NININMENULIS.COM – Saat mengunjungi Bintan, Kepulauan Riau sempat bertanya dalam hati arsitektur apa yang bisa dieksplor di sini? Dengan menaiki perahu menyebrang ke Pulau Penyengat sampailah kepada bangunan masjid berwarna kuning yang cukup besar dan megah yang bernama Masjid Sultan Riau. Masjid ini menjadi eye catching karena posisinya yang strategis – tepat di depan dermaga dan gerbang Pulau Penyengat yang bertuliskan ‘Selamat Datang’.
Konon menurut cerita masjid ini menggunakan putih telur yang dicampur dengan pasir, kapur, dan tanah liat sebagai bahan perekatnya. Dibangun pada 1832 oleh Yang Dipertuan Muda VII Raya Abdurrahman yang merupakan cucu dari Raja Haji Fisabililah, pahlawan Indonesia yang berasal dari Riau.
Bangunan utamanya memiliki ukuran 18×20 meter yang ditopang empat tiang beton. Masjid Sultan Riau ini memiliki 13 kubah berbentuk seperti bawang yang untuk mencapainya harus menaiki tangga dan gerbang masjid. Saat dibangun pertama kali, Masjid Sultan Riau belumlah sebesar saat ini dan hanya terbuat dari kayu. Mengingat masjid yang tidak dapat lagi menampung seluruh jamaah masjid pun dibangun lebih besar seperti yang kita sakasikan saat ini. Jika masuk ke dalam sempatkan untuk menengok Al Quran yang ditulis tangan pada 1867. Terdapat dua Al Quran bertulis tangan, namun hanya satu yang dapat kita saksikan langsung menginggat kondisi satu Al Quran yang sudah rapuh.
Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast
View all posts by Ninin Rahayu Sari
One thought