NININMENULIS.COM – Di sekitar 1990-an semua pernah membaca buku Chicken Soup for The Soul. Saking terkenalnya buku ini memiliki berbagai versi bahkan beberapa diangkat ke layar kaca dengan judul yang sama. Lalu di 2000-an awal terbit buku La Tahzan (Jangan Bersedih) yang kehadirannya tidak kalah booming di kalangan pecinta buku self improvement. Serupa dengan Chicken Soup for The Soul, La Tahzan pun bahkan difilmkan dengan judul yang sama dan dibintangi para aktor terkenal seperti Ario Bayu, Joe Taslim, Prilly Latukonsina, dan Atikah Hasiholan. Dan kini di 2019, pembaca buku self improvement kembali mendapatkan bacaan bergizi dengan terbitnya buku berjudul Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat.
Selain sama-sama best seller, ketiga buku itu memiliki keunggulan dalam multi konten dan multi platform. “Dunia buku berbeda dengan media cetak yang tengah lesu. Buku hadir dalam berbagai multi platform dan tidak tergantung pemasukan iklan. Itu salah satu alasan mengapa buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat dapat best seller,” kata Indra Gunawan Masman, MBA, narasumber yang dihadirkan dalam acara bedah buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat pada Jumat (22/11) lalu di Gramedia Matraman, Jakarta Timur.
Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat merupakan buku terjemahan dengan judul asli The Subtle Art of Not Giving a F*ck. Buku yang masuk daftar best seller The New York Times dan Washington Post ini ditulis oleh Mark Manson ini mengajak kita untuk lebih cuek pada hal-hal yang kurang penting melalui tiga seni. Kunci dari seni pertama adalah masa bodoh terhadap segala halangan dan perjuangan dalam mencapai sesuatu yang kita inginkan. Seharusnya kita hadapi dan nikmati saja karena dalam mengejar suatu pencapaian, pasti ada saja rintangan yang muncul. Seni kedua, temukan hal-hal penting dan berarti untuk diprioritaskan sehingga kamu bisa lebih mudah untuk masa bodoh pada hal-hal sepele. Adapun seni ketiga mempertegas seni sebelumnya, yakni kita mulai dapat memilah mana yang lebih penting saat beranjak dewasa. Walaupun hal penting itu tampaknya sederhana, tetapi kita bisa tetap bahagia dengan kesederhanaan itu.
“Mark Manson mampu menyajikan motivasi dengan cara membalikkan pendapat umum para motivator melalui sikap anti-motivasi meski disampaikan dalam bentuk motivasi,” lanjut Indra Gunawan Masman, MBA saat bedah buku. Misalnya tentang kebahagiaan, saat buku motivator lain mendorong orang untuk mencarinya, Mark justru berkata tidak perlu. Menurutnya kebahagiaan sebenarnya sudah ada dalam diri manusia, sehingga seninya adalah bagaimana cara untuk menghidupkannya.
Menurut Mark, kebahagiaan itu bisa diraih dengan menyingkirkan rumus berpikir positif yang kerap dihadirkan dalam buku self improvement lain. Dalam buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, Mark beranggapan anjuran berpikir positif membuat orang justru terjebak pada suasana hati yang palsu. Sikap itu juga menuntun untuk meyakini bahwa cara terbaik meraih kebahagiaan adalah dengan menghindari hal-hal negatif. Padahal mustahil hidup dengan menghindarinya sama sekali. Hal-hal negatif justru mesti dihadapi sebagai sesuatu yang positif, karena berkat hal negatif seseorang bisa belajar menjadi lebih baik. Kembali ke cara menghidupkan sensor kebahagiaan di dalam diri, segala pengalaman hidup mesti kita telan terlebih dahulu.
Menghindari penderitaan adalah bentuk penderitaan itu sendiri. Menghindari perjuangan adalah perjuangan. Menolak kegagalan adalah kegagalan. Menyembunyikan yang memalukan itu sendiri merupakan bentuk rasa malu
-Mark Manson-
Menurut aku mark itu out of box lain daripada motivator biasa nya.dari segi judul juga menarik perhatikan apalagi isi bukunya. Bisa di bayangkan inilah yang menjadi best seller.
Keren y mpo… Dia bisa nulis dng apa ada nya, gk muluk2 tp related dng keadaan sekarang…
I do really agree with this article, Regards