NININMENULIS.COM – Kedua wanita berhijab itu duduk di ujung meja yang paling dekat dengan pintu masuk. Wajah keduanya terlihat sehat, ramah dan cantik ditutupi hijab model terbaru. Saat memasuki ruangan, saya mengira kedua wanita itu bagian dari karyawan rumah sakit yang tengah saya kunjungi, hingga saat perkenalan tiba, barulah saya tahu kedua wanita yang masing-masing bernama Ibu Aida dan Ibu Ati adalah dua dari survivor kanker yang pernah mendapatkan perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat.
“Kanker merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang saat ini menduduki peringkat ke-2 terbesar dalam pembiayaan pemerintah untuk pengobatan. Untuk itu dibutuhkan peran pemerintah untuk memutus rantai rujukan bersyarat bagi penderita kanker untuk mendapatkan pengobatan sedini mungkin, sehingga kanker dapat disembuhkan,” tegas Prof. Dr. H. Abdul Kadir, Direktur Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Contents
Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM
Kunjungan saya dan ke-44 blogger dari Blogger Crony Community (BCC) yang dibagi ke dalam 5 rumah sakit di Jakarta, RS Jantung Harapan Kita, RSCM, RS Kanker Dharmais, RS Pusat Otak Nasional, dan RS Persahabatan merupakan bagian dari rangkaian Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2019 yang jatuh pada 31 Mei lalu.
Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM ini diselenggarakan oleh Direktorat Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) dan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI. Workshop ini diadakan selama 2 hari pada Selasa-Rabu (18-19 Juni 2019) lalu. Dari 2 hari workshop inilah saya mengetahui lebih dalam tentang penyakit-penyakit yang termasuk dalam PTM termasuk faktor pemicu dan cara menghindarinya.
Apa Itu PTM?
Ada yang sudah tahu apa itu PTM? Penyakit Tidak Menular atau PTM adalah penyakit yang bukan disebabkan bakteri, kuman, ataupun virus. PTM merupakan penyakit yang bersifat kronis dan degeneratif. Penyakit PTM meliputi: hipertensi atau darah tinggi, penyakit jantung, stroke, diabetes melitus (DM) atau kencing manis, kanker, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan lain sebagainya.
Menurut data WHO, 2018 seperti yang diungkapkan dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, Direktur P2PTM saat membuka workshop yang diadakan di Hotel Royal Kuningan, Setiabudi Jakarta Selatan, sebanyak 36 juta jiwa meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit tidak menular (PTM). Jumlah tersebut meliputi 35% dikarenakan penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh kanker, 6% disebabkan pernafasan kronis, 6% disebabkan diabetes, dan 15% sisanya dikarenakan PTM lainnya.
Tingginya angka kematian dan penderita PTM ini sejalan dengan meningkatnya faktor resiko yang menjadi salah satu penyebab PTM. Faktor resiko PTM di antaranya meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan mer*k*k serta alkohol.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk meminimalisir semua faktor resiko tersebut?
Pencegahan dan Pengendalian PTM
Di hari pertama Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM saya dan ke-44 blogger dari BCC beruntung mendapatkan banyak pengetahuan, bagaimana mencegah PTM langsung dari para ahli yang kompeten dalam pengendalian PTM.
Pada sesi pertama, dr. Theresia Sandra Diah Ratih MHA mengupas mengenai Kebijakan dan Strategi Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM).
“Masalah gaya hidup seperti malas bergerak, kurang olahraga, diet tidak seimbang seperti tinggi gula, garam, dan lemak juga rendah serat buah dan sayur, mer*k*k, minum alkohol, dan stres tinggi menjadi faktor resiko merebaknya PTM,” ujar dr. Theresia Sandra Diah Ratih MHA.
Tidak hanya itu saja, faktor resiko PTM juga dapat dipicu dari permasalahan gizi mulai sejak usia anak-anak. Gizi kurang atau buruk pada anak atau balita memang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, namun bila kegemukan atau obesitas pada anak-anak justru sangat berisiko PTM di kemudian hari. Jadi jangan pernah kamu berpikir PTM merupakan penyakit untuk orang tua atau proses degeneratif saja, karena menurut dr. Theresia, penderita PTM sudah banyak ditemukan di usia remaja atau usia muda..
Untuk mengurangi semakin bertambahnya jumlah penderita PTM, pemerintah melalui Kemenkes RI melakukan beberapa tindakan pengendalian PTM melalui program-program:
-
CERDIK yang meliputi, Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap r*k*k, Rajin aktivitas Fisik, Diet seimbang, Istirahat Cukup, dan Kelola stres. Program CERDIK ini disosialisasikan melalui kegiatan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM di sekolah, tempat kerja, jemaah haji, PO bus, dan kampung nelayan.
-
Pelayanan terpadu (PANDU) PTM di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
-
Kawasan tanpa r*k*k (KTR). Menciptakan KTR ini memang tidak mudah, dan ini juga diakui oleh Bagja Hidayat, pembicara ketiga yang mengupas minimnya komunikasi yang efektif untuk menanggulangi masalah tembakau. Faktor penyampaian kampanye anti mer*k*k dianggap Bagja masih kurang mengena sehingga jumlah per*k*k di Indonesia masih tinggi.
-
Pembatasan konsumsi gula, garam, lemak (GGL) dengan mengharuskan produsen makanan dan minuman cepat saji mencantumkan informasi kandungan GGL dan pesan kesehatan.
-
Upaya berhenti mer*k*k (UBM) ini dimulai dari mengadakan konseling di sekolah-sekolah hingga ke semua fasilitas kesehatan. Buat kamu-kamu para per*k*k yang berkeinginan berhenti mer*k*k namun sulit, tetapi malu untuk datang konseling, pemerintah menyediakan hotline khusus di QUIT LINE UBM 0-800-177-6565.
-
IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) untuk mencegak kanker serviks dan SADANIS (periksa payudara secara klinis)
-
Meningkatkan kualitas petugas surveilans FR PTM. Bagi kamu yang ingin tahu lebih banyak tentang PTM simak Website, Instagram, dan twitter-nya P2PTM.
Jika pemerintah saja sudah sebegitu seriusnya dalam hal pencegahan dan pengendalian PTM, lalu apa upaya kita sebagai masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan PTM? Untuk itulah pemerintah mencanangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
GERMAS merupakan tindakan sistematik yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.
GERMAS dapat dilakukan dengan cara: melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak mer*k*k, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Pada tahap awal sekarang, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, mengonsumsi buah dan sayur; dan memeriksakan kesehatan secara rutin.
Kalau aktivitas fisik minimal 60 menit sehari sih saya sudah melakukannya (dan semoga terus dapat melakukannya) dengan aktif menjadi member gym dan rutin yoga, RPM, dan body pump setiap minggunya. Kalau mengkonsumsi makanan dengan porsi seimbang termasuk buah dan sayur? Nah itu baru masalah. Jujur, banyaknya mitos tentang diet dan pola makan seimbang yang beredar saat ini sering membuat saya bingung, diet yang mana sesungguhnya yang paling dianjurkan?
Diet Seimbang untuk Mengendalikan PTM
Alhamdulillah, dihadirkan juga dr. Rita Ramayulis DCN M.Kes di Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM yang keberadaannya seperti ‘menampar’ kami termasuk saya yang belum sepenuhnya hidup sehat apalagi berupaya mengendalikan PTM.
“Tubuh sudah punya rezeki makanan yang telah diatur oleh sang pencipta. Ketika kita makan tanpa aturan dan ternyata jumlahnya telah melebihi dari rezeki yang telah ditentukan, maka akan hadirlah suatu keadaan yang membuat kita tidak bisa lagi mengonsumsi makanan tersebut,” kata dr. Rita Ramayulis.
Sedangkan makanan yang diatur bagi tubuh kita yakni banyak mengandung buah dan sayur dan bila kurang mengonsumsi keduanya tubuh akan mengalami beberapa gangguan seperti: mengalami gangguan metabolisme dalam tubuh, resiko peningkatan kolesterol, meningkatnya kadar gula darah sebagai pencetus diabetes melitus, obesitas, tubuh mengalami stres oksidatif, organ pencernaan menjadi tidak maksimal, dan turunnya imunitas tubuh.
Untuk itulah dr. Rita Ramayulis menyusun tabel porsi makan sehari yang dianjurkan untuk semua usia. Jadi mudah bagi saya untuk mulai mengatur jumlah asupan makanan setiap harinya mulai sekarang.
Keterangan:
1 porsi nasi 100 gram/ ¾ gelas, 1 porsi sayuran 100 gram/ 1 gelas, 1 porsi buah pisang 50 gram/ 1 buah ukuran sedang, 1 porsi tempe 50 gram/ 2 potong sedang, 1 porsi dagong 35 gram/ 1 potong sedang, 1 porsi ikan segar 45 gram/ 1/3 ekor, 1 porsi susu 200 gram/ 1 gelas, 1 porsi minyak 5 gram/ 1 sdt, 1 porsi gula 131 gram/ 1 sdm.
Namun untung tidak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Bila keluarga, kerabat atau bahkan kita terindikasi atau terkena PTM apakah lantas dunia kita runtuh?
Deteksi Dini Kanker
“Yang terpenting kita harus tetap optimis. Apapun pengobatan dan efek samping dari pengobatan, kita harus tetap semangat, jangan menyerah. Saya merasakan sendiri bagaimana harus merubah pola pikir saat melihat makanan agar tetap dapat mengonsumsinya setelah melakukan kemoterapi,” cerita Ibu Ati seorang survivor kanker payudara bagaimana ia menjalani semua pengobatan kanker di RS Kanker Dharmais kepada kami para blogger yang datang berkunjung di hari kedua Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM.
Untuk kamu ketahui, kanker payudara seperti yang diidap Ibu Ati merupakan salah satu kanker yang paling banyak diidap oleh wanita. Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara tidak termasuk kulit payudara. Kanker payudara biasanya ditandai dengan adanya benjolan pada payudara, keluar cairan yang tidak normal, perubahan bentuk payudara, kulit payudara mengeras, puting susu tertarik ke dalam, dan luka pada payudara yang tidak kunjung sembuh.
“Faktor resiko kanker payudara bermacam-macam, seperti mendapat haid pertama pada umur kurang dari 12 tahun, di antara keluarga ada yang menderita kanker, penggunaan terapi hormonal, dan masih banyak lagi,” ujar dr. Denni Joko Purwanto Sp.B(K)Onk MM, Ketua SMF Bedah Onkologi saat menjelaskan kepada kami bagaimana kanker telah menjadi salah satu PTM yang berbahaya dan wajib ditanggulangi sejak dini.
Dr. Denni Joko juga menyarankan untuk melakukan deteksi dini tahap awal sebagai pemeriksaan rutin yang harus dilakukan agar terhindar dari kanker payudara, apa saja sih yang harus dilakukan untuk deteksi dini ini?
-
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
Ini merupakan cara untuk mencari tahu apakah ada kelainan pada payudara yang dilakukan sendiri setiap bulannya. Bagi wanita yang masih haid, pemeriksaan dilakukan setelah selesa haid, bila sudah menopause, lakukan setiap bulan ditanggal tertentu setiap bulannya. Jika ditemukan kelainan dan perubahan dibanding keadaan pada bulan sebelumnya maka lekas periksakan diri ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
-
Pemeriksaan payudara oleh dokter atau tenaga medis (SADANIS)
RS Kanker Dharmais memiliki khusus Instalasi Deteksi Dini kanker dan PKRS yang beroperasi setiap hari dalam seminggu mulai jam 8 pagi hingga 2 siang untuk melayani pasien pribadi yang ingin mendeteksi kanker sejak dini dengan paket yang sangat terjangkau. Selain itu juga tersedia pelayanan deteksi dini kanker secara mobile untuk wanita yang takut dan tidak sempat berkunjung ke RS Kanker Dharmais. Untuk pemeriksaan deteksi dini kanker ini, RS Kanker Dharmais bekerjasama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI).
-
Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan radiologi dengan menggunakan Sinar-X untuk memeriksa payudara. Alat ini akan mengambil gambaran dari arah samping dan atas untuk masing-masing payudara. Adanya gambaran mikroklasifikasi merupakan tanda dini adanya kanker kanker. Mammografi ini dilakukan untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun. Salah satu pemeriksaan mammografi secara gratis dapat dilakukan di mobil mammografi milik Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI).
YKPI yang didirikan pada 19 Agustus 2003 merupakan mitra pemerintah untuk penyuluhan dan penanggulangan kanker payudara di wilayah Jabodetabek. Tidak hanya menyediakan mobil mammografi, YKPI juga menyediakan rumah singgah dengan tarif sangat terjangkau yang posisinya tidak jauh dari RS Kanker Dharmais untuk pasien setelah melakukan kemoterapi.
Mobil Mammografi ini lokasinya berpindah-pindah untuk melayani wanita untuk menanggulangi kanker payudara sejak dini. Dan rencananya di Hari Kesehatan Nasional pada 12 November 2019 nanti, mobil mammografi dapat dijumpai di ICE BSD untuk pemeriksaan kanker payudara gratis.
Alat-alatnya sudah canggih ya di RS Dharmais untuk periksa kanker payudara. Kaum cewek harus pinter nih SADARI supaya deteksi dini.
Bener kaka nurul…. Tp tetep deg2an y untuk SADARI ?