NININMENULIS.COM – Berita meninggalnya Ir. Ciputra hari ini (27/11) cukup membuat saya bersedih. Lima belas tahun bekerja di Tabloid Bintang Home dan Majalah Home Living membuat saya dan tim dekat dengan sosok inspiratif satu ini. Masih ingat momen di mana Pak Ci begitu Ir. Ciputra disapa datang berkunjung ke ruangan kami saat pagi hari dan baru beberapa karyawan yang hadir (jam kerja kami yang di media jam 10 pagi, berbeda dengan jam kerja grup yang di jam 8 pagi). Beliau menghampiri kami dan menyapa ramah seperti seorang kakek kepada cucunya, sedangkan kami seperti bocah kecil yang takut mendekat mengingat nama besar beliau. Tetapi dengan keramahan dan sikapnya yang bijak kami pun mulai berani berbincang akrab dengan beliau. Beliau pun tidak segan menepuk-nepuk bahu kami untuk semangat bekerja.
Tidak hanya di situ saja, setiap ada kesempatan bertemu, Pak Ci tidak pernah memalingkan wajah dari orang sekitar, beliau menatap dan menyapa ramah semua yang ditemui – sehingga kami pun merasa bangga disapa sosok inspiratif ini. Founder Day 2018, mungkin itu terakhir kali saya melihat sosoknya berdiri di depan perwakilan karyawannya yang tersebar di seluruh Indonesia. Beliau seakan tidak pernah bosan memberikan kami semangat dan menanamkan jiwa entrepreneur. Masih teringat saat itu Pak Ci memberikan teka-teki ‘bagaimana mendirikan sebuah telur’ dan konon hanya yang berjiwa entrepreneur dapat memecahkan teka-teki tersebut. Itulah sepenggal ingatan saya akan Ir. Ciputra.
Sebagai salah satu media properti di bawah Grup Ciputra tidak terhitung berapa banyak Majalah Home Living maupun Tabloid Bintang Home menulis proyek atau sosok di balik Grup Ciputra. Tetapi kali ini berbeda, setelah ‘ngoprek-ngoprek’ file Majalah Home Living, saya ingin memposting salah satu artikel mengenai sosok Ir. Ciputra dan Grup Ciputra yang pernah Majalah Home Living tulis. Artikel ini ditulis oleh Adon Amrin dan pernah tayang di Majalah Home Living edisi 100/2018. Mengapa artikel ini paling berkesan sehingga saya posting kembali? Karena inilah terakhir kalinya kami di Majalah Home Living menulis tentang beliau sebelum akhirnya majalah ini benar-benar tutup.
Pak Ci meskipun Majalah Home Living sudah tidak terbit lagi, ijinkan saya menulis sosokmu di blog pribadi ini. Seperti kata yang selalu kau ucapkan ‘semangat’ saya tidak akan berhenti menulis. Hanya dengan tulisan inilah saya mengenangmu dan menyimpan semangat yang selalu kau tanamkan setiap bertemu. Rest in Peace, You’ll be Missed Sir. Salam hormat dari saya.
Contents
Ciputra, Visi Besar Sang Entrepreneur
Sejarah properti Indonesia tidak bisa bisa dilepaskan dari nama Ciputra. Arsitek lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1960 ini adalah ketua pertama dan pendiri Real Estate Indonesia (REI), yang pada tahun 1972 menekankan pentingnya peran swasta dalam membantu pemerintah menyediakan perumahan bagi rakyat. Kota satelit Bintaro dan kawasan elit Pondok Indah adalah gebrakan besarnya bagi perkembangan properti di Indonesia.

Ciputra bersama Soekarno saat pemancangan tiang pusat perbelanjaan modern pertama, Sarinah, di jalan Thamrin. (Foto: Dok. Majalah Home Living)
Ciputra dikenal sebagai pelari semasa bersekolah di Gorontalo dan Manado. Bahkan ia dikirim ke PON ke-2 di Jakarta, mewakili Provinsi Sulawesi Utara. “Waktu di PON, saya hanya sampai final karena waktu itu saya masih merasa mabuk laut karena tidurnya di dek kapal dan makannya pun kurang berkualitas,” kenang Ciputra. Perjalanan kedua kalinya ke tanah Jawa adalah ketika ia diterima sebagai mahasiswa arsitektur di ITB. Bangunan-bangunan kolonial dan di bandung benar-benar berkesan bagi dirinya yang memang sejak kecil ingin jadi arsitek.
Ciputra kembali ‘berlari’ di Bandung. Baru dua tahun kuliah, bersama dua orang rekannya, Indra Brasali dan Ismail Sofyan, ia membuka biro arsitek bernama CV Daya Tjipta. Bersama kedua sahabatnya ini pula Ciputra kemudian mendirikan Metropolitan Development yang menggarap Pondok Indah pada era 1970-1980 an.
Peran awal Ciputra pada wajah Jakarta adalah proyek pemugaran pasar Senen bersama dengan Pemprov Jakarta pada tahun 1960-an dan proyek Taman Impian Jaya Ancol yang dengan cepat jadi primadona baru warga Jakarta pada pertengahan 1980-an. Melalui (Pembangunan) Jaya, Ciputra juga membangun perumahan sederhana bernama Pondok Karya.
