NININMENULIS.COM – Mengikuti workshop ini sebenarnya telah saya ikuti sudah lama. Namun saat melihat-lihat foto terdahulu, foto-foto yang saya ambil saat workshop sepertinya menark untuk saya sharing. Ya, tidak sebagus hasil jepretan fotografer profesional sih, tapi setidaknya itu proses saya belajar tentang dunia fotografi. Dunia foto ya bukan dunia editing seperti yang banyak dijumpai saat ini.
Workshop fotografi bersama Darwin Triadi ini dapat dikatakan tidak sengaja saya ikuti. Saat itu workshop ini merupakan previllage saat saya membeli satu set kamera mirrorless. Dan itu brand pertama yang mengeluarkan kamera mirrorless. Kehadiran para ‘pemula’ di dunia fotografi seperti saya saat itu tidak seramai saat ini di mana instagram telah dipenuhi para komunitas foto dari yang pemula hingga yang profesional.
Workshop tersebut dilaksanakan hanya satu hari di salah satu ballroom di pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Pesertanya jangan ditanya, buanyaaakkk banget! Minder? Yaiyalah…. semua yang datang sepertinya sudah pada gape pegang kamera, sedangkan saya itu kali pertama ‘pegang’ kamera profesional, biasanya cukup kamera poket dan kamera handphone yang saat itu resolusinya kecil.
Akhirnya, setelah pakai jurus andalan ‘cuek aja nggak ada yang kenal ini’ saya masuk ke dalam ballroom setelah sebelumnya registrasi di depan. Sesi workshop kali ini dibagi menjadi 3 sesi, pemberian materi, workshop pemotretan indoor atau studio, dan pemotretan outdoor dengan obyek bergerak. Meskipun saya ikuti dengan antusias dan rasa ingin tahu yang tinggi, tapi sesi pemberian materi fotografi tetap dapat membuat saya menguap. Mungkin karena workshop dimulai sejak pagi, jam 8 dan di hari libur.
Di sesi materi fotografi ini para peserta belajar tentang semua istilah yang digunakan untuk setting kamera dan posisinya di kamera yang kita pegang saat itu. Saya mulai mengenal apa itu diagframa, asa, speed, dan lain sebagainya. Sebelumnya sudah sering denger sih tapi belajar ‘menyingkronkan’ satu dengan lainnya baru di workshop ini. Untung saja sesi pemberian materi tidak berlangsung lama, karena langsung mulai di sesi workshop pemotretan indoor dan studio.
Ada beberapa pembelajaran penting dalam sesi pemotretan indoor atau studio kali ini, yakni:
-
Untuk mendapatkan hasil foto studio yang baik itu tidak boleh malas. Untuk memotret sepotong kue dan minum saja, Darwis mencontohkan bagaimana mendapatkan komposisi yang baik dengan pemilihan piranti makan yang sesuai. Piranti makan menyumbang poin besar atas bagus tidaknya foto makanan dan minuman.
-
Jangan ragu untuk memutar dan merubah komposisi obyek foto untuk mendapatkan angle terbaik. Menurut Darwis, untuk mendapatkan angle yang baik, terkadang fotografer harus mencoba puluhan bahkan ratusan angle.
-
Lighting dan pencahayaan yang baik. Nah saat workshop ini Darwis didampingi banyak asisten yang siap mengatur posisi lampu dan peralatan studio yang digunakan. Untuk mengatur lighting yang tepat tidak termasuk dalam workshop ini, jadi saya cukup memanfaatkan saja semua penataan lighting yang dipasang di sini.
-
Keuntungan memotret studio atau indoor dengan obyek yang diam dan tidak bergerak yakni kita dapat mengatur setiap stel-an di kamera dengan leluasa.
Setelah makan siang dan sholat Dzuhur, workshop dilanjutkan dengan memotret model atau outdoor. Di sesi ini sepertinya saya harus kibarkan bendera putih tanda menyerah. Sebagai seorang newbie, memotret obyek yang bergerak dengan berpuluh-puluh fotografer di satu obyek yang sama itu tidak mudah. Kita dituntut cekatan dan sudah tahu akan menggunakan pengaturan bagaimana di kamera. Untuk saya yang masih mereka-reka pengaturan kamera, banyak momen yang terlewatkan. Wew! Karena lelah dan sedikit menyerah, akhirnya kamera saya stel ke auto. Problem solved!
Nah berikut beberapa poin yang saya garis bawahi saat memotret obyek bergerak dan outdoor.
-
Untuk pemotretan model yang bergerak diperlukan kepiawaian khusus dalam menguasai kamera. Apalagi bila obyek yang kita potret bukan teman dan saudara yang bisa bersabar ‘pose’ hingga kita mendapatkan angle dan komposisi yang baik. Atau jangan sampai seperti saya yang berujung dengan pengaturan auto.
-
Jeli dalam melihat situasi sehingga tahu di mana akan berdiri untuk mendapatkan angle yang baik di antara fotografer lainnya yang berlomba-lomba mendapatkan hasil terbaik.
-
Dapat menemukan angle terbaik dari model sehingga didapati foto yang baik dan maksimal. Untuk satu hal ini saya sempat ‘nyotek’ fotografer lain di dekat saya.