Erick Dangin Hadirkan Furnitur yang Terinspirasi dari Alam

NININMENULIS.COM – Yogyakarta tidak pernah ada habisnya dalam memberikan inspirasi. Entah sudah berapa banyak seniman dan desainer hadir dari Daerah Instimewa ini. Lingkungan dan budaya yang kental menghadirkan ide-ide yang tidak pernah habis untuk digali. Tidak terkecuali pada sosok Erick Dangin, desainer produk asal Yogyakarta yang desainnya telah banyak meraih penghargaan dan terkenal hingga mancanegara.

Trained by nature. Kalimat itu dapat menjelaskan bagaimana Erick Dangin mendapatkan seluruh ide untuk desain furniturnya. Memulai bekerja sebagai pengrajin pada 2000, desainer asal Yogyakarta ini mulai mengeksplorasi desainnya hingga pada 2004, ia mendirikan showroomnya sendiri. Pengalamannya dalam mengeksplor material membuatnya menyabet beberapa penghargaan di lokal maupun skala internasional. Aqsa Living, Indonesia Furniture Design Award, TIFF Thailand dan Central Java Design Awards 2010 dan 2011, merupakan beberapa penghargaan yanng pernah diraihnya.

Stalagmit Lounge

stalagmit lounge

Ini salah satu karya yang didesainnya saat Indonesian Furniture Design Award (IFDA 2013). Furnitur ini terbuat dari susunan kayu yang dibuat tidak beraturan seperti stalagmit di gua-gua. “Saat itu material yang ‘harus’ digunakan adalah kayu kelapa. Setahu saya bagian terbaik dari kayu kelapa hanya pada pinggirannya, kira-kira 10-12 centimeter dari kulit, makanya saya buat lounge dari kayu kecil yang saya susun melebar menjadi papan,” kata Erick. Idenya ini menghasilkan karya yang terlihat artistik dan tidak pasaran.

Facet Bench & Coffee Table

facet bench & coffee table

Ini merupakan desain terbaru dari Erick. Idenya sangat sederhana, memperbesar benda kecil yang referensinya seperti cincin atau zen stone. “Dan saya mencoba membuat versi besarnya dengan penambahan fungsi,” ujarnya. Ke depannya Erick akan menambahkan koleksinya hingga ke rak buku, meja konsol, dan lain sebagainya. Seri furnitur ini memperlihatkan kemampuan Erick dalam mengolah ide yang tidak sama satu seri produk dengan seri produk lainnya.

Go Teak Dining Table

go teak dining table

Pencarian bentuk baru kaki meja yang melatarbelakangi terciptanya desain ini. Bila biasanya balok kayu utuh yang digunakan, kali ini Erick membelahnya hingga terlihat eye catching. Untuk memberi kesan adventurer, pada sisi lain dibentuk shape sehingga oleh sebagian orang dianggap ringkih. “Tapi go ahead. Hasilnya tidak seperti yang orang bayangkan. Dia tetap rigid,” kata Erick. Dari GO ahead TEAK wood inilah muncul nama Go Teak.

5,9 SR Chair

5,9 sr chair

Saat gempa Yogya 2006 Erick memiliki usaha furnitur yang bekerjasama dengan orang Spanyol, sayangnya beberapa barang yang siap kirim rusak dan salah satunya kursi. Dari situlah Erick mendesain sesuatu sebagai pengingat kejadian tersebut. “Saya berusaha menempatkan diri bukan sebagai orang furnitur tapi sebagai tukang las. Dalam imajinasi saya itulah kursi yang berhasil direstorasi,” ungkapnya.

Kaba Chair

kaba chair

Lounge ini terinspirasi dari permainan yang pernah dilakukan bersama dengan saudara perempuannya. Di mana saat itu ia membuat furnitur dari kertas yang digunting sedemikian rupa hingga saat dilipat menjadi kursi. Sederhana sekali idenya. Berbekal pengalaman yang dimilikinya ia merealisasikan mainan tersebut menjadi produk yang ergonomis dan siap pakai. “Hingga tiba saat produk itu mulai diminati pasar, tapi pasar menilai produk (prototype) awal tersebut kurang portable dan perlu ‘sedikit’ langkah mudah buat menyiapkan produk tersebut saat akan dipakai,” kata Erick. Namun itu hanya untuk produk kursinya, sofanya dibutuhkan waktu tiga tahun untuk membuat sofa portablenya.

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

Leave a Reply