NININMENULIS.COM – Hai readers, sekarang aku mau sharing cerita tentang Jocelyn dan hobinya ya. Kalau kamu belum tahu tentang siapa Jocelyn, bisa cek akun instagramnya di @kannakeramik. Di akun ini kamu bisa menemukan berbagai produk keramik, mulai dari mug, teapot, vas, piring, dan lain sebagainya. Yups, Jocelyn adalah orang kreatif di balik nama Kanna Keramik. Selain menampilkan produk keramiknya, Jocelyn pun kerap mengadakan pottery workshop yang banyak diapresiasi para penyuka keramik. Ingin tahu apa saja yang sudah di kerjakan Jocelyn? Kita ghibahin sedikit yuks karyanya.
“Pekerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar.” Apakah kamu setuju tidak dengan pernyataan tersebut? Membayangkan kalau hobi yang kamu kerjakan dan sukai menghasilkan sesuatu dan diapresiasi khalayak ramai tentu menjadi impian banget, iya nggak sih? Memang sih tidak banya orang yang dapat menjadikan hobi sebagai profesi yang disukainya, namun Jocelyn mampu melakukannya dan sukses.
Berawal dari keisengan, begitu aku menyebut apa yang dikerjakan Jocelyn. Melalui percakapan via gawai saat itu Jocelyn yang bertempat tinggal di Bandung bercerita ke aku. Jocelyn bercerita masa-masa pertama kali ia terjun ke dunia pembuatan keramik. “Sebagai penyuka seni, awalnya aku iseng belajar membuat keramik saat di 2016,” buka Jocelyn mengawali ceritanya. Di tahun 2016, Jocelyn yang memang memiliki passion di dunia seni mengikuti sebuah pottery workshop yang diadakan Fabelio, sebuah showroom furnitur dan aksesori yang berada di Panglima Polim, Jakarta Selatan. “Sejak itu membuat keramik menjadi hobi yang menyenangkan dan tekun aku kerjakan,” sambungnya. Setelah belajar dari salah satu pottery workshop, Jocelyn terus mengasah kemampuan pottery-nya meski sempat pergi dan tinggal ke Negeri Sakura.
Hobi membuat keramik ini rupanya nggak berhenti ia kerjakan meskipun ia harus menyelesaikan sekolah S2 nya di Jepang. Justru Jocelyn semakin memperdalam teknik pottery yang ia miliki di Negeri Sakura ini. “Setiap akhir pekan, saya selalu menghabiskan waktu dengan membuat keramik,” kata Jocelyn. Sehingga nggak heran, sepulangnya dari Jepang pada 2018, permintaan akan keramik hasil karyanya untuk coffee shop dan cafe pun semakin banyak berdatangan.
Jocelyn pun semakin yakin bahwa ia memiliki hoki akan hobinya ini dan serius menjadikannya sebagai profesi. “Dalam 24 jam, waktu kita paling banyak dilakukan untuk bekerja. Jika mengejar materi saja tetapi nggak happy yang ada malah stres dan tertekan, salah-salah malah sakit. Karena itu aku memilih profesi yang membua happy ketika mengerjakannya,” tutur Jocelyn.
Salah satu bukti keseriusan Jocelyn dalam membuat keramik yakni memberikan nama sebagai brand produk keramik buatannya, dan ia memilih Kanna. Mengapa Kanna? Ternyata ada alasan yang nggak sengaja di balik nama Kanna sendiri. Dalam dunia pottery di Jepang, nama Kanna memang dikenal sebagai salah satu alat pemotong keramik. Namun ternyata ada alasan lain di balik nama Kanna. Sebagai orang Sunda, Kanna bagi Jocelyn juga berarti sebutan lain dari ‘kunaon’ yang memiliki arti mengapa. “Jika sedang berbicara, saya sering menyebut ‘kunaon’ dengan ‘kannanaon’ saat bertanya mengapa?” lanjut Jocelyn sembari tertawa menceritakan alasan di balik nama Kanna.
Untuk dapat menciptakan desain-desain menarik untuk keramiknya, Jocelyn rajin mengeksplor dari bentuk-bentuk yang sudah ada. “Banyaknya desain pottery di media sosial yang sebenarnya membuat pengrajin nggak akan kesulitan lagi dalam menggali ide desain yang ada. Tentu saja ide-ide desain yang didapat harus dikembangkan lagi, bukan menconteknya,” ujar Jocelyn. Banyaknya desain yang asal mencontek ini sangat disesalkan oleh Jocelyn. Baginya ini yang membuat dunia pottery terkadang nggak dihargai keindahannya.
Semua produk Kanna Keramik yang dikerjakan langsung oleh tangan Jocelyn, mulai dari bahan mentah hingga menjadi keramik cantik yang siap digunakan. Tentunya ini membutuhkan proses yang nggak sebentar. “Banyak yang membandingkan Kanna Keramik dengan keramik mass product yang diproduksi menggunakan mesin dalam jumlah banyak dan desain yang seragam,” sesalnya. Nggak jarang Jocelyn menemukan customer yang tidak sabar menunggu keramik pesanannya kelar. “Idealnya membutuhkan waktu sebulan untuk menghasilkan keramik handmade dengan desain yang eksklusif. Untuk proses pengeringan keramik membutuhkan waktu seminggu, belum lagi tahapan lainnya,” imbuh Jocelyn sembari menjelaskan proses pembuatan Kanna Keramik mulai dari pengolahan bahan baku, pembentukan, pengeringan, pembakaran, hingga pengglasiran.
Semua proses tahapan pengerjaan Kanna Keramik dilakukan dengan penuh perasaan dan kehati-hatian. Itulah mengapa untuk produk keramik handmade seperti Kanna Keramik, Jocelyn memberikan saran, “jangan menggosoknya terlalu keras dan selalu hindarkan dari debu!” Kalau kamu tertarik untuk memiliki hasil karya Jocelyn, bisa mendapatkan semua produk Kanna Keramik melalui Instagram dan juga Whatsapp. Selain membelinya, kamu juga dapat mengikuti Pottery Workshop yang diadakan Jocelyn sebagai wujud cintanya kepada dunia pottery. Terakhir kali, ia mengadakan Pottery Nerikomi-Pattern Workshop di De Ritz Building Menteng, Jakarta Pusat.
Dalam workshop ini, Jocelyn akan ngajarin kamu bagaimana membuat keramik melalui teknik dasar pembuatan tangan dengan hasil yang rapi. Dalam setiap workshop-nya, Jocelyn memang membagikan hal-hal yang mudah dilakukan agar semua orang gemar membuat keramik untuk mengasah sensoriknya akan rasa seni. “Kalau diberi teknik yang sulit nanti mereka kapok malah nggak menyukai keramik, yang ada dosa saya nanti,” canda Jocelyn yang mengatakan kalau workshop yang diadakannya juga merupakan salah satu bentuk keisengannya untuk berbagi. Besarnya animo peserta yang mengikuti workshop-nya membuat Jocelyn optimis kalau keramik handmade akan semakin diapresiasi dan rencananya ia akan rutin mengadakan pottery workshop kembali. Kamu tertarik ikut? Tunggu saja info yang Jocelyn bagikan di Instagram @kannakeramik ya!
Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast
View all posts by Ninin Rahayu Sari