NININMENULIS.COM – Sudah saat 3 Oktober 2017 lalu ada yang baru di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kalijodo. Bila sebelumnya para arsitek yang dipimpin Yori Antar mengundang 10 seniman graffiti dan mural untuk menghias salah satu dinding di ruang publik ini, kini kita juga dapat menikmati instalasi seni karya Teguh Ostenrik. Karya seni instalasi ini bernama Patung Menembus Batas yang terdiri dari empat pecahan tembok Berlin berukuran 3,6×1,2 meter berikut 14 patung baja yang diletakkan di atas hamparan pasir putih. Bila merunut perjalanannya, banyak cerita dan makna terkandung yang ingin disampaikan Teguh dalam karya instalasinya ini.
Setelah tembok Berlin runtuh, Teguh sudah mereka-reka konsep Patung Menembus Batas yang akan ia kerjakan, dan mulai mencari tahu bagaimana cara ia bisa mendapatkan pecahan tembok tersebut. Melalui Limex GmbH (singkatan dari Gesselschaft mit begrnzer Haltung yang artinya sama dengan PT atau Perseroan Terbatas) Teguh berhasil mendapatkan empat segmen tembok tersebut. Segmen tembok yang polos dipilihnya karena harga jual yang jauh lebih murah saat itu. Untuk empat segmen tembok Teguh membayar DM (Deutsche Mark)18 ribu, sedangkan segmen tembok yang bergrafiti dan banyak diperebutkan warga Jepang juga Amerika dihargai DM 60-90 ribu per segmen. Jika DM 1 sama dengan 8 ribu rupiah, maka Teguh membayar sekitar Rp 146 juta untuk keempat segmen itu.

Patung Menembus Batas karya Teguh Ostenrik
Setahun setelah ia membeli ke empat segmen tembok tersebut, mantan gubernur DKI Jakarta saat itu, Wiyogo Atmodarminto menyetujui pembangunan Patung Menembus Batas untuk diletakkan di area publik Jakarta, namun rencana tersebut selalu gagal dan tak pernah menemukan lokasi yang cocok. Baru setelah 27 tahun, karya tersebut dapat berdiri dan menghiasi salah satu area publik di Jakarta.
Sebagai lulusan Akademi Grafis Lette Schü dan Hochschuleder Kü Berlin Jerman, juga seniman yang turut membuat grafiti di tembok Berlin pada 1976-1980, Teguh memilih menggambar sendiri keempat segmen tembok polos tersebut. Untuk melukisi pecahan tembok tersebut, Teguh mengaku tidak sembarangan. Ia melakukan riset akan bentuk-bentuk grafiti dan font di tahun 1970-an, tahun disaat tembok ini didirikan. Kata-katanya pun banyak diambil dari sajak Rainer Maria Rilke.

So creative mbaak yaa, menembus batas .. bookmark lah pengen foto dan dan liat karyanya langsung hehehe tfs mbak, salam kenal juga ya ??
Hai mbak… iya karyanya keren. Salam kenal mbaak….
Aku baru tau kalau di sini ada instalasi karya seni di ruang publik seperti ini. Seru bannget!
iyaa mbak, seru banget dan kece abiss…
Aku belum pernah ke PRTRA Kalijodo ini. Kirain hanya taman seperti RPTRA lainnya. Ternyata artistik juga ya banyak karya seni begini. Ada kisahnya pula. Nice 🙂 Salam kenal 🙂
Iya mbaa… Seru buat selpi2 cantik… ??
Karya-karya artistik seperti itu tampak indah di mata meskipun kadang mata orang awam kebingungan, “Apaaa ini maksudnya?”
Keren nih, Mbak Ninis bisa tahu filosofis di balik pembuatan patung menembus batas itu.
Iya mbak mels, ak ngobrol2 sama senimannya waktu itu….