GERMAS, Solusi Cegah dan Kendalikan Faktor Resiko PTM

peace of mine festival

NININMENULIS.COM – Saya adalah salah seorang yang memiliki faktor resiko PTM. Mengapa saya katakan demikian? 10 tahun lalu berat badan saya dapat dikatakan obesitas dengan berat badan 89 kg dan tinggi 165 cm. Gaya hidup yang saya jalani pun jauh dari kata sehat. Tidak pernah terlintas di pikiran akan memasukan olahraga ke dalam aktivitas sehari-hari. Belum lagi pola makan dan minum yang selalu bersinggungan dengan gula, garam, dan tinggi lemak. Minuman bersoda dan berbagai merek kopi sachet seakan menjadi pengganti air putih setiap harinya. Untuk makanan pun saya selalu akrab dengan makanan cepat saji dan makanan instan.

Meskipun berat badan terus bertambah dan saya semakin sulit menemukan size baju yang sesuai, tetapi hal ini tidak membuat saya terganggu. Saya masih dapat berkata, “biarin saja gendut yang penting sehat!” Apa saya sesungguhnya benar-benar sehat?

10yearschallenge

Saya saat 10 tahun lalu (kiri) dan saya saat ini (kanan)

 

Untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak. Ayah saya meninggal diakibatkan penyakit pernafasan yang telah lama diidapnya. Penyakit ini disebabkan karena beliau seorang per*k*k aktif sejak muda – itulah yang membuat saya tidak pernah penyentuh r*k*k apalagi alkohol. Masih terbayang di ingatan, bagaimana saat kecil saya menyaksikan ayah saya muntah darah dan harus dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Dan penyakit itu seperti kontrak seumur hidup dengannya. Selama hidupnya, ayah saya tidak bisa lepas dari berbagai macam jenis obat-obatan dan tidak bisa jauh dari rumah sakit hingga di saat terakhirnya.

Rupanya Allah tidak berhenti di situ menguji saya, seminggu setelah ayah meninggal Ibu saya terkena stroke. Kolesterol, asam urat, pengentalan, dan tekanan darahnya semua menunjukan angka di atas ambang batas. Meskipun saat ini Ibu saya dapat beraktivitas normal namun kemampuan bicaranya tidak selancar dulu. Beliau pun masih rajin mengkonsumsi obat-obatan dan check up ke dokter hingga detik ini untuk menghindari stroke berulang.

Sekarang, sekali lagi saya bertanya dengan latar belakang orang tua dan kondisi serta gaya hidup saya seperti itu, apakah saya benar-benar sehat?

Kita tidak bisa memilih di mana dan bagaimana kita dilahirkan. Tetapi bagaimana kondisi kita selanjutnya itu adalah suatu pilihan – sehat atau sakit. Begitu Allah memberikan pelajaran hidup dari semua kejadian yang saya alami. Saya bisa saja memilih cuek karena PTM belum menyerah tetapi berusaha mengendalikan faktor resikonya agar PTM tidak menyerang itu menjadi pilihan yang saya ambil.

Bagi kamu yang baru pertama kali mendengar kata PTM, yuk mulai sekarang deteksi diri sendiri untuk mencegah faktor resiko PTM dengan mengenal lebih jauh apa itu PTM.

Apa itu PTM

PTM atau Penyakit Tidak Menular adalah penyakit yang bukan disebabkan bakteri, kuman, ataupun virus. PTM merupakan penyakit yang bersifat kronis dan degeneratif. Penyakit PTM meliputi: hipertensi atau darah tinggi, penyakit jantung, stroke, diabetes melitus (DM) atau kencing manis, kanker, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan lain sebagainya.

GERMAS

faktor penyebab PTM

Menurut data WHO, 2018 seperti yang diungkapkan dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, Direktur P2PTM saat membuka Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM yang diadakan di Hotel Royal Kuningan, Setiabudi Jakarta Selatan, sebanyak 36 juta jiwa meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit tidak menular (PTM). Jumlah tersebut meliputi 35% dikarenakan penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh kanker, 6% disebabkan pernafasan kronis, 6% disebabkan diabetes, dan 15% sisanya dikarenakan PTM lainnya.

Tingginya angka kematian dan penderita PTM ini sejalan dengan meningkatnya faktor resiko yang menjadi salah satu penyebab PTM. Faktor resiko PTM di antaranya meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan mer*k*k serta alkohol.

Kalau kamu masih merasa muda dan tidak akan terkena PTM, please jauhkan itu dari pikiran karena saat ini banyak dijumpai penderita PTM justru di usia remaja atau usia muda.

cerdik

CERDIK salah satu program pemerintah dalam mengendalikan faktor resiko PTM

Untuk menanggulangi semakin meningkatnya penderita PTM, pemerintah lewat Dinas P2PTM Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tidak tinggal diam. Menurut yang diungkapkan dr. Theresia Sandra Diah Ratih MHA beberapa cara langkah telah dilakukan pemerintah antara lain:

  • Program CERDIK yang meliputi, Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap r*k*k, Rajin aktivitas Fisik, Diet seimbang, Istirahat Cukup, dan Kelola stres. Program CERDIK ini disosialisasikan melalui kegiatan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM di sekolah, tempat kerja, jemaah haji, PO bus, dan kampung nelayan.

  • Pelayanan terpadu (PANDU) PTM di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

  • Kawasan tanpa r*k*k (KTR). Menciptakan KTR ini memang tidak mudah, dan ini juga diakui oleh Bagja Hidayat, pembicara ketiga di Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM yang mengupas minimnya komunikasi yang efektif untuk menanggulangi masalah tembakau. Faktor penyampaian kampanye anti mer*k*k dianggap Bagja masih kurang mengena sehingga jumlah per*k*k di Indonesia masih tinggi.

  • Pembatasan konsumsi gula, garam, lemak (GGL) dengan mengharuskan produsen makanan dan minuman cepat saji mencantumkan informasi kandungan GGL dan pesan kesehatan.

  • Upaya berhenti mer*k*k (UBM) ini dimulai dari mengadakan konseling di sekolah-sekolah hingga ke semua fasilitas kesehatan. Buat kamu-kamu para per*k*k yang berkeinginan berhenti mer*k*k namun sulit, tetapi malu untuk datang konseling, pemerintah menyediakan hotline khusus di QUIT LINE UBM 0-800-177-6565.

  • IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) untuk mencegak kanker serviks dan SADANIS (periksa payudara secara klinis)

  • Meningkatkan kualitas petugas surveilans FR PTM

Jika pemerintah saja sudah sebegitu seriusnya dalam hal pencegahan dan pengendalian PTM, lalu apa upaya kita sebagai masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan PTM? Untuk itulah pemerintah mencanangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

Kebijakan dan strategi P2PTM Blogger 2019

GERMAS, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat merupakan tindakan sistematik yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.

GERMAS dapat dilakukan dengan cara: melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak mer*k*k, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Pada tahap awal sekarang, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, mengonsumsi buah dan sayur, dan memeriksakan kesehatan secara rutin.

GERMAS yang Saya Lakukan Saat Ini

GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang dicanangkan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI ini tidak akan ada gunakanya bila sebagai masyarakat kita tidak turut perduli akan kesehatan sendiri. GERMAS ini tidak hanya diperuntukan bagi orang yang memiliki faktor resiko tinggi terhadap PTM seperti saya saja, namun kamu-kamu yang saat ini belum memiliki faktor resiko yang besar sebaiknya mulai turut mengendalikan faktor resiko PTM. Bukankah sedia payung sebelum hujan itu lebih baik daripada basah kuyup?

Kalau kamu masih bingung memulai GERMAS dari mana, mungkin cara yang saya lakukan ini dapat memberikan sedikit informasi bahwa melakukan GERMAS itu mudah, asalkan kita memiliki niat yang besar untuk menjadi sosok yang sehat.

  • Melakukan aktivitas fisik

    Rajin melakukan aktivitas fisik ini sudah saya jalani lebih dari 5 tahun lamanya dengan menjadi member gym di salah satu pusat kebugaran di kawasan Kuningan Jakarta Selatan. Niat awalnya untuk menguruskan bobot obesitas namun akhirnya saya lebih mementingkan keuntungan menjadi sehat daripada fisik semata (tapi pada saat berat badan turun, saya tetap merasa senang sih).

    Dengan alasan kesehatan dan menyesuaikan kemampuan tubuh, saya memilih menekuni olahraga yang saya gemari hingga saat ini. Sebelumnya saya mencoba semua jenis olahraga hingga akhirnya lebih memilih konsisten di yoga, RPM, dan Body Pump. Karena merasa senang dan suka melakukan olahraga tersebut paling minimal saya melakukannya 3-4 kali seminggu dengan masing-masing durasi olahraga 1-1,5 jam setiap harinya.

    Foto bersama saat Pink Ribbon Day

    Yoga bersama dalam rangka Pink Ribbon Day

    Kalau kamu merasakan berat dan sakit-sakit badannya di awal olahraga, jangan khawatir, asal dilakukan sesuai dengan arahan yang benar semua orang yang berolahraga di awal pasti merasakan hal yang sama. Masa-masa di pembentukan otot dari yang lemah menjadi kuat.

  • Mengonsumsi buah dan sayur

    Beruntung saya termasuk orang yang menyukai buah dan sayur sehingga tidak sulit saya untuk rutin mengkonsumsi buah dan sayur. Kapan biasanya saya mengkonsumsi buah dan sayur? Untuk buah biasanya saya makan rutin di pagi hari minimal 3 jenis buah (kalau lagi bokek kadang cukup satu jenis buah). Untuk mengkonsumsi sayur biasanya saya letakkan bersama saat makan besar dengan mengurangi atau meniadakan protein. Bagi kamu yang tidak doyan buah dan sayur, cobalah tip dari teman saya yang mencoba sedikit demi sedikit makan buah dimulai dari buah yang ‘paling memungkinkan’ untuk dia terima dan konsumsi. Biasanya jenis-jenis buah yang tidak memiliki aroma yang tajam seperti kiwi dan anggur.

    Saat ini pasti kamu sama dengan saya yang bingung dengan banyaknya informasi diet dan aturan makan yang ada di masyarakat. Aturan makan yang baik untuk kesehatan itu bagaimana sih? Tenang saja dr. Rita Ramayulis DCN M.Kes saat Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM menyusun tabel porsi makan sehari yang dianjurkan untuk semua usia. Jadi mudah bagi saya untuk mulai mengatur jumlah asupan makanan setiap harinya mulai sekarang. Ini tabelnya yang bisa kamu contek juga.

    cegahptm

    Anjuran pembagian makan sehari untuk semua usia

    Keterangan: 1 porsi nasi 100 gram/ ¾ gelas, 1 porsi sayuran 100 gram/ 1 gelas, 1 porsi buah pisang 50 gram/ 1 buah ukuran sedang, 1 porsi tempe 50 gram/ 2 potong sedang, 1 porsi dagong 35 gram/ 1 potong sedang, 1 porsi ikan segar 45 gram/ 1/3 ekor, 1 porsi susu 200 gram/ 1 gelas, 1 porsi minyak 5 gram/ 1 sdt, 1 porsi gula 131 gram/ 1 sdm.

  • Memeriksakan kesehatan secara rutin

    Pengalaman dari kejadian saat Ibu saya terserang stroke karena kadar kolesterol, asam urat, pengentalan, dan tensi darah yang tinggi, saya pun mulai rajin memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter. Hal yang paling minimal saya lakukan yakni donor darah secara rutin setiap 3 bulan di salah satu health care di Jakarta. Dengan mendonorkan darah di tempat ini saya mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis mulai dari cek gula darah, kolesterol, dan lain sebagainya.

    Oiya untuk informasi, dengan rajin menyumbangkan darah secara rutin kita juga dapat menurunkan risiko kanker termasuk kanker yang terkait dengan tingkat zat besi yang tinggi, termasuk kanker hati, usus besar, paru-paru, kerongkongan, perut, dan lain sebagainya. Apa nggak enak banget tuh.

Ketiga langkah GERMAS tersebut, alhamdulilah masih rutin saya lakukan hingga hari ini untuk cegah dan kendalikan faktor resiko PTM, semoga akan terus konsisten untuk menjadi sosok yang sehat dan terhindari dari PTM. Jika saya sudah memulai, lalu kamu kapan?

Kesehatan itu kebutuhan, sehat itu bukan tujuan tetapi syarat, masyarakat yang sehat adalah cerminan bangsa yang kuat

-Ade Rai-

Ninin dan Ade Rai

Saya dan Ade Rai dalam suatu acara kesehatan

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

2 thoughts

Leave a Reply