NININMENULIS.COM – Sebagai obat tradisional di Indonesia, kebiasaan minum jamu ini diperkirakan sudah ada sejak 1300 masehi. Kata jamu sendiri berasal dari bahasa Jawa kuno, Djampi bermakna penyembuhan dan Oesodo yang berarti kesehatan. Sehingga khasiat jamu untuk pengobatan tradisional telah teruji secara turun temurun. Dapat dibilang, jamu merupakan warisan nenek moyang yang masih ada hingga sekarang.
Sayangnya kehadiran jamu tidak terlepas dari mitos-mitos di belakangnya. Seperti mitos jamu dibuat dengan jampi-jampi agar berkhasiat, minum jamu dapat merugikan kesehatan, dan berbagai macam mitos lainnya. Padahal sama dengan makanan, minuman, ataupun obat-obatan lainnya, semuanya sangat tergantung bagaimana cara kita mengkonsumsinya. Jika mengkonsumsinya dengan benar, jamu dapat menjaga tubuh kita agar tetap bugar sepanjang hari.
Merasa bugar dan sehat dengan minum jamu, itu aku rasakan sendiri sedari kecil hingga dewasa di usia kepala empat seperti sekarang. Sebagai minuman pengobatan yang diturunkan dari generasi ke generasi, sudah tentu aku mengenal jamu pertama kali melalui Ibu, Ibu melalui nenek, dan begitu seterusnya. Dapat dikatakan Jamu merupakan wujud cinta Ibu dalam menjaga kesehatan aku agar tumbuh sehat. Jamu juga yang membuatku bertahan di masa pandemi COVID-19 kemarin. Namun tentu saja, waktu 40 tahun bukan waktu singkat dalam mengkonsumsi jamu. Ada cerita di setiap masanya.
Contents
Masa Kecil, Si Penyuka Jamu Manisan
Jika ditanya, kapan pertama kali minum jamu? Mungkin yang aku ingat pertama kali saat berusia sekitar 4 tahunan meminum jamu manisan saat Ibu membeli jamu gendong. Aku menyebutnya jamu manisan karena kandungannya hanya jahe dan gula merah, sehingga memiliki rasa yang manis. Merasa enak, aku tidak pernah melewatkan momen minum jamu gendong yang biasanya di sore hari.
Dari sini, Ibu mulai sedikit demi sedikit memperkenalkanku dengan Jamu Beras Kencur dan Kunyit asam dengan takaran yang tentu saja tidak sebanyak orang dewasa. Menurut Ibu, jamu-jamu ini bermanfaat untuk meningkatkan nafsu makan aku yang sulit saat masih kecil, mencegah cacingan, dan meningkatkan imunitas agar tidak mudah terserang demam juga batuk.
Dan memang jika diingat lagi, di bandingkan dengan teman sebaya, aku tumbuh sebagai anak yang jarang sakit dan berat badan stabil. Itu momen minum jamu pertama kali yang aku ingat. Walaupun jika bertanya ke Ibu, beliau akan menjawab, “dari bayi sudah dicekokin jamu.” Aku tidak tahu jenis jamu apa yang diminumkan karena beliau hanya menjawab, “ya, jamu cekok.”
Masa Remaja, Si Peminum Jamu dalam Diam
Meskipun tidak setiap hari, kebiasaan minum jamu terus berlanjut hingga masa-masa remaja. Di masa ini minum jamu bukanlah aktivitas yang terlihat ‘keren’. Takut dibilang seperti orang tua, ketinggalan zaman, bahkan tidak sedikit teman yang mencibir, “ih kok masih minum jamu?”
Jika hal ini aku utarakan ke Ibu, saat itu beliau hanya berkata, “memang kenapa? Yang penting sehat dan tidak pernah bolos karena sakit.” dan Ibu pun tetap rutin memberikan aku jamu. Di masa ini jamu yang rutin dikonsumsi jamu kunyit asam. Jamu ini memiliki kandungan kunyit, buah/daun asam, gula merah, serai, kapulaga, cengkeh, kedawung, jeruk nipis, dan kayu manis di dalamnya.
Untuk remaja jamu kunyit asam memiliki banyak manfaat, seperti sebagai sumber antioksidan, antidepresan alami, mampu mencerahkan kulit, mengatasi konstipasi, meredakan jerawat, dan terpenting dapat meredakan nyeri menstruasi. Ini dikarenakan kandungan kunyit dalam jamu kunyit asem memiliki kemampuan alami meredam rasa nyeri, termasuk saat PMS (Premenstrual Syndrome). Rasa nyeri akibat produksi prostaglandins ini bisa diredam dengan konsumsi jamu kunyit asam sebelum dan selama haid.
Selain jamu kunyit asam, di masa remaja aku mulai mengkonsumsi jenis jamu lainnya seperti jamu tolak angin, jamu 7 angin, jamu ulu hati, dan jamu jampi usus. Karena di masa ini aku mulai terkena gangguan pencernaan untuk pertama kalinya. Dengan meminum jamu pencernaan kembali sehat dan proses pencernaan makanan pun kembali normal.
Sebagai remaja kekinian pada masa itu tentu saja aku mengkonsumsi jamu-jamu tersebut dalam diam alias sembunyi-sembunyi. Berbeda dengan jamu kunyit asam yang saat itu sudah ada dalam kemasan botol yang modern.
Masa Dewasa, Si Paling Jamu Alami
Tumbuh menjadi dewasa tanpa disadari aku tidak pernah lepas minum jamu. Jamu bukan lagi sekadar minuman pengobatan tapi lebih ke gaya hidup alami. Ya di masa-masa ini aku mulai peduli dengan semua asupan yang masuk ke dalam tubuh haruslah yang alami dan tidak mengandung bahan kimia.
Jamu yang alami tentunya, jamu yang segar dan baru dibuat dari ramuan berbagai macam tanaman dan ditujukan untuk segera dikonsumsi. Jamu yang dikonsumsi harus bebas dari cemaran bahan fisika, kimia, dan mikroorganisme. Selain itu pada saat akan diminum, rasa, bau, dan warna tidak berubah dari kondisi awal pembuatan.
Di masa ini aku sudah bisa dan biasa membuatnya sendiri. Beberapa jamu yang sering aku buat sendiri adalah jamu kunyit asam dan jamu beras kencur. Untuk membuat jamu kunyit asam caranya sangat mudah, kita tinggal menyiapkan 2 ruas kunyit segar yang sudah dikupas dan diiris tipis, 2 sendok makanan asam Jawa yang direndam dalam air secukupnya, 2-3 sendok makan madu atau gula batu, dan 500 ml air matang. Semua bahan tinggal direbus dalam air, jika sudah mendidih tinggal saring dan sajikan.
Sedangkan untuk membuat jamu beras kencur, kita tinggal menyiapkan 150 gran beras, 250 gram kencur, 2 cm jahe, 250 gram gula Jawa, dan 3-4 sendok makan gula batu. Untuk membuatnya, pertama-tama kita perlu merendam beras kurang lebih 3-6 jam, lalu tiriskan dan cuci beras. Sangrai sampai kering dan berwarna kecoklatan. Tumbuk atau blender hingga halus lembut. Untuk jahe dan kencur jangan lupa untuk dicuci bersih lalu dihaluskan.
Semua bahan-bahan tadi direbus di dalam air lalu disaring dan disajikan. Biasanya aku membuat dalam jumlah banyak lalu menyimpannya dalam botol-botol dan ditaruh di dalam lemari pendingin. Jamu pun tetap dapat dinikmati kesegarannya kapan dan dimana pun.
Di masa dewasa ini aku juga mulai rajin dan rutin ber-yoga. Dari aktif beryoga ini aku juga berkenalan dengan ‘jamu’ nya ayurveda. Dalam ayurveda, ada keyakinan kalau penyakit disebabkan oleh ketidakseimbangan yang ada di dalam tubuh. Pengobatan ayurveda mendorong untuk menerapkan terapi alami. Tujuannya untuk mendapatkan kembali keseimbangan antara tubuh, pikiran, jiwa, dan lingkungan.
Jamu ayurveda ini dapat menggunakan semua jenis rempah-rempah alami termasuk serai, jinten, lemon, dan lain sebagainya. Cara membuat jamu ini sangat mudah, siapkan minimal 3 rempah dengan kunyit sebagai rempah utama (apa pun campurannya, harus ada kunyit) dan 2 rempah bebas lainnya, misalnya ketumbar dan kapulaga. Ketiga bahan tersebut tinggal diseduh dengan air mendidih, lalu diminum hangat-hangat saat bagun tidur atau sebelum perut diisi makanan lain. Jamu ini akan menstabilkan kondisi tubuh untuk siap beraktivitas termasuk siap menerima makanan dan minuman. Dan jamu inilah yang setiap pagi selalu aku minum hingga detik ini.
Masa Pandemi, Si Peminum Jamu Penjaga Imunitas
Dari masa kecil hingga dewasa minum jamu bukan berarti aku siap saat masa pandemi datang. Siapa yang dapat memprediksi kalau akhirnya COVID-19 merenggut kesehatan jutaan penduduk di Indonesia. Siapa yang tidak takut saat itu, begitu pun aku. Meskipun tetap rajin minum jamu setiap hari, aku tetap mempersiapkan jamu lain sebagai penguat imunitas dan pertolongan pertama bila timbul gejala sakit seperti demam dan batuk.
Di masa pandemi, aku tidak bisa lagi mengandalkan jamu gendong karena social distancing dan tidak leluasa membuat sendiri karena di masa ini harga rempah-rempah meroket hingga tiga kali lipat. Satu-satunya solusi, aku menyediakan jamu dalam bentuk kapsul yang siap minum, seperti Lianhua Qingwen untuk menyembuhkan gejala batuk dan jamu Vermint untuk antisipasi bila timbul gejala demam.
Vermint mengandung ekstrak lumbricus rubellus yang membantu meringankan demam secara alami. Obat ini juga dapat digunakan untuk tipes, demam tinggi, migrain, sakit kepala terus menerus, wasir, kolesterol tinggi, diabetes, penyakit paru-paru, mengeringkan luka bakar, menghilangkan luka bekas jahitan operasi. Meskipun termasuk jamu-jamuan, tetap jangan lupa perhatikan dosis dan cara meminumnya agar mendapatkan manfaat yang maksimal.
Meskipun masa pandemi sudah berlalu, berbekal pengalaman dari masa itu hingga sekarang aku selalu menyediakan jamu-jamu tersebut di dalam kotak obat.
Mengapa Harus Minum Jamu?
Saat ini tidak ada alasan untuk tidak mengkonsumsi jamu. Apalagi saat masa pandemi, Kemenkes RI telah menyarankan masyarakat untuk meningkatkan dosis konsumsi jamu untuk menjaga imunitas dan mencegah penyakit penyerta. Dari banyaknya manfaat minum jamu, ada manfaat terpenting yang wajib diketahui yaitu:
-
Jamu dapat menambah daya tahan tubuh.
Jamu bermanfaat meningkatkan imunitas tubuh, misalnya jamu temulawak. Ini karena jamu temulawak memiliki kandungan seperti fellandrean, turmerol, glikosida, foluymetik karbinol, minyak atsiri, kamfer, dan kurkuminoid. Nah, di dalam kurkuminoid ini terdapat kurkumin dan desmetoksikurkumin yang fungsinya menetralkan racun, menghilangkan nyeri, antibakteri, mencegah perlemakan dalam sel-sel hati, dan antioksidan.
Dalam sebuah riset bertajuk Curcumin: A Review of Its’ Effects on Human Health, mengkonsumsi 500 mg kurkumin setiap hari disebut dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Selain temulawak, kurkumin juga terkandung dalam kunyit maupun jahe.
-
Sebagai anti peradangan
Penelitian di Universitas Arizona menyimpulkan kunyit sebagai salah satu obat anti peradangan yang manjur. Kunyit mengobati rheumatoid arthritis atau peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sendiri. Beberapa penelitian lain menunjukkan kurkumin dalam kunyit meringankan peradangan jangka panjang di lapisan tengah mata. Mengkonsumsi jamu dengan bahan kunyit setiap hari juga bisa meningkatkan fungsi ginjal penderita radang ginjal.
-
Jamu dapat meredakan gangguan pencernaan
Kurkumin yang ada dalam bahan-bahan herbal di jamu akan merangsang empedu bekerja dengan optimal sehingga pencernaan pun berfungsi dengan baik. Kunyit dalam jamu juga bisa mengatasi perut kembung, dan membantu mengurangi sindrom iritasi usus besar (IBS).
Setuju banget kalau minum jamu ini bakal banyak banget manfaat yang bisa didapat, apalagi karena jamu ini minuman herbal sehingga kemungkinan berbagai alergi sangat jarang
Bener kak, emang kalau untuk pencegahan jamu paling top y
AKu pernah mengonsumsi jamu Vermint. Iya, khasiat jamu tuh bagus banget untuk kesehatan tubuh dan ikiran kita. Zaman banyak jamu gendong dulu, memang lebih terasa keunikan meminumnya. Sekarang pun masih ada cuma sangat jarang. Jamu modern bisa jadi solusinya. Yang herbal2 makin digandrungi.
Bener banget mbak, yang herbal tuh bikin hati tenang karena tidak memilikiefek samping…
Taun ini aku mulai beralih ke Jamu dari minuman-minuman instan, ternyata kerasa banget manfaatnya buat tubuh. Btw di bandung ada beberapa tempat minum jamu kekinian favorit ku, yuk mbak pankapan kesana.
Wah seruuuu, boleh nih dicoba kalau ke Bandung….
Aku peminum jamu..sejak kecil, Ibuku bikin sendiri dalam jumlah banyak di rumah. Kini aku lebih sering beli pada tukang jamu langganan yang memang alami pembuatannya.
Senangnya kini ada jamu dalam kemasan modern seperti Vermint yang membantu meringankan beberapa penyakit. Dengan manfaat yang sama akan lebih praktis pastinya!
Vermint memang praktis banget ya mbak, bisa disimpan untuk persiapan kalau tiba2 demam…
Di era modern ini, di mana gaya hidup serba cepat dan instan mendominasi, jamu masih relevan dan diminati oleh banyak orang. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan dengan cara alami semakin meningkat, dan jamu hadir sebagai solusi yang tepat.
Bener banget, warisan nenek moyang yang masih dicintai saat ini karena memiliki banyak khasiat y
Saya juga termasuk tim peminum jamu yang setia. kalau Mbak jamu-jamu gendongnta lagi ga ada, kadang bikin sendiri aja, kebetulan punya resep dari saudara cara bikin jamu yang bahan-bahannya mudah kita dapatkan di pasar dan asli memang kalau sudah mengkonsumsi jamu badan rasanya segar dan sehat
Benerrkaann…apalagi kalau jamunya diracik sendiri, hhmm rasanya fresh banget y
Aku ngebayangin jamu beras kencur yang disimpan di kulkas baru diminum. Duh, segernyaaa. Kapan-kapan kucoba bikin juga. Selama ini beli di mbak jamu, tapi si mbak jarang-jarang lewat.
bener bangeet…. diminum dingin tuh nikmat banget jamu beras kencuurr…
Wah sama nih, aku juga penyuka jamu. Segala macam keluhan, pasti larinya ke jamu dulu sebelum obat kimia. Soalnya lebih aman ya karena organik. Dan iya, setelah pandemi, jadi lebih berhati-hati. Tapi pastinya, sebelum minum jamu, pastikan jamu yang dikonsumsi bener-bener organik. Soalnya banyak juga yang abal-abal, organik ternyata palsu malah obat kimia.
bener mbak, kita juga harus aware dengan kandungan yang ada di dalam nya apakah memiliki efek samping atau tidak….