NININMENULIS.COM – Bayangkan aroma segar kopi yang baru diseduh, menyebar ke udara, mengundang setiap indera untuk terjaga dan siap menjalani hari. Di balik setiap cangkir kopi ada cerita yang kaya, warisan budaya, dan tradisi yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Di balik setiap kelezatan tetes kopi ada perjalanan panjang yang dimulai dari dedikasi petani dalam merawat setiap biji kopi. Menggali lebih dalam, kita akan menemukan bagaimana kopi bukan sekadar minuman tetapi juga simbol keberlanjutan. Yuk kita menyelami dunia kopi lokai Indonesia, mengeksplorasi rasa, proses produksi, hingga dampaknya terhadap masyarakat.
Untuk menyelami lebih dunia kopi, pada Minggu (27/10) lalu, aku beruntung turut hadir dalam Eco Blogger Squad Program #1: Nature’s Bounty: When Young People Craft Sustainable Wonders with Local Coffee #KopiLokalJuara, bertempat di Anomali Coffee Setiabudi One, Jakarta Selatan. Banyak keseruan dan informasi seputar kopi tersaji di acara tersebut. Mulai dari bagaimana ekonomi restoratif hadir mengubah cara kita dalam memproduksi dan menikmati kopi, hingga mengetahui cara seduh kopi manual yang nikmat.
Dalam acara yang juga disiarkan secara live di instagram @ecobloggersquad ini menghadirkan Noverian Aditya, Founder Java Kirana dan Donna Elvina Amelia, Head of Indonesia Coffee Academy, Anomali Group sebagai narasumber. Dipandu oleh Fransiska Soraya (Ocha) membuat acara berlangsung semakin asyik dan meriah.
Contents
Menggali Keberlanjutan di Kebun Kopi
Kita tentu bangga saat mendengar Indonesia termasuk negara terbesar keempat penghasil kopi terbesar di dunia. Tidak hanya di Indonesia, kopi sangat digemari di dunia, sekitar 2,25 miliar cangkir kopi dikonsumsi setiap harinya atau sekitar 500 miliar cangkir kopi per tahun. Angka ini jika diasumsikan setiap orang di dunia minum kopi sebanyak tiga cangkir setiap harinya. Dari jumlah ini Indonesia sendiri mampu memproduksi 642 ribu metrik ton kopi setiap tahun atau 6 persen dari kopi dunia.
Sayangnya, dan banyak orang tidak ketahui sebagian besar kopi yang dihasilkan di Indonesia masih dikelola secara individu oleh petani-petani kecil di pedesaan. Mereka masih menggunakan metode tradisional, kurangnya pengetahuan tentang budidaya dan pascapanen yang optimal, serta terbatasnya akses pasar masih menjadi hambatan petani kopi Indonesia.
Dengan menerapkan ekonomi restoratif, Java Kirana hadir membantu petani kopi dengan menciptakan sistem yang tidak hanya menguntungkan petani lokal, tetapi juga menjaga ekosistem dan mendukung komunitas lokal. “Kami melihat potensi besar di industri kopi, namun petani kopi masih menghadapi banyak kendala. Java Kirana hadir untuk memberikan solusi konkret, membantu mereka meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi, serta membuka akses pasar yang lebih luas,” buka Noverian Aditya, Founder Java Kirana.
Dengan membantu petani kopi seperti ini, diharapkan para petani dapat lebih fokus pada budidaya kopi sehingga mereka dapat memperoleh lebih banyak keuntungan karena peningkatan produktivitas dan penurunan biaya produksi. Untuk mencapai semua itu, Java Kirana fokus pada hal-hal sebagai berikut:
Menghadirkan Program Kesejahteraan Petani Kopi
Java Kirana menghadirkan program yang didedikasikan langsung untuk kesejahteraan petani kopi, juga memberi bantuan langsung untuk manajemen perkebunan petani, serta membangun sistem yang jelas agar petani mendapatkan harga yang sewajarnya. Java Kirana tidak hanya memberikan pelatihan tentang teknik budidaya kopi yang baik, tetapi juga mendampingi petani dalam seluruh proses produksi, mulai dari pemilihan bibit unggul, perawatan tanaman, hingga pascapanen. “Kami tidak hanya memberikan teori, tetapi juga praktik langsung di lapangan. Petani belajar bagaimana memilih bibit yang tepat, merawat tanaman dengan benar, dan mengolah hasil panen menjadi kopi berkualitas tinggi,” cerita Noverian.
Selain itu, Java Kirana juga berperan sebagai jembatan antara petani kopi dengan pasar yang lebih luas. Melalui jaringan pemasaran yang telah dibangun, Java Kirana membantu petani menjual kopi mereka dengan harga yang lebih baik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Memastikan Kualitas Kopi Lokal Terjaga
Untuk mendapatkan pertumbuhan keberlanjutan yang stabil, Java Kirana juga memastikan kualitas kopi lokal terjaga dengan baik melalui proses pengolahan yang dilakukan secara efisien dan higienis dengan teknologi modern. Dengan demikian para petani kopi tidak perlu lagi menjual hasil panen dalam bentuk biji mentah, mereka dapat mengolahnya menjadi kopi siap konsumsi untuk mendapatkan nilai jual yang tinggi.
Untuk mencapai aspek ini Java Kirana tidak bekerja sendirian. Kolaborasi dengan menjalin kemitraan strategis dengan berbagai pihak dapat memaksimalkan dampak positif bagi petani kopi. Kemitraan ini juga membuka peluang bagi Java Kirana untuk memperluas jaringan pemasaran kopi dan dapat menembus pasar nasional hingga internasional, sehingga petani kopi dapat meraih kesejahteraan yang lebih baik.
Memanfaatkan Sumber Daya Alam dengan Bijak
Java Kirana juga peduli dengan keberlanjutan lingkungan. Selain melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia, petani juga diajarkan untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak, menjaga kesuburan tanah, dan melestarikan keanekaragaman hayati. Java Kirana juga melakukan pengelolaan sumber daya dan limbah misalnya pengolahan limbah kulit kopi sebagai pakan ternak, pembuatan bimassan hingga pupuk kompos.
Secangkir Kopi Berkualitas Tinggi
Upaya menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan kopi berkualitas tinggi di Indonesia juga dilakukan Anomali Coffee bersama dengan PT Kopi Asli Indonesia, Indonesia Coffee Academy, dan PIJAK. “Setiap kopi yang disajikan untuk pelanggan di Anomali Coffee pastinya sudah melewati 7 tahapan kurasi terlebih dahulu dari berbagai jenis kopi yang ada di Indonesia. Hanya kopi dengan kualitas terbaik dan standar tinggi yang akan menjadi secangkir kopi untuk pelanggan,” ujar Donna Elvina Amelia, Head of Indonesia Coffee Academy, Anomali Group. Sehingga tidak heran jika secangkir kopi dari Anomali Coffee itu benar-benar terasa nikmatnya.
Dalam hal ini, Anomali Coffee fokus mengkurasi dan mempromosikan biji kopi lokal dari berbagai daerah di Indonesia yang ditanam oleh petani lokal. Dan salah satu upaya yang dilakukan oleh Anomali Coffee untuk mendapatkan biji kopi terbaik, dengan membangun Coffee Farmers Anomali Partnership, yaitu kemitraan Anomali Coffee dengan petani kopi yang ada di seluruh Indonesia, karena hal ini merupakan kunci utama dalam upaya untuk menyediakan biji kopi yang berkelanjutan.
Untuk membangun kemitraan dengan para petani kopi ini, Anomali Coffee melakukan berbagai hal, seperti melakukan pelatihan dan edukasi, memberikan harga yang adil, menghadirkan dukungan infrastruktur, membuka akses ke pasar, menerapkan praktik pertanian ramah lingkungan, serta mengedepankan transparansi.
Tidak hanya berkolaborasi dengan petani kopi, Anomali Coffee juga bekerja sama dengan beberapa petani di komoditi lain seperti buah maram dan nanas untuk dijadikan sesuatu produk baru yang menarik yang dapat disajikan kepada customer Anomali Coffee.
Selain mendukung pengembangan kopi lokal berkualitas tinggi, Anomali Coffee juga ikut melakukan upaya menjaga lingkungan berkelanjutan dengan menghadirkan kemasan yang lebih ramah lingkungan dan bebas dari plastik dan sudah tersertifikasi oleh PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification), penggunaan kemasan take away yang biodegradable terbuat dari tepung jagung dan sudah bersertifikat USDA, penggunaan sedotan dari petani Indonesia dengan bahan dasar singkong, hingga tempat untuk takeaway makanan juga menggunakan ecofren box yang ramah lingkungan.
Rahasia Manual Brewing dan Kenikmatan di Setiap Tetes Kopi
Tidak hanya memelajari bagaimana kopi dihasilkan, kami yang datang dalam acara ini pun diajarkan bagaimana cara menyeduh kopi menggunakan metode manual brewing oleh I Putu Yoko Permana, Barista Anomali Coffee. Manual brewing merupakan proses seduh kopi secara manual tanpa menggunakan alat, cukup menggunakan natural paper filter atau kertas penyaring.
“Keunggulan menyeduh kopi dengan manual brewing, kita dapat mengontrol setiap langkah proses pembuatan kopi. Dengan metode ini, kita dapat menyesuaikan rasio kopi dan air sesuai dengan selera. Selain itu, kita juga dapat mengontrol suhu air dan waktu ekstraksi yang akan mempengaruhi rasa dan aroma kopi yang dihasilkan,” kata Yoko menjelaskan.
Ada dua cara manual brewing yang biasa dilakukan, yaitu Pour Over dan Immersion. Pour over, merupakan metode menyeduh kopi dengan menuangkan air panas secara perlahan-lahan ke atas bubuk kopi yang telah dituangkan ke dalam dripper atau wadah tempat menyeduh kopi. Sedangkan Immersion yaitu metode menyeduh kopi dengan cara merendam bubuk kopi ke dalam air, dengan metode ini, kita bisa mengontrol suhu air, jumlah bubuk kopi yang digunakan, juga durasi perendaman. Contoh metode Immersion ialah kopi tubruk.
Dan dalam praktik membuat kopi kali ini, kami diajarkan metode manual brew pour over menggunakan V60 Dripper. V60 Dripper yaitu menyeduh kopi secara manual menggunakan alat khusus berbentuk kerucut menyerupai huruf V dengan kemiringan 60 derajat. Untuk langkah pembuatannya sebagai berikut:
-
Siapkan air panas dengan temperatur sekitar 90-95°C dan 15 gram kopi yang sudah digiling medium, serta siapkan juga gelas dan V60 dripper di atas timbangan.
-
Pertama jangan lupa basahi natural paper filter menggunakan air panas untuk menghilangkan bau kertas agar tidak mempengaruhi rasa kopi.
-
Masukkan bubuk kopi yang telah digiling ke dalam V60 dripper yang sudah dilapisi paper filter. Lalu tuang air panas secara perlahan pada bubuk kopi yang ada dalam V60 dripper tersebut dengan gerakan memutar yang konstan secara perlahan
-
Tuangan air pertama untuk blooming atau mengeluarkan karbon dioksida. Proses penuangan air ini dilakukan hingga timbangan menunjukkan 30 ml. Jika sudah, tunggu sekitar 30 detik.
-
Setelah itu, lakukan penuangan kedua untuk mendapatkan keasaman. Tuang hingga 80 ml, kemudian tunggu lagi sekitar 30 detik atau hingga setengah sisa air di dripper turun ke gelas.
-
Selanjutnya tuangkan lagi air untuk penuangan terakhir sebanyak 150 ml, kemudian tunggu selama sekitar 30 detik lagi.
-
Setelah itu tuangkan goyangkan kopi perlahan, nikmati aromanya lalu tuang dalam cangkir untuk dinikmati.
Btw untuk kopi hitam aku gak terlalu suka sihh… tapi belom coba kopi anomali ini. Kapan” mau tak coba, hhehe
Artikel ini menarik! Mengetahui proses kopi yang lebih ramah lingkungan menambah apresiasi terhadap secangkir kopi. Semoga lebih banyak petani yang beralih ke ekonomi restoratif
Baru tau ternyata petani lokal masih dikelola individu ya untuk kopi ini, padahal industri kopi di Indonesia udah besar banget menurutku. Keren sih ini menggaet petani lokal biar bisa naik kelas
Wawww ngga nyangka kalau Indonesia termasuk negara terbesar ke empat penghasil kopi terbesar dunia. Namun sayang juga ya kalau pengelolaannya masih menggunakan metode tradisional karena kurangnya edukasi dan terbatasnya akses pasar. Keren deh acaranya jadi nambah banyak insight baru dan bisa bikin manual brewing langsung.
Sangat menarik melihat bagaimana kopi, minuman yang kita nikmati sehari-hari, ternyata punya potensi besar dalam memulihkan lingkungan. Konsep ekonomi restoratif dalam produksi kopi ini membuktikan bahwa bisnis dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan. Semoga semakin banyak petani dan perusahaan kopi yang mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan ini!
Wah keren banget acaranya. Bukan hanya meningkatkan kualitas SDM petani, tapi juga kopinya yang tetap memperhatikan lingkungan. Rasa kopi yang dihasilkan pun jadi lebih mantap dan berkualitas. Sistem ekonomi kreatif yang memperhatikan lingkungan kaya gini harus banyak yang mendukung, agar tercipta kopi yang berkualitas dan bernilai tinggi.
Hmm. Pasti ruangan menjadi harum semerbak dengan wangi kopi kalau dalam acara pembahasan kopi begini. Pasti ada kopinya ‘kan? ??
Hmm. Pasti ruangan menjadi harum semerbak dengan wangi kopi kalau dalam acara pembahasan kopi begini. Pasti ada kopinya ‘kan? ??
Ini ilmu seduh kopi yang saya pingin tau dari dulu. Karena saya selama ini hanya menyeduh kopi dengan cara Immersion. Sedangkan pour over hanya saya lihat dari video singkat di beranda media sosial saya. Ternyata semudah itu, untuk merasakan sensasi kopi dengan level tertinggi.
Gilaaa! Ini acaranya gokil poll, bahkan mendatangkan mereka-mereka yang expert di bidang per-kopi-an. Pengen dateng waktu itu, sayang jauh banget kudu ke JKT. Hehehe,,, Tapi seru banget lho bisa melihat brewing manual kopi yang asli kudu sabar. 😀
Saya aja baru bisa menyukai kopi hitam tanpa gula. Jadi semakin paham kenapa suami saya kalau bikin kopi kayak yang detil. Ternyata dari pemilihan jenis kopi hingga prosesnya bisa menghasilkan rasa kopi yang berbeda meskipun sama-sama hitam dan pahit.
Acaranya sangat menarik! Sebagai penikmat kopi (tanpa atau hanya dengan sedikit gula), rasanya pengen banget ikut acara begini. Sebenarnya dekat rumah ada coffee shop yang buka kelas kopi tapi mau ikut masih maju mundur lihat biayanya.
Gigit banget deh salah satu kalimat di bagian penutupnya. Setiap pilihan yang kita buat memiliki kekuatan untuk menciptakan dampak. Kebayang sih sesi kelas sekaligus pemaparannya tuh seru banget. Aku yang mampir ke sini dan menikmati setiap kalimat dan paragraf yang menggambarkan keadaan aat itu, jadi ikutan belajar bahwa memang yang butuh dibangun itu adalah ekosistem terbaik baik untuk petapi kopi hingga ke konsumennya nih.
Wah, seru banget. Baru tahu nih tentang metode manual brew ternyata bisa menambah cita rasa kopi. Bagi penggemar kopi, rasanya pasti sayang sekali melewatkan acara ini.
Baca ini bikin makin paham kalau kopi yang kita minum itu hasil kerja keras banyak orang. Semoga kopi lokal makin dihargai dan terus berkembang!
Keren banget perjalanan ngopinya
Memang yang diikuti perkembangannya biasanya tumbuh jauh lebih baik
Makanya aku jadi pengen ngopi