NININMENULIS.COM – Buku Ronggeng Dukuh Paruk, nama buku ini. Meskipun sudah diterbitkan sejak 2003, akhirnya baru sekarang aku membaca buku yang ditulis oleh Ahmad Tohari ini. Terlambat yess? Menurut aku tidak ada kata terlambat untuk membaca. Sebenarnya aku sudah tertarik ingin membaca buku ini sejak menonton film Sang Penari di 2011. Tidak etis rasanya bila aku mereview atau membandingkan antara buku Ronggeng Dukuh Paruk dengan film Sang Penari, karena keduanya dua karya yang berbeda dan keduanya berhak diapresiasi. Jadi di sini aku akan mereview buku Ronggeng Dukuh Paruk berdasarkan apa yang telah aku baca yess.
Dalam hidup ini orang harus nrimo pandum; ikhlas menerima jatah, jatah yang manis atau jatah yang getir (hlm. 141)
Buku Ronggeng Dukuh Paruk terdiri dari tiga bagian yaitu Ronggeng Dukuh Parik, Lintang Kemukus Dinihari, dan Jentera Bianglala. Pada Ronggeng Dukuh Paruk mengisahkan tentang perjalanan Srintil dari awal dan selama menjadi ronggeng. Sedangkan pada Lintang Kemukus Dinihari mengisahkan perihal Rasus yang menjadi tentara dan soal datangnya komunis ke Dukuh Paruk. Untuk bagian Jentera Bianglala mengisahkan tentang Srintil yang bekas tahanan ingin menjadi ibu rumah tangga.
Sampul buku Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari
Cerita Ronggeng Dukuh Paruk mengenai Srintil yang membuktikan dirinya terlahir menjadi seorang ronggeng. Meskipun dalam tradisi seorang ronggeng tidak boleh berhubungan dengan seorang lelaki, namun ternyata Srintil tidak bisa melupakan Rasus. Ketika Rasus menghilang dari Dukuh Paruk, jiwa Srintil terkoyak. Srintil tidak bisa menerima keadaan ini, dan berontak dengan caranya sendiri. Sikap ini menjadi penentu dalam pertumbuhan kepribadiannya. Dia tegar dan berani melangkahi ketentuan-ketentuan yang telah lama mengakar dalam dunia peronggengan, terutama dalam masalah hubungan antara seorang ronggeng dengan dukunnya.
Sebagai penulis Ahmad Tohari menggambarkan suasana Dukuh Paruk dengan detail yang tampak sederhana. Saat membaca setiap halaman buku Ronggeng Dukuh Paruk, aku merasa bahwa Dukuh Paruk memang benar-benar ada dan bukan hanya karangan milik Ahmad Tohari. Penceritaan kehidupan ronggeng di Dukuh Paruk pun sangat jelas, mulai dari Srintil yang baru memasuki dunia ronggeng, hingga pengalamannya melakukan segala macam ritual sebelum menjadi ronggeng dan hingga menjadi ronggeng.
Jiwa yang sudah mampu tersenyum dan tertawa adalah jiwa yang mulai menangkap makna kebetahan hidup (hlm. 284)
Dari seluruhnya, aku paling tertarik dengan tragedi 1965 yang disisipkan di dalam cerita Ronggeng Dukuh Paruk ini. Ada keprihatinan yang hadir saat melihat peristiwa itu terjadi di Dukuh Paruk. Kebodohan dan kemelaratan Dukuh Paruk membuat orang-orangnya terjebak dalam organisasi komunis tanpa diketahuinya. Juga penggambaran suasana yang benar-benar pada zamannya cukup membuat imajinasi aku bermain mengikuti alur cerita. Tembang-tembang ronggeng atau lagu yang dinyanyikan anak-anak juga turut melengkapi buku ini.
Ahmad Tohari tidak pernah melepaskan diri dari pengalaman hidup kedesaannya. Maka hampir semua karyanya adalah lapisan bawah dengan latar alam. Beliau memiliki kesadaran dan wawasan alam yang begitu jelas terlihat pada tulisan-tulisannya. Seperti halnya Ahmad Tohari, aku pun lebih menyukai suasana desa dibandingkan gemerlapnya ibukota. Bagi aku, di desa lebih tenang dan kita dapat lebih dekat dengan yang menciptakan bumi
Menyerah kepada kunci waktu adalah kelemahan dan keputusasaan yang harus dibuang jauh (hlm. 277)
Buku-buku karya Ahmad Tohari mayoritas memiliki kompleksitas dalam tema dasar yang dibawakan. Bukan sekedar kisah yang berjalan lurus.
Bekisar merah serta buku buku lain dari ahmad Tohari sungguh menginspirasi seperti buku yang satu ini. Kalo gak salah ronggeng dukuh paruk ini dijadikan film dengan judul sang penari kan ya mbak?
bener kak, buku2nya menambah perbendaharaan wawasan bgt… iyaa film sang penari kak