Happy Hypoxia Gejala Baru COVID-19

happyhypoxia

NININMENULIS.COM – Happy Hypoxia, begitu flyer yang dikirim via WhatsApp dari apotik langganan. Awalnya aku kira ini semacam ucapan perayaan kebahagiaan seperti Happy Birthday, Happy Anniversary, Happy International Yoga Day, dan lain sebagainya. Ternyata ini tidak se-happy namanya.

Happy Hypoxia adalah sebuah sindrom yang saat ini dikaitkan dengan infeksi virus corona. Tidak tanggung-tanggung bahayanya, bagi penderita COVID-19 yang terkena sindrom Hypoxia tidak menunjukan gejala apa pun tetapi dapat menimbulkan kematian. Hal inilah yang saat ini masih diteliti tentang hadirnya Happy Hypoxia pada penderita corona. Membaca ini aku semakin kepo mencari tahu lebih lengkap mengenai Happy Hypoxia dari berbagai sumber.

Apa itu Happy Hypoxia?

Happy Hypoxia yang biasa dikenal juga sebagai Hipoksia atau Hipoksemia adalah penurunan kadar oksigen dalam darah. Kondisi ini membuat seseorang mengalami masalah dalam pernafasan seperti sesak nafas atau dispnea. Namun, studi terbaru dari Loyola University Health System, yang ditulis Science Daily mengungkapkan fakta terbaru. Studi ini menyatakan, pengidap COVID-19 yang mengalami Happy Hypoxia masih bisa beraktivitas tanpa masalah dan tidak mengalami sesak napas. Menurut penulis dari penelitian tersebut, kondisi tersebut masih sangat membingungkan para dokter karena dianggap bertentangan dengan biologi dasar.

Happy Hypoxia disebut juga silent hypoxia, sebuah kondisi ketika tubuh tidak merasakan gejala seperti sesak napas, tapi jika kadar oksigen dalam jaringan diperiksa, akan didapati hasil yang sangat rendah. Untuk diketahui bahwa tekanan oksigen dalam arteri yang normal berada di kisaran 75 sampai 100 mm Hg. Bila tekanan oksigen berada di bawah 60 mm Hg, hal itu menunjukkan bahwa tubuh memerlukan oksigen tambahan. Sementara bila diperiksa dengan menggunakan pulse oksimetri, konsentrasi oksigen dalam jaringan yang normal adalah 95-100 persen. Di bawah nilai tersebut berarti oksigen di dalam tubuh rendah.

Jika seseorang terkena Hypoxia tentu kondisi ini sangat berbahaya. Tanpa oksigen yang cukup, otak, ginjal, dan berbagai organ dalam tubuh dapat rusak hanya dalam beberapa menit setelah gejala dimulai. Bila kadar oksigen dalam darah terus menurun, organ-organ tersebut dapat mati dan hal ini mengancam jiwa.

hipoksemia adalah
Waspada Happy Hypoxia gejala baru COVID-19 (Foto: Kimia Farma)

Happy Hypoxia pada Pasien COVID-19

COVID-19 pada dasarnya adalah penyakit pernapasan, dan pada kasus yang parah, penyakit tersebut dapat mengurangi jumlah oksigen yang dapat diserap paru-paru. Itulah mengapa tingkat oksigen darah yang sangat rendah ditemukan pada sejumlah pasien COVID-19 di Indonesia. Dan menurut penelitian di Loyola University Medical Center, di Maywood, IL dari 16 pasien COVID-19 sebanyak 50 persen memiliki tingkat oksigen rendah atau di bawah 95-100 persen dan tidak mengalami gejala sesak napas atau dispnea.

Bagaimana respon otak terhadap tingkat oksigen yang rendah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pengidap COVID-19 tidak merasakan gejala apa-apa saat mengalami Hypoxia. Ketika kadar oksigen menurun, otak tidak merespon sampai oksigen turun ke tingkat yang sangat rendah. Selain itu, lebih dari separuh pasien COVID-19 juga memiliki kadar karbon dioksida yang rendah yang dapat mengurangi dampak kadar oksigen yang sangat rendah, sehingga dicurigai virus corona dapat memengaruhi reseptor tubuh sehingga tidak merespons pada tingkat oksigen yang rendah.

Mengingat Happy Hypoxia sangat berbahaya bila tidak ditangani segera, penting bagi pasien COVID-19 untuk mewaspadai gejala tersebut. Segera kunjungi rumah sakit bila kamu mengalami gejala-gejala seperti batuk, denyut jantung meningkat atau melambat, nafas menjadi cepat, sesak napas, berkeringat, dan penurunan kesadaran.

Pengobatan Happy Hypoxia bertujuan untuk memasukkan lebih banyak oksigen ke dalam tubuh pasien COVID-19. Dokter mungkin akan memberikan oksigen melalui kanul hidung atau melalui sungkup masker yang menutupi hidung dan mulut. Bagi banyak orang, cara ini cukup untuk membuat tingkat oksigen dalam tubuh kembali normal.

Jenis dan Penyebab Hypoxia

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang mengalami Hypoxia, di antaranya:

  • Kelainan jantung

  • Gangguan fungsi paru-paru, misalnya asma, emfisema, bronkitis, pneumonia, PPOK, dan kanker paru-paru

  • Gangguan pernapasan saat tidur atau sleep apnea

  • Anemia

  • Selain itu, Hypoxia juga dapat terjadi pada orang yang menyelam hingga kedalaman tertentu atau berada di ketinggian tertentu.

Hypoxia yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan organ tubuh, seperti otak dan jantung. Ketika hal ini terjadi, fungsi organ akan terganggu sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

Sebagian besar penderita yang mengalami Hypoxia akan mengalami gejala sesak napas, lemas, kulit pucat, dan kuku serta bibir tampak kebiruan. Jika sudah parah, Hypoxia bisa membuat penderitanya mengalami penurunan kesadaran atau bahkan koma.

Meski demikian, pada kasus tertentu, Hypoxia bisa terjadi tanpa gejala apa pun dan baru terdeteksi ketika penderita menjalani pemeriksaan darah atau pemeriksaan saturasi oksigen dengan alat yang disebut pulse oximeter. Kondisi yang dinamakan silent hypoxia atau Happy Hypoxia ini diduga dapat terjadi pada penderita COVID-19.

Meskipun penyebab terjadinya Happy Hypoxia pada pasien COVID-19 belum dapat dipastikan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa Happy Hypoxia dapat meningkatkan risiko kematian pada penderita COVID-19. Oleh karena itu, setiap orang yang dinyatakan positif COVID-19 tetap perlu waspada meski tidak mengalami gejala apa pun.

Selain Happy Hypoxia atau silent Hypoxia, ada beberapa jenis dan penyebab Hypoxia yang perlu diketahui, yakni:

  • Hypoxia Hipoksik

    Hal ini terjadi ketika kadar oksigen dalam pembuluh arteri turun. Beberapa penyebab Hypoxia hipoksik adalah:

    • Berada di situasi atau lingkungan dengan kadar oksigen rendah, contoh saat kebakaran, tenggelam, dan berada di ketinggian.

    • Mengidap penyakit paru-paru, seperti asma, gagal napas, pneumonia, edema paru, penyakit paru obstruktif kronis, kanker paru, pneumothorax, dan sleep apnea.

    • Mengalami kondisi yang membuat berhenti bernapas, contohnya saat penggunaan obat fentanyl.

  • Hypoxia Stagnan

    Hipoksia jenis ini terjadi akibat gangguan aliran darah. Beberapa yang dapat memicunya adalah: jenis ini terjadi akibat gangguan aliran darah. Beberapa yang dapat memicunya adalah:

    • Mengidap gangguan jantung, seperti bradikardia dan fibrilasi ventrikel.

    • Terhentinya aliran darah dari pembuluh arteri ke organ, misalnya pada orang dengan luka tembak atau trombosis arteri.

  • Hypoxia Anemik

    Hypoxia anemik terjadi ketika kemampuan darah membawa oksigen berkurang kapasitasnya. Akibatnya, darah tidak lagi kaya akan oksigen. Kondisi yang dapat menyebabkan hipoksia anemik adalah:

    • Anemia dan kondisi lain di mana fungsi sel darah merah rusak, seperti pada penyakit methemoglobinemia.

    • Keracunan karbon monoksida (CO).

  • Hypoxia Histotoksik

    Kondisi ini terjadi ketika adanya gangguan pada sel dalam menggunakan oksigen. Keracunan sianida adalah salah satu contohnya.

hypoxia
Happy Hypoxia pada pasien COVID-19 (Foto: AntaraNews)

Cara Deteksi Dini Hypoxia

Pencegahan Hypoxia bisa dilakukan dengan cara menghindari lingkungan yang dapat menurunkan kadar oksigen atau menggunakan oksigen tambahan dari tabung oksigen sebelum gejala Hypoxia muncul. Hypoxia yang disebabkan oleh asma umumnya bisa dihindari dengan cara menjalani pengobatan asma sesuai dengan petunjuk dokter.

Pada penderita Hypoxia yang masih dapat bernapas, Hypoxia bisa ditangani dengan pemberian oksigen melalui selang atau masker oksigen. Sedangkan pada penderita yang sudah mengalami penurunan kesadaran atau tidak dapat bernapas, dokter akan memberikan oksigen melalui ventilator dan melakukan perawatan di ruang ICU.

Jika kamu merasakan gejala COVID-19 atau pernah kontak dengan orang yang positif COVID-19, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Bila dinyatakan terinfeksi virus corona, tetaplah waspada meskipun tidak mengalami gejala, karena bisa saja terjadi kondisi Happy Hypoxia ini.

Untuk mengantisipasi dan mendeteksi dini Happy Hypoxia syndrome, ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu:

  • Tarik napas dalam-dalam 2-3 kali. Bila timbul rangsangan batuk, waspadai risiko Hypoxia .

  • Menggunakan alat Pulse Oxymetri di ujung jari, untuk mengukur saturasi oksigen.

Keduanya dilakukan berkala, minimal pagi-siang-sore-malam. Yuk mulai waspada dan deteksi Happy Hypoxia sejak dini!

Sumber:
https://www.alodokter.com/mengenal-happy-hypoxia-pada-penyakit-covid-19
https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/08/065700365/isolasi-mandiri-karena-covid-19-ini-2-cara-deteksi-dini-happy-hypoxia?page=all#page3
https://www.halodoc.com/artikel/waspada-happy-hypoxia-gejala-baru-covid-19-yang-mematikan
https://www.halodoc.com/artikel/penyebab-hipoksia-yang-berdampak-pada-fungsi-tubuh

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

Leave a Reply