Masa liburan sudah di depan mata. Setelah hampir 10 bulan di rumah saja akibat pandemi, pasti timbul keinginan untuk berlibur meskipun tidak harus keluar kota. Mengisi liburan anak di masa pandemi seperti sekarang memang tidak mudah. Bagaimana caranya agar anak tetap dapat terhibur, senang, dapat menambah wawasannya, namun tetap aman aman dari paparan COVID-19. Coba isi liburan anak dengan menyaksikan Kisah Antah-beranta di Museum MACAN.
Tag: KARYA SENI
Ngulik 4 Karya Seni dari 4 Perupa yang saat ini karyanya dipamerkan di Museum Macan. Berhubung PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar masih diberlakukan, yuk kita tengok 4 karya seni untuk mengobati kerinduan kita untuk menyaksikan pameran seni secara langsung. Ke-empat karya tersebut yakni lukisan Ngaso karya Sudjojono, Map of Bali karya Miguel Covarrubias, ASEAN+3 oleh Yukinori Yanagi, dan lukisan Lingga–Yoni yang dibuat oleh Arahmaiani. Yuk kita kulik satu persatu.
Museum Macan bisa menjadi tempat tujuan pertama bagi penikmat seni kontemporer. Met Studio telah berpengalaman lebih dari 30 tahun merancang proyek-proyek museum, bangunan eksibisi, pusat pameran, dan lain sebagainya. Beberapa karyanya antara lain The Natural History Museum, The Royal Air Force Museum, dan The Wildfowl and Wetland Trust.
Salah satu seniman kontemporer yang wajib ditengok karyanya yakni I Nyoman Masriadi. Seniman kelahiran Gianyar Bali yang tinggal di Yogyakarta ini digadang-gadang menjadi pelukis yang karyanya paling mahal setelah Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdullah, dan Hendra Gunawan. “Karya-karya Masriadi dapat terjual hingga satu juta dollar Amerika atau setara dengan 13 miliar rupiah di balai lelang Sotheby Hongkong,” ujar Nina Hidayat, Communication Officer Museum Macan. Di Museum Macan sendiri pernah memamerkan tiga karya lukis kontemporer Masriadi, yakni Run Until You Burn, Juling (Cross Eyed), dan Bantal Guling di atas Sofa. Tema satir dan penuh kritik masih menjadi benang merah dari lukisannya.