Viva La Muerte S. Teddy Darmawan

karya s. teddy darmawan

Viva La Muerte (2000)

NININMENULIS.COM – Meskipun telah wafat 27 Mei 2016 lalu, perupa asal Yogyakarta, karya S. Teddy Darmawan tetap dapat kita nikmatin salah satunya Viva La Muerte (2000) di Pameran Dunia dalam Berita yang saat ini tengah berlangsung di Museum Macan.

Mulai saat menempuh pendidikan seni lukis di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada 1992, S. Teddy Darmawan langsung dikenali akan bakat dan pemikirannya akan seni yang dianggap melampai zamannya. Dikatakan demikian karena konon semasa kuliah S. Teddy Darmawan pernah membuat ratusan lembar gambar potret diri yang dibuatnya dengan mefotokopinya di atas kertas kuarto. Gambar-gambar tersebut ditempel di mana-mana mulai dari pintu masuk hingga dinding hingga orang yang kesal dengan aksinya membersihkan dinding tersebut. Aksi ini membuktikan sosok S. Teddy Darmawan sosok yang berani mengeksplor ide kreatifnya sejak masih kuliah.

Jiwa bebas yang dimiliki S. Teddy Darmawan terus berkembang dalam dirinya. Mengenyam pendidikan di seni murni dan memilih program studi seni lukis tidak lantas membuatnya mengeksplor media lainnya. S. Teddy Darmawan pun juga menekuni karya patung dan seni instalasi. Ia pernah membuat patung berbentuk televisi dari bahan batu cadas dari Gunung Kidul yang kemudian ia jajarkan di atas pasir. Menurut S. Teddy Darmawan kala itu, karyanya adalah sindirian betapa orang-orang modern berubah bak patung jika sudah duduk di depan televisi.

Ada juga karya lain dari S. Teddy Darmawan yang berjudul Kultural Sadis yang dibuatnya tahun 2000. Karya ini berbentuk kursi dengan belasan parang tanpa gagang yang sambung menyambung membentuk pohon di atasnya. Karya ini disimbolkan S. Teddy Darmawan sebagai kekuasaan melalui kursinya dan belasan parang membentuk pohon merupakan gambaran kasus kekerasa.

Begitulah S. Teddy Darmawan. Ia dikenal tak pernah lelah mencari kebaruan dalam berkesenian. Seperti sajak pendek yang ia tulis untuk pameran seni rupa Padi Menguning di Syang Art Space Magelang, pameran terakhir yang ikuti sebelum menjemput ajal.

Setiap garis bukan garis yang sama.

Setiap warna adalah warna yang berbeda.

Angin yang berembus ini bukan yang tadi lewat.

-S. Teddy Darmawan-

Pada 2 Juli – 26 Agustus 2011 S. Teddy Darmawan menggelar pameran tunggak yang bertajuk Reposisi: Art Merdeka di Langgeng Art Foundation Yogyakarta. Reposisi merupakan proyek seni tahunan Langgeng Art Foundation. Proyek ini menjadi semacam pembacaan ulang karya seniman Indonesia yang dianggap memiliki perkembangan eksplorasi yang kaya dari waktu ke waktu. Reposisi untuk S. Teddy Darmawan adalah yang kedua kalinya digelar Langgeng. Pada Reposisi pertama, Langgeng memilih membaca karya FX Harsono.

Viva La Muerte adalah judul salah satu karya S. Teddy Darmawan dalam pameran itu. Bentuknya menyerupai hewan berkaki empat. Tubuhnya terbuat dari besi, menggendong empat drum di perutnya, dan empat kakinya terdiri dari dua pasang sepatu lars serdadu. Bentuk kepala binatang itu mirip ember tengkurap dengan mata merah menyala. Garang. Sepasang tanduk berbahan parang tajam melekat di atasnya. Mirip tanduk rusa bercabang dua. Secara umum, citraan hewan imajinatif itu menyerupai Barong Bali.

Karya itu lahir setelah S. Teddy Darmawan membaca buku Akar Kekerasan. Dalam bahasa latin, Viva La Muerte berarti kejayaan untuk perang. Viva La Muerte, karya S. Teddy Darmawan, adalah simbol watak kekerasan pada tiap manusia sejak lahir. Nafsu berkuasa atas manusia lain itu terbawa hingga dewasa. Namun karena terbatasi oleh norma, nafsu menindas ini tersamarkan atau bahkan berhasil dikendalikan.

Menurut S. Teddy Darmawan, ia banyak membuat miniatur untuk dibagikan pada pengunjung pamerannya. Ia ingin menyebarkan semangat anti kekerasan pada tiap orang. Ya itulah sosok si perupa dari karya Viva La Muerte, S. Teddy Darmawan.

Author: Ninin Rahayu Sari

Architecture Graduate | Content Creator | Former Journalist at Home Living Magazine & Tabloid Bintang Home | Google Local Guide | Yoga Enthusiast

Leave a Reply