Wawancara dengan Juara Indonesia Latte Art Championship (ILAC) 2016

ovie

NININMENULIS.COM – Inilah sosok juara Indonesia Latte Art Championship (ILAC) 2016, Ovie Kurniawan, barista Common Ground Bandung. Ia telah mengukuhkan posisinya sebagai juara untuk kedua kalinya dan memperbaiki peringkatnya di World Latte Art Championship (WLAC) 2017. Kini sosok barista di peringkat 18 dunia yang tidak gemar minuman berkafein ini terus menggali kemampuannya tidak hanya piawai dalam ‘melukis’ di atas kopi namun juga pandai dalam meracik kopi yang nikmat.

Bagaimana awalnya Anda menjadi seorang barista?

Dapat dikatakan sesuatu yang tidak disengaja. Lulus dari sekolah pariwisata di Bandung pada 2012, saya ditawari kerja untuk area bar. Ternyata pekerjaan di area bar tidak semudah hanya membuat jus dan menyeduh kopi. Untuk membuat kopi saja banyak pelatihan yang saya jalani mulai pengenalan jenis kopi, mesin kopi, memproses kopi, dan lain-lain. Dari sana saya terpacu untuk terus belajar dan tergabung dalam Barista Community Bandung. Saya yang suka seni dan menggambar tertarik dengan latte art dan mulai belajar membuatnya. Dari yang hanya mampu membuat lingkaran di atas kopi, saya mulai mencoba membuat sendiri dari menonton youtube bagaimana membuat satu motif latte.

Adakah bentuk yang wajib dikuasai?

Basicnya membuat hati. Seorang barista harus mampu mengontrol hati, bagaimana bentuk hati tersebut presisi dikedua sisi dengan cutting yang simetris. Dari situ belajar membuat bentuk tulip yang dilanjutkan dengan bentuk rosetta. Dengan kreativitas sang barista semua macam bentuk akan keluar dari penggabungan ketiga bentuk ini, hati, tulip, dan rosetta.

Lalu, bagaimana Anda bisa terlibat dalam sebuah kompetisi latte art?

Kompetisi latte art pertama kali yang saya ikuti yakni sebuah battle latte art, dan saya meraih juara ketiga. Untuk skala nasional ajang kompetisi barista-lah yang saya ikuti namun kalah. Baru pada 2015 saya mengikuti ILAC dan meraih juara pertama juga mewakili Indonesia di WLAC Beijing. Di tahun berikutnya pun menang di ajang yang sama dan mewakili Indonesia ke Budapest. Pada 8-11 Februari lalu, ILAC baru saja menyelesaikan seleksi tahap regional untuk dikirim ketingkat nasional pada Juli mendatang. Dari pemenang nasional tahun ini akan dilombakan ke WLAC yang akan diselenggarakan di Brazil.

Bagaimana menilai sebuah latte art yang indah?

Banyak sekali faktor dalam menilai keindahan sebuah latte art. Mulai dari kontras antara susu dengan kopi, kreativitas desain gambar, komposisi terhadap cup handle, kecepatan, kebersihan, preparation, eye contact, dan banyak lagi faktor lainnya.

Adakah gambar yang tengah booming saat ini?

Gambar yang dibuat oleh pemenang WLAC biasanya menjadi gambar yang akan booming selama setahun tersebut. Karena tahun lalu pemenangnya mengangkat gambar binatang maka tahun ini gambar-gambar binatang banyak dibuat. Pernah ada tahun di mana gambar unggas seperti angsa dan cendrawasih booming, atau tokoh animasi seperti Tinkerbell banyak dibuat.

Bagimana dengan latte art yang saat ini tengah banyak muncul di social media, seperti bentuk tiga dimensi atau colorful latte?

Itu hanya untuk kebutuhan foto tapi tidak layak untuk dinikmati customer. Karena untuk membuat latte art tiga dimensi menggunakan foam beku dan di ajang kompetisi nilainya kecil.

Untuk latte art colorful pertama kali dipopulerkan oleh salah satu pemenang WLAC dengan membuat gambar kupu-kupu. Namun dalam perjalannya dan banyaknya yang membuat mulai terpikir apakah latte tersebut aman dikonsumsi dengan banyakpewarna di dalamnya. Dari pemikiran tersebut saat ini pemakaian banyak warna dalam latte art pun mulai kurang diapresiasi dalam kompetisi.

Dalam kompetisi latte art, adakah sosok yang Anda kagumi?

Ada. Pemenang WLAC tahun lalu, Arnon Thitiprasert dari Thailand. Ia sosok yang inspiring. Gambar yang ia buat hanya menggunakan pattern basic namun menghasilkan bentuk yang kompleks dan baru.

Saat menjuarai ILAC 2016 lalu gambar apa yang Anda buat?

Seahorse (kuda laut0 dan T-Rex untuk cangkir teknik free pour dan Sleeping Bat (kalelawar tidur) untuk cangkir designer’s latte di final.

Bosan tidak dalam berkreasi?

Tidak pernah. Mungkin orang melihat profesi barista hanya mengaduk kopi, namun dengan adanya kompetisi keahlian barista dipecah menjadi Barista Championship (IBC), Brewer’s Championship (IbrC), Cup Taster Championship (ICTC), dan Latte Art Championship (ILAC). Padahal untuk menjadi barista harus menguasai semuanya. Untuk menguju kemampuan dan kompeten tidaknya hanya diketahui melalui ajang kompetisi tersebut.

Ada keinginan membuat coffee shop sendiri?

Untuk saat ini saya masih takut terbawa arus karena kopi sedang booming. Tapi mungkin ke depannya saya berkeinginan membuat sebuah coffee lab dan sekolah latte art. Kebetulan istri saya seorang pengajar latte art.

Latte Art karya Ovie

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

Leave a Reply