Gus Indra – Perjalanan Spiritual Sang Inisiator Menjadi Binaan DSA

gus indra desa sejahtera astra

NININMENULIS.COM – Dapat berbincang banyak dengan sosok inspiratif satu ini awalnya dapat dikatakan ‘kecelakaan’. Dari daftar DSA, saya yang mencari pelaksana Desa Sejahtera Astra (DSA) di sekitar tempat tinggal (Kecamatan Tajurhalang Bogor, Jawa Barat), justru berkenalan dengan Gus Indra, Koordinator Yayasan Insan Madani Sukses. Sosok asal Kabupaten Malang, Jawa Timur yang memberikan banyak wawasan dan rasa optimisme dalam berwirausaha. Dari beliau, cerita awal program DSA pun mengalir, hingga bagaimana ia bangun, jatuh, dan bangun kembali dalam merintis usahanya bersama Astra.

“Saya dulu bekerja selama sembilan tahun di kantor pusat Astra, tempat sekarang saya menjadi binaan. Sebelum resign saya yang membuat dan menangani program DSA ini,” kata Gus Indra membuka percakapan kami. Program DSA bukan satu-satunya karya Gus Indra selama bekerja di Astra. Ia pun pernah menerima penghargaan sebagai karyawan teladan Astra 2016. Kini selain menjadi koordinator Yayasan Insan Madani Sukses, Gus Indra juga telah berhasil memberdayakan ratusan petani kacang tunggak di bawah bendera PT Bafain Haridra Indonesia, miliknya.

gus indra desa sejahtera astra
Gus Indra saat menerima penghargaan Karyawan Terbaik Astra 2016 (Foto: Dok. Gus Indra)

Astra Masuk Pesantren

“Ruh-nya Desa Sejahtera Astra ini berawal dari Kampung Berseri Astra yang terdiri dari empat pilar, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan. Kewirausahaan ini kami tonjolkan untuk memberdayakan pengembangan produk di desa, dan salah satu local champion yang menonjol di desa yakni pesantren,” cerita Gus Indra mengenang awal dibentuknya Insan Madani.

Insan Madani yang merupakan kepanjangan dari Ikatan Pesantren Penggerak Ekonomi Masyarakat Desa Indonesia menjadi salah satu program DSA yang di inisiator pesantren. Untuk menerapkan konsep Insan Madani, pesantren yang pertama kali Astra masuki yaitu Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba’alawy, Semarang Jawa Tengah. “Di Astra, kami memiliki program pelatihan bagi para santri menjadi santripreneur, dari sini naik level menjadi pesantren-preneurship. Setelah pesantren berdampak dan budaya terhadap masyarakat sekitar menjadi sociopreneur pesantren,” jelas pemilik nama lengkap Indra D. Hartanto ini.

gus indra desa sejahtera astra
Gus Indra (kiri duduk) saat mengadakan raker bersama para anggota Yayasan Insan Madani Sukses (Foto: Dok. Gus Indra)

Dipilihnya pesantren sebagai penggerak ekonomi kerakyatan oleh Astra bukan tanpa alasan. Mengingat sejak zaman dahulu pergerakan kebangsaan dan ekonomi kerakyatan berawal dari pesantren. Tidak hanya memiliki kemandirian ekonomi sendiri, pesantren juga diharapkan dapat berdampak ke masyarakat sekitar. Hingga kini sudah ada sekitar 30 pesantren pilihan Astra yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia.

Membawa Produk Pesantren Go International

Dari pesantren-pesantren di Insan Madani pilihan Astra, ada beberapa yang memiliki prestasi membanggakan, salah satunya Pesantren Al Barokah, Semarang Jawa Tengah. Al Barokah menjadi pesantren pertama di Indonesia yang mengembangkan digital smart farming dan produknya sudah diekspor hingga keluar negeri. “Siapa yang menyangka produk dari pesantren bisa sampai diekspor ke luar negeri? Ini bukti program Astra masuk desa telah memberikan dampak luar biasa, bukan hanya dalam perjalanan duniawi tetapi juga ada perjalanan spiritual di dalamnya,” kata Gus Indra.

Selain Pesantren Al Barokah, pesantren lain yang menorehkan prestasi di kancah internasional ialah Pesantren Darul Mujahadah Al Waliyyah yang berada di Takengon, Aceh Tengah dengan produknya kopi Gayo. Untuk mempromosikan kopi Gayo ini, Astra bekerjasama dengan pemerintah Belanda untuk mempromosikan kopi gayo ke dunia internasional lewat branding-nya Kopi Merador. “Saat itu pesantren diberi panggung bisa ikut coffee cupping di The Amsterdam Coffee Festival. Dari ajang tersebut mendapatkan sertifikasi gratis karena produknya disukai,” lanjutnya. Kini 90 persen produk kopi Gayo dari Pesantren Darul Mujahadah Al Waliyyah telah diekspor ke berbagai negara seperti Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat.

Saat prestasinya sebagai karyawan teladan Astra tengah menanjak dan sedang nyaman-nyamannya, Gus Indra ‘dipaksa’ berhenti karena menikahi salah satu putri pemilik pesantren di Malang, Jawa Timur. “Jelas itu bukan hal mudah untuk saya keluar dari Astra dan sepenuhnya menjadi orang pesantren,” ujar Gus Indra yang bergabung dengan Astra sejak lulus dari Jurusan Teknik Elektro, Universitas Brawijaya Malang.

gus indra desa sejahtera astra
Produk Pesantren Al Barokah (kiri) dan Pesantren Darul Mujahadah Al Waliyyah (kanan) yang sukses di pasar ekspor (Foto: Dok. Gus Indra)

Setelah menikah dan sepenuhnya mengabdi di Pesantren Al-Azhar Aslich Mughny (AAM), Gus Indra yang didapuk menjadi koordinator Yayasan Insan Madani Sukses, kembali memulai usahanya dari nol. Label karyawan teladan Astra yang menempel ia tanggalkan dan turun ke jalan berkeliling berjualan.

Berkat pengalamannya selama bekerja menjalankan program yang ada di Astra serta didukung dengan hubungan baik yang terjalin dengan tim Astra Gus Indra berhasil membawa pesantrennya menjadi juara ketiga Desa Sejahtera Astra (DSA) 2019. Saat itu bersama Pesantren AAM, Gus Indra membina 13 desa yaitu Desa Bambang, Blayu, Bringin, Codo, Dadapan, Kidangbang, Ngembal, Patok Picis, Sukoanyar, Sukolilo, Sumberputih, Wajak, dan Wonoayu yang berada di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang Jawa Timur. Bersama warga desa, Gus Indra mengembangkan ekonomi masyarakat kawasan perdesaan melalui peternakan ayam petelur, perikanan, kerajinan, perkebunan, dan ekowisata. “Ada seribu ayam petelur dari 200 peternak ayam sedangkan pesantren saya sendiri khusus di peternakan dan ekowisata,” imbuh Gus Indra.

‘Untung Tak Dapat Diraih, Malang Tak Dapat Ditolak’. Baru pada 2019 menjadi juara tiga Desa Sejahtera Astra, di 2020 saat pandemi melanda harga telur ayam anjlok di pasaran akibat permainan harga oleh tengkulak, alhasil satu desa pun bangkrut. “Bangkrut karena tidak siap menahan kerugian hingga 1,5 juta perhari untuk pakan seribu ayam. Akhirnya diputusin akhir dini, ayamnya dijual. Untuk mulai lagi butuh modal besar akhirnya di pesantren sendiri kita melanjutkan ekowisata Sumber Bonang yang dapat menarik 500-1000 pengunjung,” bukanya.

gus indra desa sejahtera astra
Ekowisata satu-satunya usaha yang masih bertahan di Pesantren Al-Azhar Aslich Mughny (AAM) (Foto: Dok. Gus Indra)

Meskipun saat menggeluti usaha beternak ayam petelur berakhir tidak indah, berkat pengalamannya terdahulu saat di Astra berhasil membawa produk pesantren go international, pada 2021 Gus Indra kembali dipercaya Astra. Kali ini sebagai konsultan ekspor yang bertugas mempromosikan produk desa ke luar negeri. Di tahun yang sama juga ada buyer luar negeri mencari produk unggulan yang mensuplai charcoal berbasis arang kelapa dan salah satu penyuplai Taiba Cococha yang berlokasi di Kecamatan Tajurhalang, Bogor (berbekal informasi inilah awal perkenalan dengan Gus Indra).

Agar sukses dalam mempromosikan produk desa ke pasar ekspor, Gus Indra menggandeng Dewi Ekha yang telah mengekspor bulu mata palsu hingga ke 16 negara. “Dari Mbak Dewi kita belajar bagaimana membuat pesantren bisa ekspor, caranya dengan membuat raker. Raker, pelatihan, ataupun seminar kewirausahaan sering saya adakan di lingkungan pesantren-pesantren, termasuk mengundang Pak Musthofa dari Pesantren Al Barokah untuk berbagi pengalaman,” lanjut Gus Indra.

Bangkit Lewat Kacang Tunggak

gus indra desa sejahtera astra
Gus Indra (bagu putih tengah) bersama Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan RI di Trade Expo 2022 (Foto: Dok. Gus Indra)

Rupanya semangat entrepreneur Gus Indra tidak pernah padam. Baginya kewirausahaan itu bukan tergantung apa yang kita punya melainkan apa yang bisa kita raih. Dari yang biasanya mempromosikan produk Astra dan membawa produk binaan Insan Madani ke pasar ekspor kali ini ia bertemu angel investor asal Belanda yang memiliki semangat untuk memberdayakan perusahaan Indonesia. Dapat dikatakan ini berkah membantu orang lain karena angel investor ini bersedia memberikan modal tanpa meminta kembali, asalkan produk yang dihasilkan harus mereka yang menjual. Mengapa bisa begitu?

Menurut Gus Indra, konflik Rusia – Ukraina rupanya berdampak ke krisis pangan. Akibatnya para perusahaan di luar negeri kesulitan mencari perusahaan yang dapat memasok bahan baku pangan, “mereka memberi saya benih. Jika saya berhasil menanamnya mereka akan investasi.” Benih yang dimaksudkan yakni benih kacang tunggak dengan ukuran yang lebih besar dari yang biasa kita jumpai di pasar tradisional.

Ini tentu menjadi titik balik Gus Indra untuk kembali bangkit. Tetapi kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Ia kembali menelan kekecewaan. “Saya uji coba tanam di pesantren Al Barokah ternyata gagal. Kemudian ditanam di Kalimantan karena logistiknya mahal, kembali gagal. Hingga saya sempat tertipu 150 juta saat mencoba menanamnya di Lombok Timur,” kenangnya. Kegagalan-kegagalan inilah yang akhirnya ia laporkan ke investor. Saat keadaan sulit, keajaiban pun datang. Tidak disangka-sangka investor tersebut hanya berkata, “Sudah tanam lagi!” Singkat cerita akhirnya Gus Indra menanam benih tersebut di dekat rumahnya di Kabupaten Malang, ternyata berhasil dan tumbuh subur.

Pada Oktober 2022 setelah projek dengan Astra selesai, Gus Indra mendatangi Tim Astra untuk meminta ijin tidak lanjut sebagai konsultan ekspor dan fokus dengan budidaya kacang tunggak yang baru dirintisnya. “Eh ternyata dari pihak Astra justru kembali ditawari sebagai binaan DSA dengan penambahan desa yang bergerak di bidang kacang tunggak,” seru Gus Indra.

gus indra desa sejahtera astra
Bersama para mitra melakukan budidaya kacang tunggak untuk pasar ekspor (Foto: Dok. Gus Indra)

Mendapatkan dukungan yang besar dari Astra seperti ini tentu sangat ia syukuri. Dari yang semula hanya menempati ruko kecil kini memiliki gudang dan nama perusahaan, PT Bafain Haridra Indonesia. Dari yang awalnya sortir manual, sekarang sudah menggunakan mesin. Masih menggandeng para lulusan santri, kini PT Bafain Haridra Indonesia sudah menjadi sentra kacang tunggak dengan 11 hektar lahan dari petani binaan yang ada di beberapa kabupaten. Setiap bulannya Gus Indra dapat mengirim kacang tunggak sebanyak 10 kontainer ke luar negeri. Pihak investor asal Belanda pun turut senang dan kagum dengan Astra yang bersedia memberikan dukungannya. Melihat hal ini, investor tidak ragu dan lebih percaya dengan menaikan nilai investasinya.

Mengulik kisah perjalanan Gus Indra bersama Astra ini, kita dapat menarik pelajaran untuk tidak menyerah dalam berwirausahaan. “Mencontoh cara kerja Astra, semoga saya dapat menjadi pohon yang rindang menaungi dan menginspirasi banyak orang. Karena hidup itu harus bermanfaat untuk orang lain, nanti biarkan Allah yang mengatur semuanya. Jangan pernah khawatir dengan takdir karena apa yang sesungguhnya Allah takdirkan untuk kita itu selalu baik,” tutup Gus Indra mengakhiri percakapan dengan rasa optimis.

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

Leave a Reply