NININMENULIS.COM – Salah satu kain ikat yang paling terkenal di Indonesia dan juga di dunia adalah ikat Sumba, khususnya Hinggi. Kain ikat persegi panjang ini digunakan kaum pria Sumba sebagai penutup pundak dan diikat di pinggul menjurai hingga lutut. Kain Hinggi juga digunakan sebagai hadiah dan ditukarkan kepada anggota keluarga atau kelompok sosial lain di Sumba. Misalnya, kain ikat Hinggi yang diberikan oleh keluarga wanita untuk ditukarkan dengan hadiah seperti emas, perak, senjata dan kuda dari keluarga mempelai pria. Pertukaran ini melambangkan adanya hubungan antara kedua keluarga.
Biasanya Hinggi berukuran 1,5 meter yang terdiri dari dua bagian dengan sambungan di tengahnya. Kain Hinggi yang lebih dari 2 meter, hanya dipakai sebagai penutup jenazah. Tenun ikat Hinggi yang indah dan bagus, biasanya diturunkan oleh kaum bangsawan yang disebut maramba. Ikat Hinggi umumnya didominasi Merah tua atau kombu yang dihasilkan dari tanaman mengkudu (morinda). Sebab itu banyak Hinggi dinamakan Hinggi kombu. Hinggi dibagi tujuh bagian.
Motif tengah disebut padua, pataduku atau paduku yang berarti bagian tengah. Bagian ini melambangkan motif geometris (patola) atau hak milik anggota keluarga tertentu. Bagian tengah ini diapit bagian lain yang disebut telabadita, diapit lagi oleh hai atau tao (badan), diapit lagi oleh telabawawa. Untuk Hinggi yang berkualitas tinggi, semua diakhiri dengan batas pengikat yang disebut kabakil, ulamata atau ramata ( prince ). Hanya kain Hinggi yang memakai kabakil dan tamata yang digunakan dalam upacara-upacara, sedangkan yang tidak adalah hinggi yang dipakai sehari-hari.
Kain ikat Hinggi sangat disukai orang asing. Mungkin dikarenakan motifnya yang gagah dan spektakuler, sehingga cocok untuk menghiasi dinding karena ukurannya yang lebar. Kain Hinggi juga banyak digunakan sebagai selimut, penutup tempat tidur, taplak meja, upholstery atau selimut pada sofa. Kain Hinggi cocok untuk semua musim sehingga banyak digunakan olah desainer interior. Di Perancis ada istilah yang disebut gaya Rothschild yang sempat tren saat itu.
Bangsawan Rothschild adalah keluarga bangsawan yang bergerak dalam produksi wine yang sangat terkenal. Dan mereka selalu menyertakan kain ikat Hinggi dalam penataan interior mereka yang umumnya berwarna merah dan emas. Kain ikat Hinggi sangat cocok dan serasi karena memberi kesan gagah, hangat, eksotik dan dramatis untuk dilihat. Hampir semua museum tekstil di dunia memiliki koleksi kain ikat Hinggi Sumba. Membuat kita boleh berbangga dan patut melestarikan keberadaannnya.
Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast
View all posts by Ninin Rahayu Sari