NININMENULIS.COM – Pernahkah kita sadari bahwa makanan yang dikonsumsi sehari-hari menyumbang tinggi karbon? Atau tahukah kita bahwa bioenergi yang diterapkan di Indonesia justru memperpanjang usia PLTU dalam memproduksi emisi beracun? Ketidaktahuan inilah yang harus kita hilangkan. Saatnya yang muda beraksi nyata dalam menjaga bumi melalui hal terkecil yang dilakukan sehari-hari, misalnya dalam memilih makanan.
Menjadi bagian dari #EcoBloggerSquad, informasi berharga ini aku dapatkan langsung dari para narasumber dalam talkshow ‘Semangat Orang Muda Menjaga Bumi Indonesia’ yang diadakan secara daring pada Jumat (20/10) lalu. Ketiga narasumber tersebut ialah Amalya Reza (Manager Bioenergi, Trend Asia), Jaqualine Wijaya (CEO & Co Founder Eathink), dan Cerli Febri Ramadani (Ketua Sentra Kreatif Lestari Siak atau SKELAS). Jika disimpulkan ketiganya membahas bagaimana orang muda dapat berperan aktif dalam menjaga bumi melalui Food, Fuel, dan Function. Apa dan bagaimana itu?
Contents
Sistem Pangan Berkelanjutan (Food)
Menurut FAO, 2021, Sustainable Food System merupakan sistem pangan yang memberikan ketahanan pangan dan gizi bagi kita semua dengan sedemikian rupa berdasarkan kepada landasan ekonomi, sosial dan lingkungan agar ketahanan pangan dan gizi bagi generasi mendatang tidak terganggu.
“Sadar nggak sih, kalau ternyata tindakan untuk menyelamatkan bumi dan kehidupan bisa dimulai dari sepiring makanan, loh! Kenapa? Karena dengan kita bersikap bijak dari memilih jenis makanan yang mau dikonsumsi, hingga bagaimana cara mengolah makanan sisa, semua berdampak pada lingkungan. Namun sayang, hingga kini masih banyak yang belum sadar untuk bersikap bijak terhadap makanan,” buka Jaqualine Wijaya, CEO & Co-Founder Eathink.
Jejak karbon yang dihasilkan dari proses produksi makanan, pengemasan, hingga akhirnya sampai ke kita itu tidak main-main jumlahnya loh. Dampaknya menimbulkan berbagai masalah seperti perubahan cuaca ekstrem, perubahan iklim, kerusakan ekosistem laut, hingga penyebaran penyakit.
Eathink sendiri merupakan sebuah gerakan yang dibuat oleh Food Sustainesia untuk mengajak anak muda mengurangi karbon yang dihasilkan dari proses pangan dengan cara membuat pilihan makanan yang lebih baik, serta mengenal sistem pangan yang berkelanjutan (food sustainability). Konsumsi makanan yang melebihi angka produksi akan memunculkan banyak permasalahan, di antaranya:
Masalah Kesehatan
Indonesia saat ini masih menghadapi beban ganda malnutrisi dimana 30,8% anak di bawah usia 5 tahun masih terkena stunting, 10,2% anak di bawah usia 5 tahun masih terkena wasting, sedangkan di sisi lain 10,9% wanita dewasa (usia 18 tahun) dan 6,3% pria dewasa hidup dengan obesitas.
Masalah Sampah Makanan
Berdasarkan laporan Bappenas, konsumsi yang berlebihan juga menimbulkan permasalahan sampah makanan. Timbulan food loss & waste (FLW) pada 2000-2019 mencapai 115-184 kg/kapita/tahun. Kerugiannya diperkirakan mencapai Rp 213-551 triliun/tahun atau setara 4-5% dari PDB Indonesia. Pengelolaan food loss & food waste berpotensi memberi makan 61-125 juta orang atau setara dengan 29-47% dari populasi nasional.
Oleh karena itu diperlukan peningkatan kesadaran dari kita untuk mengurangi emisi karbon dengan cara:
-
Memilih makanan secara bijak menjadi hal pertama yang bisa kita lakukan. Sebab makanan yang kita pilih berpengaruh pada seberapa banyak emisi karbon yang akan timbul.
-
Pola konsumsi ramah lingkungan dengan beralih ke pola makan ramah lingkungan, seperti plant based diet. Sebuah studi di Oxford menyebutkan bahwa plant based diet atau pola makan yang lebih condong untuk mengonsumsi nabati, bisa mengurangi carbon footprint hingga 73%.
-
Perhatikan food label berdasarkan bahan (komposisi), fakta gizi, serta klaim dan sertifikasi.
-
Mengurangi dan memanfaatkan sisa makanan dengan cara membuat perencanaan makan, membuat daftar belanjaan, mengelola penyimpanan makanan, dan manfaatkan sisa makanan dengan memasak tanpa limbah.
Transformasi ke Energi Terbarukan (Fuel)
Sebelum mengupas bagaimana penerapan bioenergi di Indonesia, yuk kita berkenalan dulu dengan yang namanya bioenergi. Seperti yang diungkapkan Amalya Reza, Manager Bioenergi, Trend Asia, Bioenergi adalah bentuk energi yang dihasilkan dari konversi bahan organik menjadi panas, listrik, biogas dan bahan bakar cair. Sumber bahan organik untuk menghasilkan bioenergi bisa dari bahan baku seperti pohon, pertanian tanaman, sisa tanaman, bagian tubuh hewan, dan dari bahan organik lainnya.
Sayangnya penerapan bioenergi di Indonesia jauh panggang dari api. pengembangan bioenergi di Indonesia dinilai dapat menimbulkan masalah lingkungan dan mengancam ketahanan pangan. Tidak hanya itu saja, mengalokasikan bahan pangan untuk kepentingan energi dapat merampas kehidupan masyarakat dalam mengakses pangan tersebut.
“Salah satu program pengembangan bioenergi, yakni co-firing atau pembakaran bersama biomassa pelet kayu dan batubara, dimana dapat menimbulkan deforestasi besar-besaran. Sebab, sebanyak 8 juta ton dari total kebutuhan 10,2 juta ton biomassa untuk co-firing tersebut berasal dari hutan tanaman energi (HTE),” ujar Amalya.
Proyek transisi energi dengan fokus pengembangan bioenergi dinilai dapat menimbulkan masalah lingkungan dan konflik lahan sekaligus mengancam ketahanan pangan. Program transisi energi ini perlu dilakukan secara partisipatif dengan mengedepankan aspek keadilan ekologis.
Pada awal pengembangan bioenergi, pemerintah menyebut bahwa program ini akan mengatasi masalah limbah karena banyak menggunakan limbah sebagai bahan baku. Namun, ternyata pengembangan ini bersumber dari HTE yang pembukaannya memicu deforestasi. Trend Asia menemukan bahwa risiko terjadi deforestasi dan permintaan batubara akan tetap meningkat meski telah ada program co-firing.
Alih-alih mengatasi masalah lingkungan, meningkatnya deforestasi di berbagai wilayah untuk pengembangan bioenergi akan berimplikasi pada kenaikan emisi karbon. Implikasi lain dari deforestasi ini, yaitu hilangnya biodiversitas, sumber air, dan pangan, serta bertambahnya eskalasi bencana. “Padahal Indonesia memiliki banyak sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, mikro hidro, hingga tenaga ombak,” saran Amalya.
SKELAS, Inovasi Orang Muda Meningkatkan Ekonomi Masyarakat (Function)
SKELAS merupakan wadah kolaborasi antar komunitas dan pemerintah yang bersama-sama berupaya menyelesaikan permasalahan di kabupaten Siak. Memanfaatkan potensi sumber daya manusia, pariwisata, dan ekonomi kreatif, SKELAS mengupayakan ruang berkreasi untuk membantu masyarakat melalui aksi kolaborasi, termasuk di dalamnya menjadi inkubator dan akselerator bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk lebih mengembangkan produknya.
“Awalnya, lepas kuliah saya pulang kampung ke Siak dan bekerja di Lingkar Temu Kab. Lestari (LTKL) dan bertemu dengan teman komunitas pemerhati UMKM. Kami mengadakan festival kabupaten lestari dan berinisiatif membuat komunitas yang juga berisi banyak komunitas-komunitas lain dari Siak dan dinamakan SKELAS,” ungkap Cerli Febri Ramadani, Ketua Sentra Kreatif Lestari Siak atau SKELAS.
Dalam komunitas SKELAS, anak-anak muda Siak bergotong royong dengan pemerintah daerah hingga menjadikan SKELAS sebagai ruang anak muda dan UMKM Siak Berkembang Bersama. Beberapa kegiatan usaha yang dimiliki sebagai sentra kreatif, seperti, ekowisata, event organizer termasuk wisata kreatif, inkubator usaha lestari yang diberi nama KUBISA atau Inkubasi Bisnis Lestari.
KUBISA (Inkubasi Bisnis Lestari) merupakan program pelatihan dan pendampingan bagi pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya. Program inkubasi ini memberikan peluang bagi dunia usaha untuk membangun tata kelola dan manajemen bisnis yang baik, serta memastikan bahwa bisnisnya mempunyai dampak sosial dan lingkungan. Dampak lingkungan dan sosial yang telah dihasilkan antara lain:
-
Inovasi produk lokal minuman nanas berkualitas di lahan gambut yang dapat mencegah kebakaran hutan dan lahan.
-
Proses produksi Puan Pina melibatkan mitra kebun petani lokal dan kolaborasi bersama kelompok wanita tani.
-
Memanfaatkan bekatul untuk bahan bolu kemojo, yang sebelumnya bekatul tidak dimanfaatkan.
-
Menambah nilai ekonomi dari sisa olahan padi.
-
Menghasilkan bolu kemojo yang gluten free dan rendah gula
Sebuah kesadaran yang diikuti pelaksanaan yang bagus. Terlebih kaum mudanya, yg notabene pemilik masa depan, sebagai motor penggerak. Semoga makin bannyak orang yg sadar untuk menjaga kelestarian bumi kita ini.
Bener banget kak, kalau bukan kaum muda siapa lagi yang dapat menjaga bumi ini
Acung jempol buat ketiganya, Eathink, Skelas dan Trend Asia untuk inisiasi dan upaya ketiganya dalam menunjukkan bagaimana orang muda dapat berperan aktif dalam menjaga bumi melalui Food, Fuel, dan Function. Teladan yang patut diikuti!
Semoga semakin banyak orang muda yang peduli dan berkontribusi menjaga bumi yess….
Sebuah ikhtiar untuk menjaga bumi menjadi lebih baik, hal yang harus kita lakukan juga nih, bisa mulai dari lingkungan sekitar dengan mulai memilah sampah makanan
Memilih dan memilih apa yang kita makan memang cara terdekat yang paling mudah kita lakukan untuk turut berkontribusi menjaga alam yess…
Nah ini keren banget untuk inovasi produk lokal minuman nanas. Tanaman nanas yang ditanam di lahan gambut yang dapat mencegah kebakaran hutan dan lahan. Aksi begini bisa ditiru dan diteruskan untuk menjaga bumi.
Salut dengan gerakan-gerakan anak muda yang concern terhadap lingkungan. Gerakannya antimainstream karena memang pada hakikatnya banyak cara untuk menjaga lingkungan sekitar kita.
Semoga langkah-langkah anak muda hebat ini banyak menginspirasi dan juga banyak diikuti oleh yang lainnya sehingga menjadi gerakan positif yang masif
Konsistensi dan komitmen memang kunci keberhasilan pengelolaan pangan yang berkelanjutan. Karena bila dilakukan setengah jalan juga rasanya kurang pas
Kesadaran dan gerakan nyata yang bagus sekali. Seperti konsep ekonomi sirkular ya…
Setuju sekali kak Memilih makanan secara bijak menjadi hal pertama yang bisa kita lakukan. Sebab makanan yang kita pilih berpengaruh pada seberapa banyak emisi karbon yang akan timbul ya
Memang seharusnya kita itu menjaga bumi, tapi itu seperti hal yg sangat besar. Pdhal seharusnya normal. Mulai dari diri sendiri.
Yang muda yang berkarya. Yang muda yang semangat bergerak. Ayo tunjukkan peran selagi muda, keluarkan ide kreatif dan inovatif untuk bumi lestari dan berkelanjutan. Semangat
Artikelnya bagus sekali ? Akhir-akhir ini juga sedang menerapkan sustainable food, selaras dengan artikel ini. Semoga makin banyak yang berkesadaran dalam berkehidupan ya
Harus banget dijadikan inspirasi. Karena banyak makanan yang ga sehat sekarang ini, bahkan penyakit-penyakit mematikan yang berefek dari apa yang kita makan
Keren banget, semoga skelas ini bisa tersebar tidak hanya didaerah siak saja ya tapi juga bisa merata diseluruh Indonesia. Mulai dari wadah dan kolaborasi ini bisa jadi gerakan yang bagus untuk keberlangsungan bumi kita kedepannya.
Kalau dipikir2 makanan ini emang awal mula penyakit ya kalau misalnya konsumsinya terlalu berlebihan, baik penyakit buat fisik manusia maupun lingkungan, di mana sampah menumpuk kalau misalnya manajemen sampah rumah tangga khususnya dari makanan sisa gak bagus.
Baru tahu soal SKELAS dan beberapa programnya. Senneg banget liat banyak anak muda yang peduli lingkungan gini TFS
setuju banget nih artikel karena memang perlu adanya kesadaran diri sendiri terutama apa yang kita konsumsi tentunya untuk menjaga sumber daya alam agar tetap lestari
Ini nih, aksi yang sangat menginspirasi. Keren banget kalau diterapkan dan dijadikan misi di berbagai daerah. Biar bumi lebih terjaga