Masriadi: Salah Satu Pelukis Termahal Indonesia

Salah satu seniman kontemporer yang wajib ditengok karyanya yakni I Nyoman Masriadi. Seniman kelahiran Gianyar Bali yang tinggal di Yogyakarta ini digadang-gadang menjadi pelukis yang karyanya paling mahal setelah Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdullah, dan Hendra Gunawan. “Karya-karya Masriadi dapat terjual hingga satu juta dollar Amerika atau setara dengan 13 miliar rupiah di balai lelang Sotheby Hongkong,” ujar Nina Hidayat, Communication Officer Museum Macan. Di Museum Macan sendiri pernah memamerkan tiga karya lukis kontemporer Masriadi, yakni Run Until You Burn, Juling (Cross Eyed), dan Bantal Guling di atas Sofa. Tema satir dan penuh kritik masih menjadi benang merah dari lukisannya.

Terbaru di Museum Macan Hadir 17 November 2018

Sukses dengan pameran terdahulunya Seni Berubah, Dunia Berubah dan Yayoi Kusama: Life is The Heart of Rainbow, mulai 17 November 2018 hingga 10 Maret 2018, Museum Macan akan menampilkan tiga seniman ternama Asia, Arahmaiani ( Indonesia), Lee Mingwei (Taiwan/Amerika), dan On Kawara (Jepang, 1932-2014). Rencananya pameran ini akan dibuka pada November 2018 bertepatan dengan ulang tahun Museum Macan yang pertama.

Sinta Tantra Pelukis Asal Bali yang Terkenal di Inggris

Pertemuan saya dengan Sinta Tantra pada suatu pameran lukisan di WTC 2 Jakarta Selatan. Karyanya sangat unik dan bagi saya yang awam sulit untuk menterjemahkannya. Komposisi warna dan bentuk yang ditampilkan Sinta lah yang membuat lukisannya digemari. Dalam satu lukisannya, Sinta tanpa segan-segan menggabungkan beberapa bentuk dasar seperti pola garis, bidang dan lingkaran.

Ramainya Pameran Yayoi Kusama di Hari Terakhir

Ini kesekian kalinya saya mengunjungi Museum Macan sejak pertama kali dibuka. Kunjungan kali ini sangat istimewa karena saya datang bersama keluarga – setidaknya begitu Museum Macan mengundang saya melalui emailnya. Undangan ini bentuk apresiasi Museum Macan kepada para jurnalis yang telah menyiarkan Pameran Yayoi Kusama sejak pertama kali digelar. Pameran Yayoi Kusama ini menampilkan karya-karya yang dikerjakan Yayoi dalam jangka waktu 70 tahun. Dan Museum Macan menjadi lokasi ketiga dan terakhir dari pameran internasional sebelumnya yang pernah digelar di National Gallery Singapore dan Queensland Art Gallery, Australia.

Karya-karya dalam Pameran Energi Seni 2018 Plaza Indonesia

Pameran Energi Seni yang berlangsung di Plaza Indonesia lalu menumbuhkan pemahaman penting untuk menjadi bagian dari proses ‘menjadi Indonesia’. Pameran yang melibatkan pelukis lintas generasi dan lintas usia ini menghadirkan nama-nama beken dalam dunia seni rupa seperti Djoko Pekik, Ong Hari Wahyu, Heri Dono, Butet Kartaredjasa, hingga pelukis yang terlahir di era milenial, Erianto dan Putu Utama.

Energi Seni Fine Art Exhibition

Sebagai pusat perbelanjaan premium, Plaza Indonesia berkomitmen menjaga citra seni dan budaya Indonesia sekaligus memperingati hari kemerdekaan menyelenggagrakan Energi Seni – Fine Art Exhibition untuk yang kedua kalinya. Menampilkan lebih dari 40 karya seni dari 18 seniman Indonesia dari berbagai generasi dan aliran, mereka menampilkan karya terbaru yang terdiri dari lukisan, patung, istalasi, dan juga pertunjukan seni.

Lukisan yang Membawa Kembali ke Masa Kanak-kanak

Lukisannya selalu memaksa kita untuk nengok. Bukan lukisan yang realis dan naturalis yang ditampilkan di lukisan ini. Sesaat kita akan berpikir ini lukisan anak-anak. Ternyata pelukisnya seorang ibu beranak tiga, Erica Hestu Wahyuni. Pelukis yang menetap di Yogyakarta tersebut merasa gaya lukisannya ini dikarenakan saat kecil dirinya kerap menjuarai lomba lukis anak. Dan gaya itu terbawa hingga Erica dewasa. Lucunya lagi, menurut Erica, para pengunjung anak-anak jugalah yang mengerti alur lukisan yang dihadirkannya.

Lukisan Kehidupan Sehari-hari Karya Cheng Shui

Dari namanya saya mengira Cheng Shui sosok pelukis mancanegara. Namun saat melihat lukisannya yang menggambarkan tentang kehidupan sehari=hari masyarakat Indonesia, barulah saya menyadari beliau pelukis Indonesia. Pemilik nama lengkap Ong Cheng Shui ini lahir di Bogor 1981 dan mewakili darah Tionghoa dan Jawa dari kedua orang tuanya. Cheng Shui terbilang pelukis otodidak yang selama hidupnya tidak pernah mendapat pendidikan formal dalam berkesenian.