NININMENULIS.COM – Selain sebagai seorang desainer interior dan pendiri Asri Desindo Intiwidya (ADI), lulusan Institute of Interior Design, Washington DC dan Environmental Design, New York ini juga menjadi chairperson Green Building Council Indonesia (GBCI). Organisasi ini hadir seiring dengan banyaknya bangunan-bangunan baru yang hadir dan mempengaruhi lingkungan sekitar. Dampak bangunan terhadap lingkungan tidaklah kecil, karena sebuah bangunan memerlukan energi yang besar dan juga menghasilkan limbah dalam jumlah banyak. Untuk mencegah hal itulah Naning S. Adiningsih Adiwoso tak pernah bosannya ‘berteriak’ akan pentingnya sebuah desain yang berkelanjutan. Desain yang perduli akan generasi masa depan.
Sebenarnya bagaimana kondisi (green) di Indonesia saat ini?
Sama halnya dengan negara berkembang, Indonesia memiliki masalah growing population, emisi, accelaration building, dan sustainable, namun terkadang kita tidak perduli padahal ini untuk generasi mendatang, the millennials. Untuk itulah kenapa harus ada organisasi yang mengurusi itu semua. Sebagai praktisi, kita harus berpikir dan mendesain untuk 5–20 tahun ke depan, kita harus memikirkan keberlangsungan air bersih, kita juga harus mempertahankan rain forest sebagai jantungnya bumi. Karena bila bicara tentang global warming sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa kita tidak terlalu merasakan dampaknya, itulah mengapa masih banyak yang belum perduli.
Tapi coba kita tengok berapa banyak Negara di belahan bumi Utara yang terkena imbasnya. Mereka sudah mengeluhkan banyaknya hasil laut bermerkuri, tingginya karbondioksida di udara, mulai berkurangnya populasi hewan yang menjaga keseimbangan dan lain sebagainya. Lantas siapa yang harus bertanggung jawab semua itu? Tentu kita semua tidak terkecuali para desainer. Para desainerlah para the agent of change. Dari merekalah perubahan itu dapat terwujud. We live in one planet, one earth, we have to share and why we still so arrogant?
Ada apa di 5-20 tahun ke depan?
Delapan puluh persen aktivitas kita akan banyak di dalam ruangan, baik di tempat kerja maupun di rumah tinggal. Efek growing population pun akan memaksa orang tinggal di vertical houses. Dan mereka inilah para milenial. Mereka akan tinggal di ruang-ruang terbatas yang pasif dan jauh dari penghijauan. Mereka membutuhkan open space di mana dapat berinteraksi lebih lama di luar. Imbas dari banyaknya vertical houses juga menyisakan masalah seperti pemakaian energi listrik air, pengolahan limbah dan lain sebagainya. Maka sekaranglah saatnya kita mulai mendesain untuk young society.
Bagaimana desain yang perduli young society?
Bangunan harus zero net. Artinya energi yang terpakai harus nol emisi dan semua harus dapat di recycle dan reuse, tidak ada sisa pembuangan air, tidak ada sampah, terbuat dari bahan-bahan yang non toxic, menggunakan barang yang tidak menggunakan air untuk perawatan, menggunakan produk pembersih yang no chemical, dan lain-lain. Caranya bagaimana? Tidak usahlah menggunakan barang impor, mulailah menggunakan produk lokal dari industri kita sendiri yang non toxic dan sedikit emisi – untuk yang tinggal di ruang terbatas, mulailah menanam jenis tanaman indoor yang direkomendasikan Nasa untuk mengurasi timbal dalam ruangan seperti lidah buaya, pakis boston, sirih gading, lidah mertua, peace lily, dan banyak lagi. Semua yang kita butuhkan sudah tersedia semua, tinggal kitanya yang mau untuk memulai atau tidak. Jika bangunan sudah zero net maka dipastikan bangunan tersebut sehat dan penghuni di dalamnya yang akan diuntungkan.
Bagaimana dengan regulasi pemerintah?
Regulasi tanpa penyediakan infrastruktur terlebih dahulu akan sia-sia. Untuk penyediaan infrastruktur ini tidak mudah, misalnya berapa banyak daerah saat ini belum terjangkau air bersih? Berapa banyak produk yang masih menggunakan limbah plastik? Untuk merubah suatu budaya bukan perkara mudah, dibutuhkan minimal 10 tahun. Dibutuhkan ketegasan pemerintah untuk peraturan dan hukum yang terkait akan lingkungan hidup.
Lantas apa yang dilakukan masyarakat umum?
Masyarakat harus tahu tentang akan pentingnya hidup yang berkelanjutan. Mulailah Menularkan dan meng-educate sekitar tentang pentingnya gaya hidup yang berkelanjutan seperti pengolahan sampah dan air. Mengurangi sampah rumah tangga dengan memaksimalkan penggunaan bahan makanan. Biasakan menghabiskan makanan dan makan sesuatu yang berkualitas, bukan kuantitas.
Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast
View all posts by Ninin Rahayu Sari