Kasus COVID-19 Menurun, Apakah Masih Perlu 3M?

ruang publik kbr

NININMENULIS.COM – Menurunnya angka kasus COVID-19 akhir-akhir ini tentu menjadi berita baik mengingat Indonesia pernah mengalami gelombang kedua yang memakan banyak korban jiwa. Aku masih merasa ngeri mengingat bagaimana saat itu Bed Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit penuh, ramainya orang mengantri ketersediaan oksigen, dan masjid pun tidak berhenti memberitakan kabar duka setiap harinya. Ketika itu rasanya ingin cepat melewati masa tersebut, dan sekaranglah saatnya, angka kasus COVID-19 menurun.

Melihat angkanya yang menurun drastis rasanya aku ingin melempar masker ke udara sebagai bentuk selebrasi. Tetapi bila mengingat tingginya angka kasus di gelombang kedua, Aku menjadi penasaran, apakah benar-benar turun dan dapat hilang sama sekali? Lalu apakah kita sudah bisa beraktivitas normal seperti dulu? Banyak hal yang menjadi pertanyaan saat melihat angka kasus COVID-19 menurun. Karena itu, sebelum melempar masker ke udara, aku cari tahu kebenarannya di Ruang Publik KBR.

ruang publik kbr
Flyer Kasus COVID-19 Turun Drastis, Apa Kata Pakar?

Pada Rabu (13/10) lalu, Ruang Publik KBR yang dipersembahkan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) dan didukung oleh The International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) mengadakan talkshow dengan tema ‘Kasus COVID-19 Turun Drastis, Apa Kata Pakar?’ Talkshow yang aku saksikan secara live streaming di YouTube Berita KBR ini dipandu oleh Rizal Wijaya dan menghadirkan dua narasumber, dr. Dicky Budiman (Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia) juga dr. Koesmedi Priharto (Kasubbid Tracing Satgas COVID-19).

Selain melalui YouTube Berita KBR, talkshow ‘Kasus COVID-19 Turun Drastis, Apa Kata Pakar?’ ini dapat juga disaksikan di 100 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua, 104.2 MSTri FM Jakarta, dan live streaming via website kbr.id. Talkshow yang berlangsung selama satu jam, dari pukul 09.00-10.00 ini berlangsung interaktif, dimana kita dapat bertanya secara langsung melalui kolom chat di YouTube Berita KBR atau melalu telepon bebas pulsa di 0800 245 7893 dan WhatsApp di 0812 118 8181.

Benarkah Terjadi Penurunan Angka COVID-19?

Penurunan kasus COVID-19 di Indonesia dalam beberapa minggu terakhir tentu menjadi sebuah kabar baik. Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan bahwa penurunan kasus COVID-19 telah terjadi selama 11 minggu berturut-turut dimana pada minggu pertama Oktober 2021, terjadi penurunan 34,6% dibandingkan minggu sebelumnya. Bahkan untuk pertama kalinya kasus positif harian Indonesia berada di bawah angka 1000 kasus per hari, tepatnya 922 kasus per tanggal 4 Oktober 2021, terendah sepanjang tahun ini.

Penurunan angka kasus COVID-19 di Indonesia bisa jadi disebabkan oleh dua faktor, pertama banyaknya warga yang telah divaksinasi disertai kesuksesan PPKM di Jawa Bali. Sedangkan faktor kedua, karena banyaknya kasus tidak bergejala dan luput di-tracing yang diprediksi hampir 80 juta orang, sehingga memicu kekebalan tubuh menjadi lebih kuat. Untuk itu upaya tracing di Indonesia sangat penting dan harus semakin diperkuat untuk mendapatkan data yang sesungguhnya.

ruang publik kbr
Talkshow di Ruang Publik KBR dengan tema Kasus COVID-19 Turun Drastis, Apa Kata Pakar?

“Positive rate kasus COVID-19 di Indonesia memang sudah rendah sekali, sekitar 0,7%, tetapi angka itu jangan membuat kita lalai karena Indonesia sangat luas, masih ada daerah-daerah dengan stigma COVID-19 dan banyaknya orang yang tidak ingin diperiksa. Meskipun screening di lapangan terus dilakukan, kita jangan lekas berpesta dulu dan tetap waspada dengan tetap melakukan 3M,” buka dr. Koesmedi Priharto.

Hal serupa juga dikemukakan dr. Dicky Budiman yang live dari Australia. Menurutnya perjalanan COVID-19 tidak berhenti sampai di sini. Australia saja yang masuk dalam negara dengan tingkat COVID-19 terkendali masih memiliki negara bagian dengan angka penularan tinggi seperti di New South Wales dan Victoria. Bahkan di dua negara bagian tersebut varian delta sudah mengalami penguatan. Untuk itu Indonesia diharapkan jangan lengah mengingat luas wilayah dan jumlah penduduk masih menjadi kendala dalam tracing.

Masih lemahnya tracing di wilayah Indonesia dan untuk menghindari terulangnya gelombang COVID-19 berikutnya, dr. Koesmedi Priharto menyarakan kita semua untuk tetap waspada dengan tetap melakukan 3M, perkuatan vaksinasi lengkap, dan memilah skala prioritas untuk berkumpul. Sebaiknya tetap hindari aktivitas berkumpul dan mengumpulkan banyak orang, jika memang harus berkumpul dengan orang yang bukan keluarga sebaiknya dilakukan di ruangan terbuka.

Vaksin COVID-19 paling efektif
Penurunan angkan kasus COVID-19 jangan membuat kita lengah, tetap waspada dengan tetap melakukan 3M, perkuatan vaksinasi lengkap, dan memilah skala prioritas untuk berkumpul.

Mengenai benua Eropa yang sudah ‘berani’ menggelar konser dan mengumpulkan banyak orang, dr. Dicky Budiman menjelaskan, “setiap kelonggaran perlu dilakukan uji coba, seperti Eropa yang mengadakan konser di 2 negara, Belanda dan Spanyol. Dan hasilnya di Spanyol tidak ditemukan tanda infeksi tingkat tinggi karena pihak penyelenggara sudah memasukkan testing yang tidak lebih dari 5 jam sebelum konser dan masker berstandarisasi ke dalam harga tiket. Tidak hanya itu, seluruh penonton pun syaratkan sudah divaksinasi lengkap. Hasil di Spanyol ini berbeda dengan di Belanda yang tidak melakukan pengetatan protokol kesehatan.”

Hidup Berdampingan dengan COVID-19

Dari penjabaran dua narasumber di Ruang Publik KBR, dr. Dicky Budiman dan dr. Koesmedi Priharto tentang menurunnya angka penularan COVID-19 di Indonesia dapat disimpulkan, bahwa kita semua harus tetap waspada dan tidak lengah dengan memperketat protokol kesehatan juga mempercepat dan memperluas cakupan vaksinasi di seluruh wilayah Indonesia. Jadi hindari pemikiran tidak lagi melakukan protokol kesehatan dengan 3M karena sudah divaksinasi.

ruang publik kbr
Pencegahan COVID-19 yang harus terus dilakukan

Vaksinasi sangat berguna untuk memicu daya tahan tubuh menjadi lebih kuat saat terkena virus. Namun bila sudah dipicu dengan vaksin dan daya tahan tubuh tidak muncul, masih dimungkinkan terkena virus, walaupun efeknya tidak sefatal yang tidak divaksinasi. Daya tahan tubuh tidak muncul meskipun sudah divaksinasi ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya karena kondisi penyakit bawaan atau kormobid. Untuk itulah protokol kesehatan harus tetap diperketat.

“Vaksin merupakan produk biologis yang tidak sempurna. Dari empat manfaat vaksin, baru dua manfaat yang teruji dalam vaksin COVID-19, yaitu teruji menurunkan tingkat kesakitan dan juga teruji menurunkan angka kematian, namun belum dapat untuk mencegah agar tidak terinfeksi dan mencegah penularan,” lanjut dr. Dicky Budiman yang juga menyarankan Indonesia harus mencapai 80% tingkat vaksinasi lengkap bila ingin dikatakan aman dari penularan COVID-19 khususnya varian delta.

Di sisi lain dr. Koesmedi Priharto juga mengingatkan bahwa efektivitas vaksin dapat menurun seiring dengan perjalanan waktu. Untuk itulah perlu penyuntikan vaksin booster. Penyuntikan booster juga harus diimbangi dengan pola hidup sehat seperti berolahraga juga konsumsi makanan dan minuman yang sehat. Jika semua hal yang disarankan oleh pemerintah dilaksanakan dengan tertib dan baik, niscaya kita akan dapat hidup berdampingan dengan COVID-19.

“Hidup berdampingan dengan COVID-19 tidak hanya sekadar slogan jika kita berani menegur saat melihat ada yang tidak taat protokol kesehatan, dapat menghitung skala prioritas sebelum berkumpul, dan mengetahui kekuatan tubuh kita sebelum beraktivitas. Terpenting lagi selalu mempersiapkan perlengkapan 3M,” tutup dr. Koesmedi Priharto.

Jadi jangan lupa, segera vaksinasi dan tetap taati protokol kesehatan dengan melakukan 3M yess!

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

Leave a Reply