VIVATALK: Surat Kepada Calon Suamiku, Aku Ingin Berdaya

vivatalk

NININMENULIS.COM – “Cari pasangan yang mendukung kesetaraan gender,” saran Dr. Sri Danti Anwar seorang Pakar Gender di acara VIVATALK yang kata-katanya terus terngiang di telinga aku hingga kini. Jika selama ini setiap ditanya kriteria calon suami seperti apa, dan aku selalu menjawab yang baik, bertanggungjawab, dan setia, sepertinya sekarang cukup satu yakni yang mendukung kesetaraan gender.

Bukan. Sebagai perempuan aku bukan ingin mendominasi di atas nama kesetaraan gender. Aku hanya ingin berdaya untuk kemajuan aku, kamu, dan juga negara ini. Hingga kini setiap berkata gender aku selalu teringat akan sosok RA Kartini dan surat-suratnya yang dibukukan dalam Habis Gelap Terbilah Terang. Terinspirasi dengan sosok RA Kartini, aku juga ingin menulis sebuah surat. Surat kepada calon suamiku.

Kepada calon suamiku,
Sedari kecil kita sama-sama mengetahui setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Kita pun pernah membaca di buku sejarah tentang peristiwa yang terjadi di tanggal 22 Desember 1928 lalu. Pada saat itu ada sebuah Kongres Perempuan Indonesia yang pertama kalinya digelar di Indonesia. Kongres yang layak diukir dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia karena melibatkan 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Tetapi itu dulu, 91 tahun yang lalu. Apakah perempuan sudah mendapatkan haknya? Masih relevankah di era digital seperti saat ini?

Kepada calon suamiku,
Kamu pasti masih ingat curhatan aku saat dikatakan ‘cewek panggilan’ ketika pulang malam atau saat beberapa laki-laki tidak perduli dia lajang atau sudah menikah ‘menawarkan dirinya’ menikahiku dengan alasan menyelamatkan aku dari kesesatan saat mereka melihat aku memakai legging ketika hendak berangkat mengajar yoga? Padahal sebagai blogger, freelancer yang juga instruktur yoga, waktu kerjaku bisa kapan saja. Seakan tidak guna aku menjelaskan semua profesi tersebut kepada mereka. Ini menyadarkan aku bahwa kita masih hidup di lingkungan yang tradisional juga patriaki. Lingkungan yang menempatkan laki-laki pemilik otoritas moral dan hak sosial tertinggi.

perempuan berdaya, indonesia maju

Dr. Sri Danti Anwar (Pakar Gender) dan Eko Bambang Subiantoro (Chief of Research at Polmark dan Aliansi Laki-laki Baru)

Kepada calon suamiku,
Hari Selasa tanggal 3 Desember 2019 lalu, aku menghadiri VIVATALK, Perempuan Berdaya Indonesia Maju, Perempuan di Era Digital di Hotel Millenium, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di sana aku banyak belajar bagaimana menjadi Perempuan di Era Digital dari para pakarnya. Kamu tahu siapa saja pakar yang hadir saat itu dan mengubah cara pandangku? Ada Dr. Sri Danti Anwar (Pakar Gender), Eko Bambang Subiantoro (Chief of Research at Polmark dan Aliansi Laki-laki Baru), dan Diajeng Lestari (Founder Hijup) yang berbagi inspirasi kesuksesannya mengembangkan brand Hijup.

Diajeng Lestari pun tidak lupa menjelaskan dengan bersemangat akan ayat Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 228 yang kesimpulannya bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan di luar dari kodratnya masing-masing. Masya Allah cantik dan solehanya ia. Calon Suamiku doakan aku juga bertambah soleha ya. Oiya, VIVATALK ini juga dimoderatori oleh Anna Thealita, news achor TV One loh.

perempuan berdaya indonesia maju

Diajeng Lestari (Founder Hijup)

Kepada calon suamiku,
Apakah kamu tahu bahwa perempuan menyumbang 12 triliun USD peningkatan PDM (domestic bruto) dalam ekonomi makro? Jujur, aku juga baru tahu saat Indragunawan yang mewakili Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati memberikan sambutannya sebelum VIVATALK dimulai. Ini angka yang sangat besar dan menunjukan betapa perempuan pun dapat berdaya.

Calon suamiku, bukti perempuan berdaya bukan hanya itu saja loh. Sebuah data dari BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2017 mencatat tenaga kerja perempuan yang mendominasi sektor ekonomi kreatif mengalami kenaikan dari 52,33% pada 2011 menjadi 55,74% di 2016, dan partisipasi angkatan kerja perempuan 37,16%. Aku ingin menjadi salah satu di dalam data tersebut. Aku ingin berdaya.

Kepada calon suamiku,
Tidak perduli apa kata orang akan definisi maskulinitas dari segi fisik sebatas tampan dan kekar. Aku hanya membutuhkan calon suami maskulin yang penuh kasih sayang dan tidak kasar. Iya itu kamu, calon suamiku. Dr. Sri Danti Anwar pun mengingatkan aku akan kodrat perempuan yang tidak bisa dirubah seperti hamil, melahirkan, dan menyusui tetapi di luar itu kita memiliki hak dan kewajiban yang sama.

Kepada calon suamiku,
Aku ingin berdaya. Tetapi aku tidak bisa tanpa dukunganmu. Apalah aku bila diperlakukan hanya sebatas urusan kasur, dapur, dan sumur. Aku ingin lebih dari itu, aku ingin berdaya bersama-sama dengan dirimu, untuk itulah aku minta beberapa persetujuanmu seperti yang disarankan Eko Bambang Subiantoro saat VIVATALK, Perempuan Berdaya Indonesia Maju, Perempuan di Era Digital.

  • Keterbukaan kamu pada kemajuan teknologi tentu dapat membuat aku lebih berdaya.

  • Sebagai laki-laki, aku meminta dirimu mengurangi previlege yang telah melekat selama ini seperti laki-laki harus mencari nafkah. Untuk urusan itu kita akan sama-sama, sama-sama berdaya dan sama-sama menjadi mahluk sosial. Aku akan memberikanmu kesempatan melakukan pekerjaan rumah tangga yang kamu sukai tanpa sedikit pun memandang rendah atau mengecilkan dirimu.

  • Dukung aku dan jangan pernah bosan saat lingkungan kita yang masih tradisonal ini menganggap aneh kehadiran perempuan berdaya.

  • Percayalah, jika kita berusaha, insya Allah peraturan yang berlaku tidak akan mematikan kreativitas aku untuk berdaya.

perempuan di era digital

Bersama teman-teman blogger di VIVATALK: Perempuan Berdaya Indonesia maju, Perempuan di Era Digital

Kepada calon suamiku,
Kongres Perempuan Indonesia pertama sudah 91 tahun lalu tetapi hingga kini masih ada perempuan yang dibatasi kreativitasnya, karena aku tahu kesetaraan gender bukan hal yang mudah untuk diterima. Untuk itu kita akan sama-sama belajar, sama-sama mendukung, dan sama-sama berdaya. Ayo calon suamiku, aku yakin kita bisa!

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

Leave a Reply