga banyak dijumpai permasalahan kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja disabilitas dan OYPMK, misalnya masalah menganti pembalut saat menstruasi.

Masalah pembalut yang digunakan saat menstruasi juga sangat disoroti oleh Westiani Agustin, Founder Biyung Indonesia. “Selama ini kita kurang paham, seharusnya menstruasi bisa dengan rasa aman dan nyaman, kita punya pilihan-pilihan dalam memilih support system, dalam hal ini alat serap menstruasi. Kalau ingat saat di bangku sekolah dulu anak perempuan musti dibagiin pembalut gratis artinya ini jadi satu konstruksi sosial masyarakat bahwa perempuan menstruasi harus memakai pembalut sekali pakai, tapi kita tidak dikenalkan alternatif lain atau pilihan lain,” jelas Ani, sapaan akrab Westiani Agustin.
Biyung Indonesia pun semakin banyak menemui banyak remaja perempuan memiliki banyak keluhan karena mestruasi tetapi jarang membicarakannya secara gamblang. Ketidaknyamanan perempuan dengan menstruasi, terlihat sejak pertama kali Biyung Indonesia mengampanyekan pembalut kain. “Di situlah ada persoalan yang tidak selesai, kita dijauhkan dari tubuh kita, dibuat tidak suka dengan proses reproduksi, sehingga ketika tidak suka maka kita akan mencari sesuatu yang sepraktis mungkin untuk tidak berurusan dengan hal tersebut,” imbuhnya.
Untuk itulah, agar para remaja khusunya OYPMK dan penyandang disabilitas dapat menyayangi tubuhnya dengan semakin peduli, paham, juga berani menyuarakan hak kesehatan seksual dan reproduksinya, NLR Indonesia membuat sebuah proyek yang diberi nama My Body is Mine.
My Body is Mine
My Body is Mine adalah proyek yang diinisiasi NLR Indonesia untuk meningkatkan kapasitas kesadaran akan HKSR kepada remaja dengan disabilitas dan mendorong tersedianya layanan kesehatan yang ramah anak dan remaja disabilitas di Nusa Tenggara Timur. Untuk kegiatan ini NLR Indonesia menggandeng 5 mitra mitra organisasi, Ayo Indonesia, SanKita, St. Damian, PHDF, dan Ibu Anfrida.
Dalam kegiatan My Body is Mine sebanyak 364 remaja belajar mengenai KHSR, 242 di antaranya remaja dengan disabilitas dan OYPMK. Sebanyak 6 SLB, 2 SMP inklusif, 2 desa terlibat dalam penyadaran HKSR, dan sebanyak 75 guru, 150 orang tua, 86 petugas puskesmas, 23 pengasuh mengikuti kegiatan edukasi tentang HKSR. Dari sana terpilih dua anak perempuan untuk mewakili kelompok disabilitas berbicara HKSR dalam International Conference Indonesia Family Planning Reproductive Health (ICIPRH 2019). Dan salah satu dari anak perempuan tersebut yakni Wihelimina Ice.
