Baju Tunik dari Masa ke Masa

Baju Tunik

NININMENULIS.COM – Siapa yang sudah mempersiapkan baju baru untuk lebaran nanti? Mungkin baju tunik dapat menjadi rekomendasi pilihan busana di hari nan fitri tersebut. Baju tunik memiliki desain yang sangat fleksibel, desainnya yang sopan dan tertutup dapat digunakan di momen agamais, momen yang formal seperti tempat kerja, atau juga dapat di momen santai seperti berkumpul keluarga.

Baju tunik merupakan salah satu dari jenis modest fashion di mana desainnya yang sopan tidak hanya ditujukan untuk masyarakat muslim saja, namun siapapun dapat menggunakannya. Ini sebenarnya sesuai dengan sejarah dari baju tunik itu sendiri. Dan di BPN Ramadhan Blog Challenge hari-12 saya akan menuliskan sedikit akan sejarah baju tunik.

Sejarah Baju Tunik

Meskipun banyak digunakan oleh kaum muslim, ternyata baju tunik bukan berasal dari negara Timur Tengah loh. Baju tunik berasal dari Romawi bahkan jauh sebelum bangsa Yunani masuk ke Romawi. Pada saat itu kaum pria di Romawi mengenakan lembaran wol yang besar sebagai pakaian untuk menutupi tubuh mereka. Baru setelah Yunani menguasai kekaisaran Romawi, lembaran kain wol tersebut berubah menjadi sebuah tunik. Bangsa Romawi menyebut pakaian mereka dengan ‘tunica’ atau biasa disebut tunic atau tunik yang berarti jubah.

Baju tunik merupakan pakaian dengan ukuran yang lebih longgar dari model pakaian seperti biasanya sehingga mampu menutupi dada, bahu dan punggung. Pakaian ini memiliki potongan yang sangat sederhana.

Pada awalnya, tunik merupakan pakaian tanpa lengan yang disebut colobium. Karena dianggap terlalu feminim, model tunik kemudian mulai dikembangkan oleh desainer kedalam bentuk pakaian berlengan panjang atau tunik yang panjangnya hingga pergelangan kaki. Dalam kesempatan resmi bangsa Yunani dan Romawi memakai tunik yang bagian pinggangnya diikat dengan tali atau girdle. Bila sedang berada di rumah, tunik dipakai sebagai baju longgar tanpa ikat pinggang.

Berikut perjalanan baju tunik dari mulai 1300-an hingga jaman sekarang.

  • Baju tunik di 1300-an

    Di 1300-an pada masa kekaisaran Romawi, tunik dipakai oleh siapa saja, seperti: pria muda, prajurit, budak, petani, sampai kaum bangsawan. Pria muda dan prajurit mengenakan tunik berwarna putih yang panjangnya hanya sampai lutut. Laki-laki berumur, bangsawan, dan hakim mengenakan tunik hingga sampai di pergelangan kaki.

    Rakyat biasa mengenakan tunik yang dibuat dari kain wol berwarna putih dihiasi pinggiran merah. Tidak ada seorang pun dari kalangan rakyat biasa yang diizinkan mengenakan tunik berwarna ungu, karena warna ungu merupakan warna untuk kaisar.

  • Baju tunik di 1900-an

    Di tahun 1900-an bentuk dasar tunik kembali populer di dunia mode. Paul Poiret (1879-1944), seorang perancang busana dari Perancis mengambil inspirasi rancangannya dari tunik bergaya oriental. Koleksinya yang paling menonjol adalah celana harem baggy yang dikenakan di balik tunik kap lampu (lampshade tunic).

    Dinamakan demikian karena bagian bawahnya dipasangi kawat yang melingkar mengelilingi tubuh menyerupai kap lampu. Rancangan Poiret menarik perhatian karena menggunakan kain-kain eksotis yang mahal seperti sutra, brokat, dan beludru.

  • Baju tunik di 1960-an

    Tunik rok mini (mini-skirted tunic) menjadi mode paling top sepanjang periode 1960-an. Tunik ini biasanya dipadukan dengan blus atau sweater pas badan yang terbuat dari rajutan halus (skinny rib). Terbuat dari kain sintetis terbaru pada saat itu, seperti crimplene dan nilon, tunik rok mini memiliki garis-garis yang tegas dan kaku.

  • Baju tunik di 2000-an

    Pada zaman modern ini, tunik selain dibuat longgar juga kebanyakan dibuat lebih panjang bukan hanya sampai di pinggul, paha, bahkan sampai di lutut dan dikenakan oleh para wanita dalam kesempatan santai. Di Indonesia sekarang ini tunik lebih banyak diproduksi sebagai model busana muslim, karena ukurannya yang longgar. Banyak sekali para pengusaha atau pengrajin yang memproduksi pakaian muslim, seperti tunik dengan membuat variasi baru yang lebih mengikuti perkembangan jaman.

BAJU TUNI HANATAJIMA

Jenis Kain yang Dijadikan Baju Tunik

Tidak semua jenis kain bisa dijadikan baju tunik. Untuk penggunaan baju tunik yang nyaman dikenakan sangat tergantung jenis kain yang digunakan. Setidaknya ada 6 jenis kain yang bisa dijadikan baju tunik.

  • Kain Wolfis

    Bagi penyuka baju tunik berkain tebal, bisa memilih jenis kain wolfis. Meski tebal, bahan kain wolfis tetap nyaman dipakai dan adem. Warna kain wolfis didominasi warna-warna netral.

  • Kain Katun

    Jenis kain katun sangat mudah ditemukan dan cocok dijadikan baju tunik, karena nyaman dipakai dan mampu meyerap keringat dengan baik. Warna kain katun juga dinilai awet.

  • Kain Supernova

    Kain supernova merupakan jenis perpaduan antara katun dengan polyester. Bahan supernova juga adem dipakai dan tidak mudah timbul bulu, sehingga lebih awet dan terlihat mengesankan.

  • Kain Sifon dan Cerutti

    Kedua jenis kain ini juga bisa dijadikan baju tunik. Meski memiliki sifat yang sama, tapi jenis kain cerutti cenderung lebih lembut dan mudah dibentuk jika dibandingkan dengan kain sifon. Kain sifon memiliki tekstur yang lebih licin. Jenis kain ini tipis, sebaiknya tambahkan lapisan furing di dalamnya atau bisa juga menggunakan manset ketika memakainya.

  • Kain Maxmara

    Kain maxmara memiliki banyak motif yang unik dan menarik, serta memiliki tekstur yang halus dan lembut, sehingga menjadi salah satu kain yang banyak diminati para wanita dengan berbagai rentang usia. Baju tunik yang dibuat dari kain maxmara akan jatuh ketika dikenakan. Teksturnya yang mengkilat akan cocok dikenakan untuk acara formal maupun non formal.

  • Kain Kaos

    Bahan kaos paling populer, karena memiliki sifat yang nyaman dan adem ketika dipakai. Kaos juga cocok dibuat baju tunik dan menjadi pakaian andalan sehari-hari.

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

Leave a Reply