NININMENULIS.COM – Indonesia negara yang sangat luas dan terbagi menjadi lebih dari 17 pulau besar maupun kecil yang dipisahkan oleh lautan. Itulah yang menyebabkan Indonesia memiliki banyak pantai. Terhitung lebih dari 300 pantai berada di seluruh Indonesia. Tidak hanya pantainya saja, Indonesia pun memiliki 127 gunung aktif mulai dari Sabang hingga Merauke. Belum lagi kebudayaan setiap daerah yang beranekaragam semakin menjadikan Indonesia sebagai negara yang indah untuk didatangi. Semua yang dimiliki Indonesia akan semakin fantastis bila diikuti oleh banyaknya jumlah wisatawan yang datang berkunjung.
Tetapi nyatanya hanya 3 wilayah di Indonesia yang menyumbang wisatawan tertinggi, 40% dan terbesar dari Bali, 30% dari Jakarta, 20% dari Kepulauan Riau, dan wilayah lainnya hanya menyumbang 10% jumlah wisatawan. Mengapa ke 3 wilayah khususnya Bali sangat digemari para wisatawan? Apa kelebihannya hingga potensi wisata lain yang ada di Indonesia seakan tidak tersentuh? Mari kita cari tahu.
Beberapa alasan wisatawan memilih Bali sebagai destinasi wisata di antaranya, Bali memiliki suasana tenang cocok bagi wisatawan yang mencari kedamaian batin, Bali sudah didukung infrastruktur yang memadai mulai dari bandara hingga akses tol Bali Mandara, Bali juga dikenal akan kebudayaannya yang sangat kaya mulai dari seni tari hingga kerajinannya, selain itu Bali juga memiliki banyak pilihan wisata selain pantai seperti suasana pedesaan di Ubud, dan terakhir Bali memiliki beragam pilihan akomodasi mulai dari hostel, hotel hingga resort berbintang.
Sebagai negara yang memiliki banyak potensi wisata namun hanya 3 wilayah di atas yang menyumbang wisatawan terbanyak ternyata membuat Menteri Pariwisata terkaget-kaget dan membuat 10 destinasi prioritas wisata yang dikenal dengan 10 Bali Baru – dengan harapan ke 10 destinasi prioritas wisata tersebut akan seterkenal Bali di mata dunia. Ke 10 Bali Baru yang dipilih berdasarkan kriteria 3A, Atraksi, Akses, dan Amenitas yaitu Danau Toba, Candi Borobudur, Kepulauan Seribu, Bromo Tengger Semeru, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Labuan Bajo, Mandalika, Wakatobi, dan Morotai.
Jujur kata ‘Bali Baru’ sedikit mengusik saya dan meninggalkan sedikit pertanyaan, “mengapa harus membandingkan atau menjadikan Bali sebagai benchmark untuk semua potensi wisata di Indonesia?” Yang ada nanti kita justru mem-Bali-kan ke 10 destinasi wisata potensial tersebut. Kata ‘Bali Baru’ membuat saya takut para pelaku wisata justru me-copy paste Bali ke 10 destinasi wisata prioritas. Kita tentu tidak ingin melihat Danau Toba dibuat seperti Pantai Kuta, atau Candi Borobudur menjadi Pura Besakih, lalu kemana keberagaman yang selama ini diagung-agungkan? Oke, mari kita lupakan dulu apa yang ada di benak saya, sekarang kita fokus bagaimana meningkatkan potensi yang ada di wilayah 10 Bali Baru. Sebagai orang yang sedikit suka menulis, saya selalu mencari tahu dengan merunutkan solusi melalui 5W1H (Why, What, Who, Where, When dan How).
Contents
Apa potensi yang dimiliki wilayah 10 Bali Baru?
Berikut beberapa profil dan potensi yang dimiliki oleh wilayah 10 Bali Baru.
-
Danau Toba
Danau Toba adalah danau vulkanik terbesar di Indonesia dengan luas 1145 km2 dan kedalaman 450 meter. Di tengahnya terdapat pulau vulkanik bernama Pulau Samosir dengan tinggi 1000 mdpl yang jika dilihat dari jauh seperti gunung.
-
Candi Borobudur
Candi Budha yang ditemukan pertama kali oleh Raffles ini letaknya diapit beberapa gunung seperti Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Pegunungan Menoreh. Candi Borobudur juga di kelilingi dua sungai, yakni Sungai Progo dan Sungai Elo. Candi ini tersusun dari batuan vulkanik yang disusun tanpa perekat dan memiliki relief berjumlah 2672 dari 1212 relief dekoratif dan 1460 relief kisah.
-
Kepulauan Seribu
Kepulauan Seribu termasuk dalam wilayah administrasi Jakarta dan memiliki ratusan gugus pulau sebanyak 342 pulau dengan luas mencapai 8,7 km persegi. Beberapanya memiliki peninggalan bersejarah seperti reruntuhan benteng, makam kuno, karantina haji dan lain sebagainya. Yang tidak banyak orang tahu, terdapat empat ekosistem utama yaitu: hutan pantai, hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Uniknya lagi nih, di salah satu pulau ternyata akuarium bawah laut. Pulau tersebut adalah Pulau Putri.
-
Bromo Tengger Semeru
Pegunungan Tengger terbentuk dari sebuah letusan kecil yang terjadi di Gunung Bromo berakibat munculnya kaldera besar berdiameter 8 km. Letusan ini juga memunculkan deretan gunung lain di antaranya Gunung Widodaren, Gunung Watangan, Gunung Kursi, Gunung Batok, dan Gunung Bromo. Oleh masyarakat Tengger, gunung ini dianggap gunung suci dan setiap tahunnya digelar upacara Yadnya Kasada atau Kasodo.
-
Tanjung Kelayang Bangka Belitung
Belitung merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia, penambangan pertama kali dilakukan di Sungai Siburik dan Air Lesung Batang. Tidak hanya timah, Belitung juga penghasil batu satam hitam satu-satunya di dunia. Batu satam hitam adalah batu yang terbentuk dari proses alam atas reaksi trabrakan meteor dengan lapisan bumi yang mengandung timah jutaan tahun lalu.
-
Tanjung Lesung
Dahsyatnya letusan Krakatau diyakini pernah meluluhlantahkan pesisir barat Banten. Akibat letusan Krakatau lebih dari seabad lalu, membuat kawasan Tanjung Lesung memiliki kekayaan hayati yang luar biasa. Baik di darat atau pun di bawah laut.
-
Labuan Bajo NTT
Labuan Bajo adalah sebuah desa dari 9 desa di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat NTT. Di Labuan Bajo terdapat puluhan destinasi wisata bertaraf internasional beberapa di antaranya Taman Nasional Komodo, Pantai Pede, Pantai Gorontalo, Gua Batu Cermin, Pulau Bidadari, Kanawa, Pulau Wae Lulu, hingga Puncak Waringin. Labuan Bajo juga memiliki pantai berpasir pink yang hanya ada 8 di dunia.
-
Mandalika Lombok
Mandalika adalah sebuah daerah di Lombok yang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Sejak tahun 2015 yang gencar melakukan pembangunan baik jalan lintas, listrik, air, dan kawasan Ekonomi dan Industri. Mandalika bakal memiliki Sirkuit Balapan MOTO GP bertaraf Internasional. Perubahan Mandalika ini diperkuat dengan adanya beragam pantai Indah di Mandalika yang mirip Bali, seperti Pantai Gepuruk, Serenting, Pantai Tanjung, hingga Pantai Aan.
-
Wakatobi
Kecantikan bawah laut Wakatobi sudah terkenal sampai mancanegara. Wakatobi bahkan pernah masuk dalam Ajang Pameran Pariwisata Terbesar ITB Berlin (Internationale Tourismus-Börse Berlin). Di perairan laut Wakatobi, setidaknya ada 5 jenis paus dan 6 jenis lumba-lumba yang hidup di sini. Tak kurang dari 70 persen dari total spesies karang atau coral di dunia berada di dasar laut Wakatobi.
-
Morotai
Pada abad ke-15 terdapat sebuah kerajaan Moro yang berpusat di Mamuya. Sekarang wilayah itu masuk dalam kecamatan Galela, Halmahera Utara. Daratan hingga dasar perairan di Morotai menguak sebuah bukti Perang Dunia II yang menyimpan bangunan fisik dan sisa-sisa peralatan perang yang pernah terjadi di sana. Uniknya, meskipun sebagian besar wilayahnya adalah lautan, kita bisa menemukan kerajinan besi putih dan aneka perhiasan dari sisa besi pada masa PD II.
Siapa yang Menjadi Target Wisatawan?
Seperti yang kita ketahui, 50 persen para wisatawan yang datang ke Indonesia saat ini berasal dari kalangan milenial. Dapat dikatakan milenial adalah harapan pariwisata di Indonesia. Who wins the future, wins the game! Perilaku wisatawan yang berubah tentu berubah juga cara penangannnya. Para wisatawan milenial dikenal akan perilakunya yang semakin digital di mana sebagian besar dari mereka melakukan ‘search and share’ melakukan platform digital.
Untuk itu perlu dibangun fasilitas wisata digital bagi para wisatawan milenial seperti menyiapkan berbagai obyek foto, kuliner unik, atau atraksi wisata yang akan menarik untuk diunggah di media sosial. Mempersiapkan hal tersebut tentunya harus disesuaikan dengan kekhasan masing-masing destinasi.
Saya selalu menyayangkan usaha copy paste obyek foto wisata yang sukses di satu tempat akan diaplikasi sama persis di destinasi wisata lainnya tanpa memperdulikan potensi yang ada. Misalnya tulisan berukuran besar destinasi wisata yang diletakkan ‘asal’ seperti tulisan ‘Bromo Tengger Semeru’. Ide membuat tulisan berukuran besar memang bisa sama, tapi tentu saja harus didukung eksekusi yang berbeda, misalnya dengan desain dan pemilihan material yang lebih cerdik, tentu hal ini akan lebih menarik.
Selain para milenial, jangan lupakan pasar wisatawan keluarga yang masih memberi kontribusi besar. Membuat fasilitas yang bisa diperuntukan untuk semua usia tentu akan membuat destinasi semakin diminati, misalnya membuat SeaWorld berukuran kecil sebagai wahana edukasi bagi anak-anak saat berkunjung ke Wakatobi tetapi tidak bisa menyelam atau membuatkan museum interaktif di Morotai bagi anak untuk merasakan suasana Perang Dunia II yang terjadi di Morotai.
Di mana Wilayah 10 Bali Baru Berada?
Ke 10 Bali Baru lokasinya memang tidak seluruhnya se-strategis Bali, Jakarta, dan Kepulauan Riau. Sebut saja Candi Borobudur yang berada di Magelang. Untuk mencapai Candi Borobudur, wisatawan harus terlebih dahulu ke Yogyakarta atau Semarang yang memiliki bandara dan stasiun kereta api, setelahnya wisatawan harus mengandalkan transportasi sewa untuk menuju ke Candi Borobudur atau berkeliling daerah di sekitar Candi Borobudur.
Ini akan mudah bila kita memiliki referensi akan trasportasi sewa yang terjangkau dan terpercaya, namun bila tidak ini akan sangat menyusahkan – malah nanti wisatawan malas berkunjung jika tidak menemukan jalur transportasi yang menyenangkan. Untuk itu perlu dibangun infrastuktur yang ramah wisatawan dapat berupa bus wisata atau jalur kereta yang menghubungkan daerah sekitar destinasi.
Sediakan juga sign atau traveler point yang mudah dilihat dan menarik dimana para wisatawan dapat mendapatkan informasi dan juga bantuan untuk menuju destinasi wisata yang dikehendakinya. Sign atau traveler point ini posisinya jangan di sekitar area wisata saja namun juga di daerah-daerah yang ‘bertetangga’ dan menjadi jalur utama kedatangan para wisatawan.
Mengapa Mengunjungi Wilayah 10 Bali Baru?
Banyak alasan wisatawan datang berkunjung, mulai dari ingin ‘menyepi’, berwisata alam, kulineran, berpetualang, dan lain sebagainya. Buatlah ke 10 Bali Baru memenuhi semua keinginan para wisatawan tersebut – ingat Bali tidak hanya ada pantai. Sediakan secondary potency selain potensi utama yang sudah ada di atas. Secondary potency dapat berubah obyek wisata lain yang belum dan ingin diekspos atau potensi budaya yang dapat mendatangkan banyak wisatawan. Jadikan itu semua agenda rutin yang menunjang kelebihan potensi dari setiap destinasi.
Jangan lupa untuk menggali potensi kuliner dari destinasi setempat. Aneh rasanya bila kita menemukan Bebek Betutu khas Bali di Danau Toba, sedang kuliner setempat seperti Naniura, Ikan Mas Arsik, Ayam Padar dan lain sebagainya akan lebih menarik diekspos bila disajikan dalam kemasan yang menarik mulai dari resto hingga penyajiannya. Buat wisatawan merasakan keotentikan semua kuliner tersebut hanya di destinasi wisatanya, karena wisata Indonesia bukanlah Taman Mini yang semuanya ada dan dapat dinikmati berbarengan.
Selain kuliner, alasan lain wisatawan datang berkunjung juga karena cenderamata yang menarik dari destinasi wisata tersebut. Saya teringat seorang teman blogger yang bercerita saat mencari oleh-oleh di Danau Toba, hanya kaos bertuliskan Danau Toba dengan pemilihan font dan desain standart sehingga ia pulang tanpa membawa apa-apa untuk menarik kami yang belum berkunjung tertarik datang. Padahal kerajinan kayu para pengrajin dari Pulau Samosir sangat terkenal dan pohon andaliman menjadi komoditas yang saat ini paling banyak dicari. Alangkah indahnya bila semua itu dikemas lebih menarik untuk dibeli.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Berkunjung?
Selalu update akan informasi destinasi wisata terkait juga menjadi alasan wisatawan datang berkunjung. Apalagi bagi wisatawan milenial yang akan mencari informasi yang pasti melalui digital, seperti kondisi alam, cuaca, hingga harga makanan agar tidak mendapati pedagang yang memanfaatkan musim ramai pengunjung. Apalagi kebanyakan wilayah 10 Bali Baru sangat mengandalkan potensi alam sehingga informasi vulkanologi, kondisi pasang surut, dan informasi yang terkait dengan alam harus jelas diberitakan. Berikan alternatif pilihan wisata lain, bila destinasi wisata utama tidak dapat dikunjungi.
Saya teringat saat mengunjungi Belitung. Kebetulan saat berkunjung waktu dimana laut pasang dan ombak besar sehingga saya tidak bisa ‘melaut’ seperti rencana awal. Beruntungnya saya mendapatkan informasi dari wisatawan yang sudah mengenal Belitung akan lokasi wisata lain yang tidak kalah menarik seperti bukit bekas penambangan timah, rumah laskar pelangi, hingga kulineran menikmati kopi belitung dan Mie Belitung. Nah alternatif wisata seperti ini harus semakin diperbanyak agar wisatawan tidak kecewa dan tetap puas menikmati sisi lain dari destinasi wisata pilihannya.
Bagaimana Mempersiapkannya?
Untuk dapat menjawab semua pertanyaan di atas (5W) tentu tidak mudah karena itulah dibutuhkan 1H untuk merealisasikannya. Beberapa alternatif pilihan yang dapat dilakukan yakni:
-
Mempercepat pembangunan infrastruktur
Infrastuktur sudah dipastikan menjadi tonggak pertama jalannya roda pariwisata. Banyak yang terkait di sini mulai dari pemerintah hingga masyarakat setempat. Dan dibutuhkan kesadaran warga setempat untuk menjaga semua infrastuktur yang tersedia agar dapat terus menyokong pariwisata.
-
Memperbanyak pilihan akomodasi
Akomodasi salah satu terpenting dalam pariwisata. Membuat stadarisasi pelayanan di semua hostel, hotel, dan resort yang ada di masing-masing wilayah 10 Bali Baru tentu menjadi keutamaan. Saat ini saya masih mendapati standart yang berbeda di masing-masing wilayah, bahkan masih ada wilayah yang akomodasinya tidak berstandar. Dengan membuat stadarisasi sudah tentu akan memberikan kepastian kenyamanan bagi wisatawan mulai dari pelayanan hingga harga.
-
Pengelolaan sumber daya manusia
Sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam meningkatkan pariwisata. Memberikan informasi terkini akan apa yang digemari wisatawan menjadi keharusan. Salah satu caranya dengan mengadakan pelatihan dan training bagi para pelaku wisata seperti pengerajin, pemandu wisata, pengusaha kuliner, dan lain sebagainya.
Para pengrajin tidak akan berkembang dan karyanya disukai wisatawan bila tidak diarahkan untuk membuat produk yang berdesain lebih modern dan unik. Jadikan produk kerajinan yang ada di masing-masing destinasi ‘naik kelas’ dengan desain yang kekinian. Contohnya para pengrajin bambu di wilayah Bromo, mungkin jika didatangkan desainer produk untuk mengajari pengrajin mencari bentuk yang lebih modern dan unik tentu produknya akan menjadi cenderamata yang disukai.
-
Digitalisasi semua informasi
Digitalisasi semua informasi mengenai wilayah 10 Bali Baru ke dalam aplikasi resmi di apps store yang mudah diunduh pada android dan iOS. Mulai dari informasi tempat wisata, harga tiket, pemesanan akomodasi, harga makanan setempat, hingga informasi seasonal event. Tidak hanya sekedar informasi, kalau bisa wisatawan dapat melakukan booking dan pembayaran di aplikasi tersebut. Yang terakhir dan terpenting saat ini, mudahkan akses internet di semua destinasi wisata agar wisatawan yang datang dapat langsung menginformasikan ke media sosial dan pariwisata Indonesia semakin terkenal. Amin.