NININMENULIS.COM – Livable City. Akhir-akhir kata ini kerap singgah di telingaku. Saat menghadiri salah satu talkshow yang mengupas tentang pembangunan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Beberapa kota lainnya di Indonesia pun mulai mengkonsepkan hal yang sama ke daerahnya masing-masing. Seringnya disebut, timbul pertanyaan, bagaimana sih konsep livable city yang dimaksud?
Iseng-iseng aku pernah mengajukan polling di instagram story, apakah tahu konsep livable city? Dan hanya 20% yang menjawab tahu. Dilain hari aku kembali mengajukan polling, ingin memiliki rumah tinggal yang bagaimana? 60% menjawab yang mempunyai fasilitas lengkap dan memiliki akses transportasi mudah ke tempat kerja atau sekolah mereka, sisanya bervariasi mulai dari faktor harga, arsitektur bangunan, dan pengembang terpercaya. FYI ini hanya polling sederhana yang melibatkan follower aku di instagram @nininrs, bukan hasil dari dari sebuah badan survei yess.
Namun dari hasil polling ‘iseng’ itu aku berkesimpulan, sebagian besar follower aku mendambakan tinggal di daerah atau kota yang aman, nyaman dengan fasilitas lengkap, dan memiliki akses transportasi yang memudahkan beraktivitas kemana saja. Dan itu ada di dalam konsep livable city atau kota layak huni.
Livable city atau kota layak huni menjadi istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah lingkungan dan suasana perkotaan atau daerah yang nyaman sebagai tempat tinggal maupun beraktivitas yang dilihat dari berbagai aspek fisik maupun non fisik. Begitu pentingnya konsep livable city bahkan The Economist Intelligence Unit (EIU) setiap tahunnya merangking kota paling layak huni di dunia, dan Wina, Austria menempati urutan pertama pada 2023 ini.
Untuk menuju livable city, Indonesia tengah giat menata Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur agar kelak dapat masuk dalam daftar 10 besar kota paling layak huni atau livable city) di 2045. Pembangunan di IKN akan dilakukan dengan teknologi yang ramah lingkungan dan menggunakan energi terbarukan.
Rencananya semua fasilitas yang tersedia di IKN didesain mudah diakses walaupun hanya dengan berjalan kaki. Semua fasilitas perkantoran akan saling terhubung, baik secara fisik maupun digital yang ditunjang dengan model smart office tanpa mengganggu biota yang ada dan menjamin kelestarian lingkungan.
Untuk menciptakan IKN yang livable city pemerintah sudah beberapa kali mengunjungi BSD City untuk melihat bagaimana penerapan livable city kedalam desain tata kota. Nah untuk yang belum tahu, BSD City merupakan salah satu proyek perumahan yang dikembangkan oleh developer Sinar Mas Land yang menerapkan livable city.
Penerapan konsep livable city juga disematkan ke proyek-proyek Sinar Mas Land lain di seluruh Indonesia, seperti Grand Wisata Bekasi yang memiliki luas 1.100 hektar, Kota Wisata Cibubur seluas 480 hektar, Kota Deltamas Cikarang dengan luas 3.000 hektare dan terbaru Grand City Balikpapan seluas 230 hektar.
Sinar Mas Land sendiri merupakan pengembang properti terbesar dengan diversifikasi proyek paling beragam di Indonesia. Perusahaan ini terbukti kaya akan pengalaman dalam pengembangan properti selama lebih dari 40 tahun.
Empat Pilar Livable City di BSD City
Sebagai orang yang tidak bertempat tinggal di BSD City, aku termasuk orang yang sering berkunjung kesini dikarenakan akses transportasinya yang mudah. Bicara soal kemudahan akses, selain dapat diakses dengan kendaraan pribadi melalui tol BSD – Bintaro – Pondok Indah – TB Simatupang, BSD City juga dapat dijangkau dengan transportasi publik commuter line. Melalui Cisauk, aku biasanya menggunakan layanan shuttle bus Intermoda BSD yang tersedia untuk menjangkau semua fasilitas yang ada di dalam BSD City.
Pun saat aku nonton konser Agust D Tour ‘D-Day in Jakarta, 25 Mei 2023 lalu yang diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD hall 5-6. Selain mudah akses transportasi publik, aku pun tidak kesulitan mencari akomodasi lain seperti hotel dan tempat makan di sekitar area konser. Semua mudah dijangkau karena tersedia di dalam BSD City. Untuk urusan hangout atau kulineran, BSD City memiliki beberapa pilihan tempat menarik seperti AEON dan The Breeze yang merupakan mal berkonsep open air yang didesain ‘tanpa dinding’.
Untuk sarana kesehatan, BSD City memiliki banyak rumah sakit berstandar internasional seperti Eka Hospital dan RS Medika BSD. Tidak hanya itu, BSD City juga menyediakan area jogging, bersepeda, dan lain sebagainya. Ada perasaan senang dapat menikmati suasana BSD City yang masih memiliki banyak ruang terbuka hijau dengan pepohonan rindang di sepanjang jalannya. Bayangkan, baru sering berkunjung saja aku sudah sesenang ini, bagaimana bila dapat bertempat tinggal di BSD City. Tentu itu menjadi dambaan semua orang.
Suasana hijau nan teduh yang dihadirkan BSD City ini erat kaitannya dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan sesuai dengan prinsip Environmental, Social, Governance (ESG) yang diterapkan di semua proyek Sinar Mas Land. Sehingga tidak heran bila melihat bangunan dan perkantoran di BSD City seperti Green Office Park, kantor pusat Unilever, dan Q-Big didesain ramah lingkungan sesuai dengan kebutuhan gaya hidup masyarakat urban.
Selain menyediakan banyak ruang terbuka hijau, BSD City juga menerapkan konsep green property dengan pemasangan panel surya di setiap gedung perkantorannya yang diklaim mampu meningkatkan kesehatan dan produktivitas semua penghuni di dalamnya efek berkurangnya emisi karbon hingga 13 persen pada 2022, bahkan untuk gedung perkantoran BSD Green Office Park pun memiliki occupancy rate di atas 90 persen.
Ke depannya BSD City juga akan banyak menggunakan Internet of Things (IoT) untuk melakukan inisiatif green. Hal itu termasuk melihat berapa banyak energi yang sudah digunakan, termasuk dalam penghematan air.
Ada empat pilar pengembangan konsep livable city yang dilakukan oleh Sinar Mas Land hingga BSD City menjadi kawasan yang menjadi dambaan semua orang untuk bertempat tinggal. Keempat pilar tersebut yaitu Live, Learn, Work, and Play.
Live mengacu pada sarana prasarana yang mendukung kebutuhan hidup masyarakat, seperti hunian, pusat perbelanjaan hingga akses jalan. Learn merujuk sarana dan prasarana pendidikan. Work mengacu pada sarana dan prasarana kebutuhan kerja seperti perkantoran hingga area komersial. Terakhir, play sebagai sarana dan prasarana untuk mendukung kebutuhan emosional dan rekreasi masyarakat, seperti: pusat olahraga, taman rekreasi, exhibition halls, hingga pusat kuliner.
Dalam lima tahun ke depan, BSD City juga akan membangun pusat-pusat kuliner dan mengembangkan tempat hiburan dengan memperbanyak kawasan wisata di dalam BSD City, seperti Cimory Land, City Zoo dari Jatim Park, hingga pusat kuliner nusantara. Selain itu untuk transportasi, BSD City juga akan membangun Transit Oriented Development (TOD) yang lebih smooth seperti di Hong Kong dan akan mempercantik dua stasiun TOD yang sudah ada.
Livable city yang diterapkan BSD City bukan sekadar klaim sebab kehadiran BSD City sudah tergolong wilayah pemukiman yang jauh lebih tertata dan mulai bertransformasi menjadi kota mandiri. Untuk urusan digital technology, BSD City juga termasuk yang paling layak, semua masuk ke sana, sebut saja Apple Academia, Monash University, kemudian ada Tokopedia, Unilever, Google, dan Amazon. Kenapa mereka mau ke sana? Karena infrastruktur fiber optik BSD City yang paling lengkap.
Meski masih terus berbenah, BSD City cocok menyandang gelar livable city. Konsep ini juga disebut pas untuk diadopsi atau diterapkan pada pengembangan kawasan kota di berbagai wilayah di Indonesia. Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Indonesia secara keseluruhan. Karena dari yang dicontohkan Sinar Mas Land, konsep livable city tidak hanya memberikan dampak untuk warga setempat tapi juga di sekitarnya
Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast
View all posts by Ninin Rahayu Sari