Philips UV-C Air Disinfection, Mencegah Penularan Kuman dan Virus Melalui Udara

philips uv-c air disinfection

NININMENULIS.COM – Seberapa sering kalian mengunjungi fasilitas kesehatan beberapa waktu ini? Meskipun berfungsi sebagai fasilitas kesehatan, namun justru di tempat seperti inilah kuman dan virus paling banyak beredar. Bayangkan penyakit infeksi yang ditularkan virus dan kuman dari satu pasien dapat dengan mudah menular ke pasien lain jika tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian melalui desinfeksi udara.

“Alhamdulillah, sejak COVID-19 mereda, kami sekeluarga sudah jarang mengunjungi rumah sakit. Sebisa mungkin kami sekeluarga menjaga kesehatan, agar tidak perlu mengunjungi rumah sakit,” cerita Meisya Siregar, Public Figur yang juga seorang Ibu dari tiga orang anak yang menjadi salah satu narasumber Signify Thought Leadership Forum yang diadakan di The Terrace, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa (25/10) lalu.

Thought Leadership Forum merupakan forum diskusi yang diadakan Signify Indonesia (Philips Lighting) untuk membahas topik terkait hal-hal untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Dalam setiap forum diskusinya, Signify Indonesia mengundang para ahli yang kompeten di bidangnya masing-masing untuk memberikan informasi yang patut diketahui oleh masyarakat luas.

Dalam Thought Leadership Forum kali ini yang mengangkat tema ‘UV-C Air Disinfection: Mencegah dan Mengendalikan Risiko Infeksi yang Ditularkan Melalui Udara di Fasilitas Pelayanan Kesehatan’, selain Meisya Siregar, dihadirkan juga Wibawa Jati Kusuma (Chief Commercial Operation Signify Indonesia), dr. Cahyarini, Sp.MK (K) (Perwakilan PERDALIN Pusat/Indonesian Society of Infection Control (INASIC)), dr. Jaka Pradipta, Sp.P (Dokter Spesialis Paru), dan Lea Kartika Indra (Head of Public & Government Affairs Signify Indonesia).

Risiko Penularan Kuman dan Virus di Fasilitas Kesehatan

Apakah kalian tahu berapa besar risiko penularan kuman dan virus di fasilitas kesehatan? Risiko infeksi di fasilitas kesehatan atau lebih dikenal dengan Healthcare Associated Infections (HAIs) mulai menimbulkan kekhawatiran dunia. Lihat saja data yang dilakukan WHO, infeksi tertinggi sejumlah 11,8 persen di wilayah Mediterania Timur, diikuti Asia Tenggara termasuk Indonesia sebesar 10 persen.

philips uv-c air disinfection
Lea Kartika Indra, Wibawa Jati Kusuma, dr. Cahyarini, Sp.MK (K), dr. Jaka Pradipta, Sp.P, dan Meisya Siregar (Ki-Ka)

“Sebagai fasilitas kesehatan, rumah sakit menjadi rujukan bagi masyarakat yang ingin sembuh dari penyakit, namun, tanpa disadari kemungkinan mereka yang tinggal, bekerja, atau berkunjung memiliki risiko untuk terpapar infeksi,” tutur dr. Jaka, Dokter Spesialis Paru.

Ada banyak komponen di lingkungan fasilitas kesehatan yang berisiko terhadap HAIs, termasuk desain fasilitas bangsal perawatan dan ruang operasi, kualitas udara, pasokan air, makanan, dan penanganan limbah medis termasuk jasa cuci. Infeksi-infeksi ini paling sering disebabkan oleh bakteri, virus, dan mikroorganisme yang diperoleh dari kunjungan ke fasilitas kesehatan.

“Kalau saya nyebutnya makhluk halus karena sangat halus dan kecil sekali sehingga tak kasat mata. bentuk kuman bermacam-macam. Bakteri sendiri ada yang bulat ada pula yang spiral dan sebagainya. Virus juga memiliki bentuk yang bermacam-macam dan ukuran yang sangat kecil. Kalau sekarang virus yang terkenal itu SARS-Cov2 penyebab COVID-19 yang bentuknya seperti bola dengan spike di sekeliling tubuhnya,” ujar dr. Cahyarini Dwiatmo, Perwakilan PERDALIN Pusat/Indonesian Society of Infection Control (INASIC) yang akrab disapa dr. Rini.

Sejatinya, kuman adalah makhluk yang paling primitif. Tempat hidupnya adalah di seluruh tempat yang kita tempati juga. Namun, tidak semua kuman perlu dimusnahkan, karena sebagian kuman adalah penjaga tubuh. “Tempat tinggal kuman yang paling baik adalah di tubuh kita. Kenapa? Karena tubuh kita hangat. Sama seperti kita, kuman juga butuh kehangatan, air, udara, dan juga kasih sayang,” tambah dr. Rini.

Adanya kuman di tubuh manusia adalah hal yang normal. justru jika tak ada kuman maka manusia akan mudah sakit. Namun tidak sedikit kuman dianggap negatif karena dapat menyebabkan penyakit yang merugikan seperti tuberkulosis, influenza, measles (campak), mumps (gondok), varicella (cacar), dan COVID-19. Dan kebanyakan penyakit-penyakit ini ditularkan melalui udara, seperti yang kita kenal dengan istilah airborne dan droplet.

Droplet didefinisikan sebagai percikan ludah dengan ukuran lebih dari 5 mikron yang keluar ketika berbicara, bernyanyi, atau bersin. Ukuran yang besar ini membuat droplet bisa jatuh ke permukaan benda-benda. Sedangkan, yang ukurannya lebih kecil dari 5 mikron maka dia akan melayang-layang di udara. Kuman inilah yang jika terkena angin akan terbawa ke orang-orang sekitar yang menghirupnya. Selain penularan melalui udara, dikenal juga istilah virosols, dimana penularan melalui tindakan medis, misalnya nebulizer.

philips uv-c air disinfection
UVGI atau alat sterilisasi Philips UV-C Air Disinfection Cleaner di dalam ruangan (Foto Dok. Signify)

Upaya pencegahan dan pengendalian HAIs melalui udara telah dilakukan sebagai bagian dari protokol kesehatan dan standar operasional prosedur di rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan yang beroperasi dengan menggunakan Ultraviolet Germicidal Irradiation (UVGI) atau alat sterilisasi udara.

Pemakaian sinar Ultraviolet (UV) pertama kali digunakan pada 1892 saat merebaknya Bacillus Anthracis, setelah itu pengaplikasian UV mulai ke fasilitas lain seperti sekolah, industri, dan rumah sakit. Sinar UV memiliki tiga jenis, UV-A, UV-B, dan UV-C. Dari ketiga jenis sinar UV ini, UV-C memiliki panjang gelombang paling pendek yaitu antara 100-280 nanometer. Karena itulah di panjang gelombang 265 nanometer, UV-C terbukti dapat mengendalikan bakteri, virus, dan jamur.

Tetapi yang patut diingat semakin pendek gelombang UV akan semakin berbahaya untuk kesehatan. Sebab itu pastikan produk UVGI atau alat sterilisasi udara yang digunakan memiliki lisensi sesuai standar, seperti Philips UV-C Air Disinfection.

“Dengan kepemimpinan dan pengalaman Signify dalam teknologi UV-C, kami menghadirkan metode efektif untuk mengurangi penyebaran penyakit melalui udara, seperti COVID-19, influenza, TBC, dan lainnya. Solusi UV-C Air Disinfection kami dilengkapi dengan perlindungan tambahan yang memungkinkan orang untuk melanjutkan aktivitas mereka saat perangkat bekerja,” kata Dedy Bagus Pramono, Country Leader Signify Indonesia.

Rangkaian Philips UV-C Air Disinfection

Sebagai perusahaan yang terdepan dalam hal teknologi UV, Signify telah lebih dari 40 tahun memiliki rekam jejak yang terbukti memberikan solusi desinfeksi UV-C yang inovatif. Pencahayaan UV-C Signify dirancang dengan tepat, diproduksi menggunakan proses industri yang terkontrol, terpasang, dan dioperasikan sesuai dengan instruksi keselamatan masing-masing produk.

Seluruh produk Philips UV-C juga sudah mendapatkan sertifikasi bebas ozon dan bebas kebocoran sinar UV-C, serta mengikuti standar keselamatan IEC 60335. Rangkaian seri Philips UV-C Disinfection yang saat ini hadir dan banyak digunakan, yaitu:

Philips UV-C Disinfection Upper Air

philips uv-c air disinfection
Philips UV-C Disinfection Upper Air (Foto Dok. Signify)

Seri UV-C Disinfection ini terdiri dari Philips UV-C Disinfection Upper Air untuk pemasangan di plafon, dan Philips UV-C Disinfection Upper Air yang dipasang di dinding. Luminer UV-C Disinfection Upper Air dipasang pada ketinggian minimal 2,3 meter, dikombinasikan dengan pelindung dan optik, sehingga memastikan orang tetap dapat terus bekerja di bagian bawah ruangan sementara perangkat mendesinfeksi udara di sana.

Penelitian terbaru oleh Innovative Bioanalysis telah membuktikan efektivitas luminer Philips UV-C Desinfeksi Upper Air yang dipasang di dinding dapat menonaktifkan 99,99 persen virus SARS-Cov2 di udara ruangan dalam waktu 10 menit, sementara pada menit ke-20, virus berada di bawah tingkat yang dapat dideteksi

Philips UV-C Disinfection Air Unit

philips uv-c air disinfection
Philips UV-C Disinfection Air Unit (Foto Dok. Signify)

Philips UV-C Disinfection Air Unit dirancang untuk desinfeksi udara dengan desain portabel yang diletakkan pada lantai. UV-C Disinfection Air Unit ini dapat mendesinfeksi hingga 90 persen mikroorganisme dalam ruangan seluas 80 meter kubik hanya dalam 2 jam dan memiliki cakupan sirkulasi 28 meter kubik. Di bagian dalamnya, lampu UV-C secara efektif menonaktifkan virus, bakteri, dan mikroorganisme, yang dilengkapi dengan material pelindung untuk mengunci sinar UV-C di dalam perangkat.

Dengan desain yang modern, kuat, dan minimalis UV-C Disinfection Air Unit akan menghasilkan sinar UV-C yang terkontrol dengan baik karena terbuat dari bahan plastik anti-UV. Perangkat beroda ini memiliki tinggi 79 centimeter dan diameter 36 centimeter, sehingga mudah untuk dipindahkan tempatkan, selain mudah digunakan diberbagai tempat, seperti di fasilitas kesehatan, kantor, toko ritel, sekolah, hingga kamar hotel. UV-C Disinfection Air Unit juga digunakan saat orang berada di sekitarnya sehingga operasi bisnis dapat berlanjut tanpa terganggu.

Philips UV-C Air Disinfection Cleaner

philips uv-c air disinfection
Philips UV-C Air Disinfection Cleaner (Foto Dok. Signify)

Philips UV-C Air Disinfection Cleaner merupakan jenis desinfeksi udara yang paling mudah digunakan di rumah tinggal. Hanya dengan mencolokkan dan menyalakan, perangkat akan beroperasi. Pembersih udara desinfeksi ini dilengkapi dengan lampu UV-C di dalam perangkat, yang mendesinfeksi udara di dalam ruangan dalam beberapa jam. Karena sinar UV-C terkurung di dalam perangkat, tidak ada yang perlu meninggalkan ruangan saat perangkat menyala. Perangkat ini dirancang untuk digunakan di sekitar orang, hewan peliharaan, dan tumbuhan.

Philips UV-C Disinfection Air Cleaner memiliki desain yang praktis, portabel, dan stylish, cocok untuk semua jenis ruangan. UV-C Disinfection Air Cleaner juga dilengkapi dengan fungsi pengatur waktu yang secara otomatis mematikan perangkat setelah waktu yang ditentukan berlalu. Selain itu, mode senyap pada Philips UV-C Disinfection Air Cleaner memastikan suara senyap tidak mengganggu saat kita membutuhkan suasana hening.

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

Leave a Reply