Petualangan Bhin Bhin, Atung, Dan Kaka

NININMENULIS.COM – Bhin Bhin, Atung, dan Kaka. Pasti nama ketiga maskot Asian Games 2018 ini sudah tidak asing lagi. Tetapi ini bukan cerita tentang mereka, ini cerita saya, Mbak Sinta, dan Pipit. Bukan juga cerita kita bertiga yang sebagai Trio Kaka. Karena hanya kita bertiga yang ada di hari itu, seperti Bhin Bhin, Atung dan Kaka. Petualangan kita bertiga bukan sesuatu yang besar, hanya berkunjung dari event besar ke event yang lebih besar yang ada di Jakarta saja. Yang membuat saya senang sekaligus bangga, pertualangan kita hanya berawal dari satu keinginan kecil. No itinerary.

Siang itu kita bertiga janjian di Stasiun Juanda untuk menuju Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Hari itu kita bertiga ingin mengunjungi pameran flora fauna terbesar atau Flona 2018. Bukan untuk membeli tanaman atau liputan seperti yang kita lakukan sebulan yang lalu, tapi untuk membeli mangga kembang. Ya, kita menyebutnya mangga kembang karena mangganya diiris-iris hingga berbentuk seperti bunga. Mangga? Iya hanya mangga doang. Saya hanya berpikir “lucu nih buat dimasukin ke sosial media”.

Flona 2018 ini sangat menarik dan tertata apalagi setelah area Lapangan Banteng di renovasi. Gerbang depannya saja sudah dibuat sedemikian colorful dari barang-barang bekas yang disusun sedemikian rupa. Gerbang yang sangat eye catching ini berukuran besar, namun sayang tertutup parkir mobil di depannya sehingga para pengguna jalan yang melintas tidak dapat melihat gerbang ini secara utuh.

Seperti tahun-tahun yang lalu, penataan di Flona 2018 pun tak berbeda jauh, sesuai zona wilayahnya. Masing-masing zona berhias menampilkan sesuatu yang unik dari daerahnya. Seperti saya, Mbak Sinta, dan Pipit, Anda dapat berfoto di masing-masing zona yang ada di sini. Oiya kita berfoto bersama abang dan none Jakarta pusat loh. Sebenarnya bukan kita yang minta foto sih, mereka yang menghampiri kita dan menawarkan foto (tuh kan lebih ngetop kita).

Tidak hanya melihat jenis tanaman unik, kita pun dapat mengeksplor suasana Lapangan Banteng terbaru. Keren. Itu kata yang tepat menggambarkan lapangan banteng saat ini. Sebuah amphitheater raksasa dengan patung pembebasan Irian Barat  di tengahnya. Capek berjalan-jalan kita sempat menikmati bakwan malang salah satu jajanan yang ada di dalam area Flona 2018. Sayangnya harga yang dibandrol di atas harga biasa, tidak sesuai dengan rasa yang kita dapatkan. Satu lagi yang tidak mungkin kita lupa yakni membeli mangga kembang. Mangga kembang dibandrol 20 ribu untuk satu buahnya. Bali sekilo 40 ribu tapi isinya Cuma dua. Sama aja sih.

Puas berkeliling event Flona 2018, kami melanjutkan mengunjungi es krim Italia Ragusa yang posisinya di belakang Masjid Istiqlal. Karena bukan backpacker sejati, kita pun memesan taksi online. Di tempat es krim legendaris sejak 1932 ini kita memesan menu yang berbeda, tetep sih maksudnya biar bisa dapat foto yang beda-beda. Saya memesan Tutty Fruty (tidak tau kenapa, ini yang paling saya suka), Mbak Sinta memesan Spageti es krim (karena udara panas sekali saat kita datang, sampai di meja kita sudah tidak berbentuk spageti sih), dan Pipit memesan Banana Split (yang menurut Pipit banananya sepet saat itu). Tidak lama kita di sini, karena kita sudah siap melanjutkan ke destinasi selanjutnya yakni Gelora Bung Karno (GBK) tempat di mana seharusnya Bhin Bhin, Atung, dan Kaka berada.

Jalan-jalan kali ini memang sangat random, keluar dari Ragusa es krim Italia, kita berniat naik busway menuju GBK, namun sekali lagi namun kita melihat bis tingkat gratis. Secara saya dan Mbak Sinta belum pernah naik bis tingkat gratis ini, norak dong kita berdua (Pipit pasrah). Tidak perduli si bis tidak sampai GBK kita tetap naik. Semanggat naik di atas dengan harapan mendapat suasana seperti bis tingkat di Belanda, alhasil kita bertiga meleleh kepanasan karena ac bis yang mati. Tetapi kita tidak turun, malah makin ketawa-tawa di dalam (di belakang serombongan anak ABG kalah heboh dong sama kita). Mungkin sepait apapun kondisinya selalu kita nikmatin, kalau tidak dikeluarin paksa mungkin kita tidak keluar-keluar. (Bagi yang ngerti, ini bukan curhat ya). Tapi kita dikeluarin bukan karena berisik, karena bisnya trouble hingga acnya mati. Kita bertiga dan penumpang lainnya pun diturunin di Monas.

Sembari menunggu bis tingkat gratis berikutnya, kita tidak tidak mensia-siakan momen. Kita malah foto-fotoan di depan Monas. (Kita tuh emang begitu, di keluarin paksa aja masih bisa menikmati dan girang).

Ternyata nunggu bis tingkat berikutnya itu lama saudara-saudara, dan kita bertiga sudah lelah foto-fotoan. Akhirnya (lagi-lagi) pesan taksi online untuk menuju ke GBK. Jangan ditanya kondisi lalu lintas menuju GBK, ya sudah pasti macet.

Untuk diketahui, kita bukan para seporter olahraga, kehadiran kita hanya ingin menikmati suasana dan semangat Asian Games di GBK saja. Untuk masuk ke dalam kita harus membeli tiket festival seharga 10 ribu rupiah. Masuk ke dalam saja, kita bertiga langsung girang dan heboh foto-fotoan. Di luar area pertandingan Asian Games, GBK dibagi menjadi tiga zona, zona Bhin Bhin, Zona Kaka, dan Zona Atung, yang jika ingin berkeliling di dalam GBK disediakan bis transjakarta. Masing masing zona berisikan berbagai macam tenan, mulai dari makanan, bank, souvernis, dan lain sebagainya. Kalau kata Pipit, seperti Pekan Raya Jakarta (PRJ) pindah tempat. Dan memang. Karena masing-masing zona memiliki panggung atau area hiburan yang menampilkan artis-artis ibukota. Selain zona tersebut, di sini juga terdapat merchandise shop yang antrinya seperti counter branded sedang diskon 90 persen. Jumlah yang masuk dibatasi dan diberi waktu berbelanja di dalam.

Jika tidak ingin membeli merchandise resmi, beberapa produk sponsor juga menyediakan paket-paket Asian Games dengan bonus merchandise yang menarik dengan harga terjangkau. Oiya. Harga-harga yang ditawarkan di sini sangat reasonable, berbeda dengan harga di Flona 2018. Di sini kita bisa membeli satu sosis enak plus dapat kipas hanya seharga 10 ribu rupiah saja. Jangan takut merasa kelelahan, karena di setiap zona terdapat banyak rest area yang nyaman, bahkan di zona Atung terdapat rest area dengan fasilitas bean bag yang nyaman.

Hari menjelang malam dan kita bertiga pun harus mengakhiri petualangan Bhin Bhin, Atung, dan Kaka hari itu. Menuju ke luar GBK, Mbak Sinta bertanya “Next kita jalan-jalan ke mana lagi?”. Dan kita pun belum tahu, tidak ada rencana, dan seperti di hari itu tergantung kemana kaki melangkah. Tunggu jalan-jalan seru kita berikutnya ya!

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

7 thoughts

  1. Seruuuuu!kalimat pertama saat gw baca blog ini.lots of fun adn love hadir ditiap tulisan loe, neng. Mengalir seperti saat kita pusing” jakarta. Next trip yook, dear

Leave a Reply